Laut adalah sumber kehidupan. Kekayaan laut Indonesia membentang luas hingga jutaan kilometer. Laut Indonesia merupakan rumah bagi beribu biota laut, seperti terumbu karang, hewan-hewan, dan berbagai tumbuhan. Bukan hanya keindahan semata, biota laut juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, pencegah kerusakan alam, dan sumber penghidupan banyak hayat.
Seiring waktu, kilau air laut bersama komponen yang tinggal didalamnya sedang terancam. Tangan-tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab menjadi pemicu rusaknya biota laut. Sampah plastik salah satunya. Selain disanjung sebagai negara agraris dengan sumber daya laut yang besar, Indonesia juga menempati peringkat lima besar negara penyumbang sampah plastik laut tertinggi di dunia.
Jutaan ton sampah plastik mencemari laut Indonesia setiap tahunnya. Hal ini berdampak pada kualitas biota laut. Serpihan sampah merusak fungsi estetika terumbu karang dan tanaman laut, serta masuk kedalam tubuh hewan. Sehingga sampah berpotensi membunuh hewan vertebrata dan invertebrata laut.Tanpa disadari, berbagai hasil laut yang dikonsumsi sejauh ini telah mengandung mikroplastik dari sampah plastik.
Tanggung Jawab Ekosistem Laut di Tengah Masyarakat
Kenyataan pahit yang terjadi membangun kesadaran publik untuk memberikan arahan nyata dalam menjaga ekosistem laut. Bukan tugas umum pemerintah lagi, masyarakat khususnya anak muda banyak yang berperan aktif. Mulai dari konten edukatif dan kampanye di media sosial, sosialisasi lingkungan ke berbagai sekolah dan kampus, menyelenggarakan workshop wirausaha hijau dengan masyarakat, sampai kegiatan ke pesisir pantai untuk membersihkan sampah plastik.
Langkah ini dibuktikan oleh Dicky Dwi Alfandy, seorang pemuda gigih asal Lampung. Pada tahun 2015, Dicky sangat cemas dengan sampah plastik yang berserakan saat dirinya sedang menyisir pantai di sebuah pulau kecil. Dirinya tergerak untuk membersihkan, namun besoknya sudah banyak sampah yang kembali berserakan. Bukan soal mengganggu pemandangan, namun membahayakan makhluk hidup di laut. Rasa kepeduliannya membesar ketika dirinya mulai aktif bergabung dengan berbagai komunitas dan melakukan kegiatan berdampak di lapangan.
Gajahlah Kebersihan: Bukan Sekedar Tujuan Kebersihan
Pada tahun 2017, Dicky bersama tiga rekannya dari berbagai daerah berpartisipasi dalam Indonesian Youth Marine Debris, gerakan pemuda yang menitikberatkan pada masalah sampah laut atau marine debris khususnya sampah plastik. Program inilah yang kemudian melahirkan Gajahlah Kebersihan, komunitas lingkungan pertama di Lampung yang berfokus pada penekanan sampah laut. Nama Gajahlah Kebersihan sendiri diambil dari pertukaran kata depan slogan “Jagalah Kebersihan” dan gajah sebagai hewan ikonik dari Lampung, meskipun pendirinya dari berbagai daerah.
Perjuangan Dicky dan ketiga rekannya perjuangan panjang sampai komunitasnya berhasil memperoleh legalitas pada tahun 2021. Pastinya mulai dari membangun kepercayaan warga, membuat surat perizinan, memproses berbagai dokumen, dan paling penting adalah konsisten menjaga kekompakan. Selain itu, aktivitas yang dijalani komunitas terbagi menjadi dua, daring dan luring. Daring meliputi konten informatif, seminar lingkungan, dan lomba menulis bertemakan lingkungan. Luring mulai dari mengadakan roadshow ke berbagai sekolah dan universitas, pengelolaan sampah di tempat publik, sampai pelatihan kewirausahaan dengan memanfaatkan limbah plastik. Kegiatan yang terkenal adalah clean up atau membersihkan pantai.
Memberdayakan Inovasi Lingkungan dan Kemanusiaan
Peduli lingkungan tidak luput dari peduli kemanusiaan. Gajahlah Kebersihan turut serta dalam menciptakan sumber daya kompeten. Memberdayakan masyarakat dalam mengelola usaha pemanfaatan limbah, membuka peluang karir lewat rekrutmen sukarelawan maupun pengurus komunitas, serta menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan nonpemerintah. Pada tahun 2019, Gajahlah Kebersihan menghadirkan program Lampung Youth Marine Debris Summit yang berhasil diselenggarakan. Berangkat dari aktivitas edukasi manajemen sampah, kemudian menghasilkan peluang wirausaha dari produk-produk ramah lingkungan.
Pada tahun 2022, Lampung Youth Marine Debris Summit melakukan pembaharuan menjadi Lampung Youth Ecopreneur Summit. Berbeda nama, namun tetap misi yang sama, memberdayakan anak muda Lampung menciptakan inovasi atas permasalahan sampah plastik melalui aktivitas kewirausahaan. Program ini tidak membebankan biaya apapun kepada peserta meliputi akomodasi dan makan siang.
Melalui laman Instagram pribadinya, Dicky membagikan sejumlah aktivitasnya yang berhasil memberi ruang terhadap delapan proyek berlandaskan ekoteknologi. Pada tahun 2024, Lampung Youth Ecopreneur Summit berhasil memperoleh apresiasi berupa penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra. Wujud aksi nyata dari program-program yang berhasil mengelola lebih dari 130.000 kg dan mendaur ulang sekitar 500.000 limbah menjadi beragam inovasi. Melalui dukungan dari Astra, harapannya Gajahlah Kebersihan terus berekspansi melibatkan seluruh masyarakat Lampung menerapkan praktik manajemen sampah. Menampung berbagai gagasan dan pendampingan hingga peringkat sampah plastik di Lampung semakin rendah.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News