Program Desa Sejahtera Astra (DSA) di wilayah Tegal Pemalang mengangkat potensi lokal dengan cara yang lebih visioner.
Lima desa tersebut ialah Guci, Batumirah, Rembul, Tuwel, dan Karangmulya. Selama ini dikenal sebagai destinasi wisata air panas, terutama Desa Guci yang populer di kalangan wisatawan.
Namun, letaknya yang berada di lereng Gunung Slamet sebenarnya menyimpan peluang lain yang lebih besar, seperti menjadikan hutan sebagai sumber ekonomi tanpa harus menebangnya.
Jenis Wisata DSA Tegal-Pemalang
- Susur Jeep Tatamba
Melalui hal tersebut, susur hutan dengan menggunakan jeep tatamba menjadi potensi wisata alam yang menarik.
Setiap pekan, sekitar 50 wisatawan diajak menjelajahi hutan menggunakan mobil jeep.
- Aksi Tanam Pohon
Di tengah perjalanan susur hutan, wisatawan diajak berhenti sejenak untuk menanam bibit pohon seperti alpukat, durian, dan kopi.
Program ini menjadi bentuk nyata dari prinsip you take from nature, you give back to nature. Wisata ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menyadarkan bahwa setiap perjalanan punya tanggung jawab ekologis.
- Sajian Kuliner dan Buah Karya Masyarakat Lokal
Tak berhenti sampai di situ, DSA Tegal Pemalang menyiapkan berbagai strategi pengembangan. Konsep wisata akan dikembangkan menjadi paket terpadu yang tidak hanya menawarkan pengalaman susur hutan dan penanaman pohon, tetapi juga menyajikan berbagai kuliner lokal dan kerajinan tangan warga.
Digitalisasi menjadi kunci untuk memperluas jangkauan promosi, termasuk melalui pemanfaatan platform jejakkarbonku.id untuk menghitung langsung jejak karbon wisatawan. Dengan begitu, mereka tidak hanya menikmati perjalanan, tetapi memahami dampak dan kontribusinya terhadap alam.
Dampak Ekonomi Setelah Desa Sejahtera Astra di Tegal-Pemalang
Pengembangan tidak hanya dilakukan di lapangan, tetapi juga di balik layar. Sejak 2024, jalur susur hutan diperbaiki, toilet dibangun, hingga landmark foto disediakan untuk mendukung kenyamanan wisatawan.
Sementara itu, para pengelola lokal dilatih membuat konten audio-visual agar bisa melakukan promosi secara digital. Dari hanya sopir jeep, mereka kini berkembang menjadi storyteller desa.
Program ini diproyeksikan menyerap 30 hingga 50 persen tenaga kerja tambahan dalam satu tahun ke depan.
Bukan hanya pemandu wisata atau operator jeep, tetapi juga pelaku usaha kuliner, penyedia bibit tanaman, hingga pengrajin lokal ikut terdampak.
Pendapatan masyarakat pun diperkirakan naik 20 hingga 30 persen, seiring dengan meningkatnya kunjungan dan meluasnya aktivitas ekonomi turunan.
Ekowisata ini membuktikan bahwa melestarikan alam bukan hambatan bagi ekonomi, justru bisa menjadi sumber penghidupan yang lebih berkelanjutan.#KabarBaikSatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News