Kawan tentunya percaya jika kemerdekaan selalu dimulai dari pendidikan dan fondasi pendidikan yang kuat dimulai dari kesejahteraan para guru. Akan tetapi, jika menyelisik lebih jauh kenyataan hidup para tenaga pendidik di Indonesia, sepertinya kita masih jauh dari bayangan “sejahtera” karena masalah keterbatasan ekonomi.
Menurut DataIndonesia.id, 74% guru honorer di Indonesia masih memperoleh penghasilan di bawah Rp2 juta. Bahkan 20,5% hanya memperoleh pendapatan tidak lebih dari Rp500 ribu per bulan.
Jika melihat sebuah perbandingan, rata-rata UMP yang telah ditetapkan Kemnaker pada tahun 2024 adalah Rp3,1 juta. Atas dasar asumsi bahwa UMP dibentuk atas pertimbangan kebutuhan hidup para pekerja. Maka, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar guru honorer di Indonesia belum memperoleh pendapatan yang layak.
Dampak dari permasalahan tersebut membuat kita menormalisasi para guru yang harus bekerja keras di luar kelas untuk memperoleh pendapatan lebih.
Belum lagi beban guru tidak hanya berkutat persoalan moral siswa, melainkan juga beban administrasi, kurikulum yang terus berubah, hingga tuntutan zaman. Itu semua mendorong mereka untuk lebih adaptif dan kreatif.
Namun, kita lupa, bahwa tuntutan yang diterima itu tidak sebanding dengan tuntutan ekonomi yang perlu mereka penuhi. Sehingga, tidak mengherankan jika 42% orang yang terjerat pinjaman online (pinjol) adalah para guru, dikutip dari Bisnis.com.
Ini sebuah ironi, mengingat peran guru dalam sistem pendidikan begitu krusial. Menciptakan ruang aman dalam pendidikan tidak hanya dibutuhkan oleh siswa. Namun, juga bagi para guru untuk bisa bebas mengeksplorasi kemampuannya tanpa harus terbebani dengan beban ekonomi.
Seharusnya Indonesia bisa belajar dari negara-negara dengan sistem pendidikan yang terbaik Di mana mereka memberikan investasi yang besar terhadap pendidikan tidak hanya pada pembentukan kurikulum. Namun, juga memberikan kehidupan yang layak bagi para tenaga pendidik. Dengan demikian, mereka mampu mengerahkan seluruh potensi dan kreativitasnya untuk mengembangkan pendidikan.
Di Jepang, profesi guru begitu dihargai, mulai dari gaji hingga fasilitas yang memudahkan hidup disediakan oleh pemerintah. Tidak mengherankan jika cetakan sekolah-sekolah Jepang adalah bibit unggul dengan segala potensi maksimalnya.
Jika pemenuhan hak dasar saja masih diabaikan, lalu bagaimana bisa kita menuntut para guru untuk mengeluarkan seluruh potensinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Terlebih jika fokusnya saja masih harus terpecah oleh permasalahan ekonomi?
Pemerintah memegang peranan yang krusial untuk mendeteksi masalah yang dihadapi para guru di lapangan. Keterbatasan hak dasar para guru seharusnya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan investasi pendidikan demi mencapai kesejahteraan para guru.
Meningkatkan kualitas kehidupan para guru berjalan linear dengan kualitas pendidikan kita pada masa yang akan datang.
Perlu adanya perbaikan hidup melalui peningkatan gaji, pelatihan, dan program pengembangan diri sesuai dengan konteks masalah di lapangan. Selain itu juga aktivitas yang lebih manusiawi bagi para guru.
Tidak melulu hanya persoalan bimtek untuk mengurus administrasi. Namun, juga pengembangan diri yang berkaitan dengan peningkatan potensi untuk dieksplorasi di sekolah.
Cita-cita untuk mencapai Indonesia Emas Tahun 2045 tidak akan pernah tercapai jika masih ada kisah guru yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selama kesejahteraan guru belum mendapatkan prioritas, maka sebaik apa pun kurikulum yang diciptakan, tentunya tidak akan berjalan dengan maksimal. Toh, sang pelaksana kurikulum itu sedang berjuang untuk mengisi perutnya yang kelaparan.
Akhirnya, penulis menganalogikan guru sebagai tiang penyangga yang siap menjadi dinding-dinding bagi para siswa untuk bernaung dan mencari jawaban kebermaknaan hidup.
Maka dari itu, tanpa adanya penghidupan yang layak bagi para guru, pendidikan Indonesia hanyalah bangunan setengah jadi, yang takkan pernah memberikan gambaran kehidupan yang hakiki.
Selamat hari guru internasional! Semoga tidak ada lagi pejuang-pejuang pendidikan yang memahat moral bangsa di tengah kebutuhan hidup yang mendesak. Selamat merayakan dan mengambil peran untuk kesejahteraan para guru di sekitar kita!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News