mammomat bbrilliant hadir pertama di indonesia skrining kanker payudara lebih nyaman - News | Good News From Indonesia 2025

Mammomat B.brilliant Hadir Pertama di Indonesia, Skrining Kanker Payudara Lebih Nyaman

Mammomat B.brilliant Hadir Pertama di Indonesia, Skrining Kanker Payudara Lebih Nyaman
images info

Mammomat B.brilliant Hadir Pertama di Indonesia, Skrining Kanker Payudara Lebih Nyaman


Indonesia terus menghadapi tantangan besar melawan kanker payudara. Hal ini Berdasarkan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2022.

Berdasarkan survei itu terdapat 66.271 kasus baru kanker payudara, menyumbang 16,2% dari seluruh kasus kanker di Indonesia, serta menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus baru.
Sekitar 22.598 kematian terjadi akibat penyakit ini dalam periode yang sama, sementara prevalensi selama 5 tahun mencapai 209.748 kasus.

Kanker payudara juga menjadi kanker paling umum di kalangan wanita di Indonesia, mencakup sekitar 19% dari seluruh kasus kanker, dengan lebih dari 70.000 diagnosis baru setiap tahun. Namun, tingkat kesembuhan dapat meningkat drastis jika penyakit ini terdeteksi dini—sehingga skrining yang tepat waktu dan akurat menjadi krusial.

Di tingkat global, kanker payudara juga menjadi kanker paling umum pada perempuan, dengan 2,3 juta kasus baru pada 2022. Angka-angka ini menunjukkan urgensi deteksi dini secara luas—karena semakin cepat terlacak, semakin besar peluang untuk disembuhkan.

Menjawab kebutuhan tersebut, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dan Siemens Healthineers memperkenalkan Mammomat B.brilliant. Teknologi mammografi 3D yang baru ada pertama kalinya di Indonesia ini memungkinkan pemindaian hanya dalam waktu 5 detik tanpa mengorbankan kualitas gambar. 

Sebelumnya, pasien harus menunggu hingga 25 detik yang menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri akibat penekanan payudara alat kompresor. Juga adanya ketidaknyamanan fisiologis seperti nyeri payudara yang mungkin sudah ada sebelumnya akibat siklus menstruasi.

CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, dr. Edy Gunawan, MARS mengatakan Mammomat B.briliant tidak sekadar peningkatan teknologi, ini adalah penegasan dari komitmen kami untuk mengutamakan pengalaman medis pasien kami, khususnya bagi pasien perempuan. 

“Luangkan lima detik waktu Anda untuk mammogram—karena lima detik itu bisa menyelamatkan hidup Anda”.

Mengenal bentuk dan fitur Mammomat B.brilliant

Desain bentuk dan fitur Mammomat B.brilliant juga dibuat berdasarkan masukan dari pengguna untuk memaksimalkan kenyamanan saat prosedur mammografi. B.brilliant menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatur kompresi pada payudara pasien dan mengatur tingkat radiasi. Hal ini untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pasien tanpa mengurangi akurasi dari hasil mammografi.

Mammomat B.brilliant memiliki sudut pemindaian seluas 50° atau menjadi sudut terluas yang pernah ada, jika dibandingkan dengan mammografi 3D lainnya yang hanya memiliki sudut pemindaian 40° atau mammografi 2D yang hanya 15°. Hasil mammografi B.brilliant adalah gambar 3D resolusi tinggi yang lebih lebar dan dapat membantu tim medis mendeteksi kelainan sekecil mikrokalsifikasi dengan lebih tepat dan cepat. 

Perlu diketahui bahwa, dengan karakter payudara orang Asia yang cenderung padat, pemindaian 3D dengan sudut 50° akan sangat membantu karena mampu menghasilkan lebih banyak gambar. Fitur-fitur yang dihadirkan tersebut menjadikan proses skrining berlangsung jauh lebih nyaman dan aman dengan waktu pemeriksaan yang singkat sehingga mampu mengurangi rasa tertekan dan kecemasan pasien.

Bangga bisa menghadirkan Mammomat B.brilliant ke Indonesia 

Presiden Direktur Siemens Healthineers Indonesia, Alfred Fahringer mengaku bangga bisa bermitra dengan MRCCC dalam menghadirkan Mammomat B.brilliant pertama di Indonesia. 

“Bersama-sama, kami tidak hanya menghadirkan sebuah mesin, tetapi juga menghadirkan harapan, hasil yang lebih dini, dan kesempatan bagi lebih banyak perempuan untuk hidup lebih lama dan lebih sehat”. 

Meski terbukti bermanfaat, publik masih menyimpan kekhawatiran bahwa radiasi mammografi dapat memicu atau memperparah kanker payudara. Mammografi memang menggunakan radiasi pengion, namun dosis yang dipakai sangat rendah dan diatur ketat oleh Mammography Quality Standards Act (MQSA) agar tetap aman. 

Sebagai perbandingan, dosis rata-rata dari mammografi digital dua arah hanya sekitar 0,4 mSv, setara dengan paparan alami radiasi lingkungan selama tujuh minggu.

Berdasarkan studi BEIR VII, risiko kanker akibat mammografi sangat kecil, sekitar 1,3 kasus per 100.000 pada perempuan usia 40 tahun yang menjalani satu kali mammografi, dan bahkan lebih rendah pada usia lanjut. Jika dilakukan setiap tahun pada usia antara 40–80 tahun, risikonya hanya 20–25 kasus kanker fatal per 100.000 perempuan.

Secara umum, risiko kanker akibat radiasi dari mammogram diperkirakan hanya 1–10 kasus per 100.000 perempuan, jauh lebih kecil dibanding manfaat deteksi dini. Survei dari AJR online juga mencatat bahwa 70,7% pasien setuju manfaat mammogram selalu melebihi risikonya. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses mammografi penting dan relatif aman, tidak menyebabkan kanker, dan justru sangat berpeluang menyelamatkan nyawa. Bahkan untuk perempuan dengan usia 40 tahun ke atas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.