benih keberanian jenderal ahmad yani dari anak angkat keluarga belanda hingga melawan kompeni - News | Good News From Indonesia 2025

Benih Keberanian Jenderal Ahmad Yani: Dari Anak Angkat Keluarga Belanda Hingga Melawan Kompeni

Benih Keberanian Jenderal Ahmad Yani: Dari Anak Angkat Keluarga Belanda Hingga Melawan Kompeni
images info

Benih Keberanian Jenderal Ahmad Yani: Dari Anak Angkat Keluarga Belanda Hingga Melawan Kompeni


Jenderal TNI Ahmad Yani tercatat sebagai Pahlawan Revolusi setelah gugur di Lubang Buaya, 30 September 1965. Sosok ini terkenal sebagai pribadi yang cerdas dan juga berani.

Ternyata kepribadian tangguh dari Ahmad Yani sudah tertanam sejak kecil. Lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922, Ahmad Yani sudah dikenal mempunyai jiwa kepemimpinan.

Ahmad Yani yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara ini memang sudah menjadi kebanggaan keluarga. Di mata keluarga, jenderal bintang dua itu dikenal pemberani, baik hati, disiplin, punya jiwa pemimpin, berwibawa, dan mengayomi keluarga.

“Cerita orang tua kami dan tetangga sini, dulu kalau main sama teman-temannya pas baris-berbaris atau apa pun, ya Pak Yani yang jadi pemimpinnya. Pak Yani juga sangat dekat dengan keluarga terutama adik bungsunya yaitu ibu saya, Asinah," kata salah satu kemenakan Ahmad Yani, Erna Susilowati (58) yang dimuat di Detik.

"Beliau anak pertama dan laki-laki satu-satunya. Ibu saya sering ke mana-mana diajak sama Pak Yani. Dulu pas ngungsi karena ada Belanda juga sama ibu saya, ke pasar dan lain-lain juga sama ibu saya," sambungnya.

Diangkat dari anak angkat keluarga Belanda

Ahmad lahir dari keluarga yang cukup sederhana. Ayahnya bekerja sebagai supir pribadi keluarga Belanda di Pabrik Tebu.

Tetapi sejak kecil, Ahmad sudah menonjol daripada teman-temannya. Misalnya ada kisah saat seekor kerbau mengamuk, Achmad naik ke pohon, dan memberi komando dari atas kepada teman-temannya agar menyelamatkan diri.

Karena sikap kepemimpinan ini membuat Hulstyn, majikan ayah Ahmad, untuk mengangkat sebagai anak asuh. Dan menambahi nama Yani. Nama yang memang berbau kecewek-cewekan.

Atas usaha Hulstyn, Ahmad Yani sekolah di HIS, tahun 1928. Dari HIS ke Mulo, dan di sekolah ini ia lulus sebagai tiga terbaik. Lalu berlanjut ke AMS bagian B, di Jakarta.

Ahmad Yani melawan kompeni

Dimuat dari Pusat Sejarah TNI dalam website resminya, dikisahkan pada tahun 1938, Ahmad Yani pulang ke kampungnya setelah menempuh pendidikan di sekolah HIS di Bogor.

Saat tiba dari kampung halaman, Ahmad Yani langsung pergi ke tempat ayahnya. Tapi ketika sudah tiba di sana, ia melihat ayahnya sedang dimarahi dan dimaki-maki kasar oleh seorang Belanda.

Karena hal ini, Ahmad Yani langsung emosi. Tak terima ayahnya dimaki-maki kasar oleh orang asing.

Ia pun langsung turun tangan membela sang ayah. Ahmad Yani membalas makian si Belanda itu dengan bahasa Belanda yang dilontarkannya dengan cukup fasih.

Si Belanda kaget, ada anak remaja yang berani melawannya. Bahkan balik memakinya. Maka, si Belanda pun makin marah. Apalagi yang melawannya adalah seorang anak remaja kecil.

Si Belanda begitu marah lalu memukul Ahmad Yani. Bukannya takut, Ahmad Yani justru melawan. Ahmad Yani balik memukulnya. Maka terjadilah perkelahian yang tak seimbang.

Si Belanda yang berbadan tinggi besar melawan Ahmad Yani si remaja yang berbadan jauh lebih kecil. Tapi bukannya takut, Ahmad Yani makin menjadi-jadi melawan si Belanda yang berbadan besar.

Ketika itu di lokasi, ada seorang Kopral KNIL asal Ambon bernama Lopias. Ia menyaksikan perkelahian yang tak seimbang tersebut. Kasihan kepada Ahmad Yani, ia akhirnya coba menengahi. Tapi si Belanda makin kalap.

Kopral Lopias pun kesal. Ditinjunya si Belanda sampai jatuh. Akibatnya, setelah peristiwa itu Kopral Lopias kena sanksi. Pangkatnya diturunkan, karena berani memukul seorang Belanda.

Ahmad Yani baru bisa membalas kebaikan dari Kopral Lopias dua puluh tahun kemudian. Saat itu Ahmad Yani yang sudah menjadi jenderal menangis terharu saat bertemu dengan Lopias.

"Jam tangan Rolex ini kamu pakai saja." ucap Ahmad Yani.

Juga jaket yang dulu digunakan untuk membasmi PRRI/Permesta. Maka Lopias pun pulang ke rumahnya mengenakan jam tangan Rolex dan jaket dengan tanda pangkat jenderal. Pertemuan dengan Lopias itu terjadi 40 hari sebelum Jendral Achmad Yani gugur sebagai pahlawan revolusi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.