tradisi nyurti karuhun lembur di ciamis ziarah leluhur sebagai warisan budaya - News | Good News From Indonesia 2025

Tradisi Nyurti Karuhun Lembur di Ciamis: Ziarah Leluhur sebagai Warisan Budaya

Tradisi Nyurti Karuhun Lembur di Ciamis: Ziarah Leluhur sebagai Warisan Budaya
images info

Tradisi Nyurti Karuhun Lembur di Ciamis: Ziarah Leluhur sebagai Warisan Budaya


Tradisi Nyurti Karuhun Lembur merupakan salah satu warisan budaya yang hingga kini masih dijaga masyarakat Desa Pusakanagara, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ritual ini diselenggarakan setiap tahun bertepatan dengan peringatan hari jadi desa, sebagai wujud penghormatan sekaligus ziarah kepada para leluhur.

Prosesi ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga bentuk kearifan lokal Sunda yang mengajarkan pentingnya mengenang jasa para pendahulu. Masyarakat percaya bahwa dengan menghormati leluhur, kehidupan desa akan tetap harmonis dan penuh berkah.

Dalam praktiknya, warga datang berbondong-bondong membawa doa, upacara, serta persembahan ke sejumlah makam tokoh desa. Beberapa di antaranya adalah Makam Dalem (alm. Toha Sartono), Makam Pasarean (alm. Wawan Gani P), Makam Cibuntu, Makam Cibeunying, Makam Sukawana, Makam Karanglayong, Makam Balemoyan, Makam Cingeombing, hingga Makam Atim Suhana.

Kepala Desa Pusakanagara, Asep Rismayadi, menekankan bahwa makna utama dari tradisi ini adalah mengingat jasa dan perjuangan para pendahulu. “Dalam proses tradisi nyurti karuhun lembur yang diawali dengan doa, upacara serta persembahan, menjadi perantara kami untuk menjalin komunikasi spiritual dengan para karuhun,” ujarnya dalam wawancara dengan Kabar Priangan.

Ia menambahkan, “Rasa hormat dan terima kasih terpancar dalam setiap prosesi, memperkuat hubungan antara dunia manusia dan alam gaib.”

Prosesi Ziarah Leluhur di Pusakanagara

Tradisi nyurti karuhun lembur dilakukan di tujuh lokasi utama yang dianggap memiliki nilai sejarah tinggi bagi warga setempat. Salah satunya adalah makam Dalem Wangsa Yuda di Dusun Lawong, seorang adipati dari Kerajaan Galuh pada tahun 773 Masehi. Kehadiran tokoh ini menunjukkan kaitan erat Desa Pusakanagara dengan sejarah panjang Tatar Galuh, yang dikenal sebagai pusat pemerintahan Sunda di masa lampau.

Selain itu, rombongan juga berziarah ke makam pendiri Pondok Pesantren Cibeunying, KH Komarudin, serta makam para mantan kepala desa yang telah wafat. Setiap lokasi memiliki cerita sejarah tersendiri yang dibacakan ulang dalam prosesi.

Setibanya di makam, kegiatan dimulai dengan pembacaan riwayat singkat tokoh yang diziarahi. Setelah itu, warga bersama-sama memanjatkan doa untuk para leluhur. Acara biasanya ditutup dengan makan bersama, yang menjadi simbol kebersamaan serta bentuk syukur masyarakat.

“Kita harus mengingat sejarah terbentuknya Desa Pusakanagara dan mengenang jasa para pejuang. Kita bisa seperti hari ini, karena ada perjuangan dari para tokoh pendahulu kita,” tegas Asep.

Kebersamaan dan Pelestarian Kearifan Lokal

Lebih dari sekadar penghormatan spiritual, tradisi nyurti karuhun lembur juga memperlihatkan bagaimana gotong royong menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat desa. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaan acara, semua dilakukan secara kolektif oleh warga dari berbagai usia.

Anak-anak muda pun dilibatkan dalam prosesi ini, agar mereka mengenal sejarah sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya leluhur. “Bagi kami tradisi nyurti karuhun lembur ini, bukan saja sebagai kearifan lokal, tetapi sebagai penghormatan dan menjadi wadah kebersamaan masyarakat,” jelas Asep.

Ia menegaskan bahwa tradisi tersebut telah menjadi pedoman hidup bagi masyarakat Pusakanagara. Nilai-nilai seperti persatuan, identitas budaya, dan penghormatan pada leluhur terus diwariskan melalui ritual ini. “Tradisi ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga pedoman hidup bagi masyarakat Desa Pusakanagara. Melalui ritual ini, identitas desa kami jadi kuat, persatuan dijaga, dan nilai-nilai kearifan lokal terus dilestarikan,” tambahnya.

Tradisi ini sekaligus mengingatkan warga akan pentingnya melestarikan budaya lokal di tengah arus modernisasi. Dengan tetap menjaga Nyurti Karuhun Lembur, masyarakat Pusakanagara menunjukkan bahwa kearifan lokal bukan hanya peninggalan masa lalu, melainkan fondasi identitas yang relevan hingga kini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.