Sebagai salah negara tropis, tentu banyak dari masyarakat Indonesia yang mempunyai mata pencaharian lewat bertani. Selain diuntungkan dengan kondisi cuaca, tentu Indonesia masih memiliki banyak lahan untuk menanam ragam buah dan sayuran. Ditambah lagi jika kita berbicara tentang profesi ini, masyarakat Indonesia sejatinya pada zaman dahulu lebih banyak petani, peternak, dan nelayan.
Jadi bisa dibilang hingga saat ini banyak masyarakat yang mempunyai kecakapan dalam bertani karena kemampuan yang diwariskan oleh orangtuanya. Namun pada realitanya tak hanya karena faktor perubahan iklim yang ekstrim, tetapi juga petani memiliki masalah tidak seimbangnya pemasukan dengan pengeluaran untuk perawatan.
Dua Landasan Pertanian Organik
Salah satunya harga pupuk kimia di pasaran. Melihat adanya masalah ini, di tahun 2016 seorang pemuda asal Bali bernama I Komang Edi Juliana bersama beberapa temannya membuat sebuah kelompok dengan nama Amerta Giri Lesung (Taring). Lewat kelompok ini ada 2 hal yang dirinya kedepankan sebagai landasan. Yang pertama adalah pemanfaatan dan penggunaan pupuk organik, lalu yang kedua ada pentingnya kesuburan tanah sebagai faktor penentu keberhasilan.
Salah satu inovasi yang mereka inisiasi pada awalnya yakni membuat pakan ternak dari limbah pertanian. Di waktu yang sama juga mereka memanfaatkan kotoran ternaknya untuk membuat pupuk dan dijual dengan harga yang lebih murah.
“Limbah unit budidaya ini nantinya akan diserahkan ke unit ternak untuk diubah menjadi pakan ternak dan unit kompos yang diolah kembali menjadi pupuk untuk kemudian didistribusikan kepada para petani dengan harga yang sudah disubsidi” ujar Edi dikutip dari laman Indonesiana.
Memiliki beberapa lahan di Desa Munduk, Bali, mereka juga aktif membagikan perkembangan dari lahannya melalui media sosial Instagram dan kanal YouTubenya. Tak hanya sekedar membagikan, tetapi Taring juga kerap memberikan edukasi singkat dalam mendukung apa yang mereka bagikan.
Inovasi Wortel Unggulan
Selain bertani dan inovasi pupuknya, salah satu inovasi unggulan lainnya adalah produk wortelnya. Bukan hanya hasil panen, tetapi juga mereka menjual hasil pengolahannya yang berupa kerupuk dan nastar. Bagi Edi, sayuran ini adalah makanan nomor 2 yang harus ada di meja makan.
Wortel adalah sebuah jenis sayuran yang mudah dijadikan banyak jenis makanan. Jika dilihat juga, masa panen tanaman ini cenderung tidak membutuhkan waktu lama yakni 2-3 bulan. Yang kemudian membuat jenis dari lahan Taring makin spesial ialah varietasnya yang merupakan hasil dari sebuah persilangan, yang kemudian hasilnya menjadi wortel lokal Bali dan wortel rijek.
Pencapaian Karena Inovasi
Karena kualitas dan penerapan teknologi budidayanya, di tahun 2021 varietas wortel dari lahan Taring mendapat apresiasi yang berupa sertifikat prima 3 dari Pemprov Bali. Kemudian setahun berselang atas keberhasilan inovasinya, di tahun 2022 I Komang Edi Juliana dan Taring mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards tingkat provinsi dari PT Astra.
Hingga kini mereka tetap konsisten dalam memproduksi pupuk dengan harga subsidi, menjaga kualitas wortel dan produk olahannya, serta tetap memegang landasan kesuburan tanah sebagai faktor penentu. Selain itu juga, mereka melabeli kelompoknya sebagai koperasi di sektor hortikultura dan juga tetap dikenal peranan sebagai kelompok pertanian organik di Bali.
#KabarBaikSATUIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News