Kawan GNFI pernah, gak, sih, menjumpai sampah makanan di lingkungan tempat tinggal, Tempat Pembuangan Sampah (TPS) atau Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA)? Atau, Kawan GNFI pernah membuang sisa makanan yang sebenarnya masih layak konsumsi?
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2024 lalu, tiga komposisi sampah teratas di Indonesia secara berturut-turut adalah sisa makanan (39,36%), plastik (19,69%) dan kayu atau ranting (12,8%). Kalau menurut United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Food Waste Index Report 2024, Indonesia adalah penghasil sampah makanan sebanyak 14,73 ton per tahun, lho!
Apa, sih, sampah makanan itu? Melansir Tempo.co, sampah makanan adalah setiap jenis makanan berkualitas baik yang sebenarnya bisa dikonsumsi manusia, akan tetapi akhirnya gak dimanfaatkan atau dikonsumsi karena berbagai alasan.
Masalah ini gak cuman terbatas pada makanan yang dibuang tanpa alasan yang jelas, akan tetapi juga menyangkut makanan yang sudah rusak atau kedaluwarsa. Jika dibiarkan, dampaknya gak main-main, lho. Gak cuman pencemaran lingkungan, kita juga kehilangan banyak biaya, material dan sumber daya yang digunakan dalam proses produksi makanan.

Data Sampah di Indonesia Berdasarkan Sumber Sampah | Foto: (indonesiaasri.com)
Nah, Kawan GNFI, melihat fakta ini, isu sampah makanan merupakan isu yang sangat perlu perhatian dari seluruh elemen. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, masyarakat juga perlu bergerak dan berkolaborasi bersama!
Inisiasi penyelamatan sisa makanan yang masih layak konsumsi ini salah satunya datang dari Kevin Gani sebagai Ketua Yayasan Garda Pangan, penerima penghargaan bidang Lingkungan dalam Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award pada 2024 lalu.
Kevin Gani bersaing dengan 16.775 pemuda Indonesia lainnya untuk memperebutkan juara kategori SATU Indonesia Award ke-15 2024 yang meliputi bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Menilik laporan Garda Pangan pada Agustus 2025 lalu, organisasi penyelamat makanan yang berasal dari Surabaya ini sudah berhasil mendonasikan 16.108 porsi makanan, menyelamatkan 4.567kg potensi sampah makanan, menjangkau 9.493 penerima manfaat di Surabaya yang tersebar di 17 titik, lho!
Pendirian Garda Pangan sendiri bermula pada keprihatinan pasangan suami istri Dendhy Baroto Trunoyudho dan Indah Audivtia bersama Eva Bachtiar terkait makanan berlebih yang sebenarnya masih layak konsumsi, akan tetapi dibuang begitu saja. Padahal, banyak sekali masyarakat yang kurang beruntung untuk makan bergizi dan layak setiap harinya.
Kolaborasi Lintas Sektor Garda Pangan
Sejak 2017 lalu saat masih berstatus mahasiswa, Kevin Gani konsisten berjuang dengan visi-misi menyelamatkan sisa makanan layak konsumsi. Sepak terjangnya di Garda Pangan dimulai dari koordinator program, hubungan masyarakat (Humas), sampai ketua yayasan.
Berbentuk social enterprise, Garda Pangan mempunyai dua tujuan mulia, yaitu untuk mengurangi food loss dan waste eradication, dan hunger relief. Ada berbagai macam program yang dijalankan, antara lain menyelamatkan makanan dari bisnis makanan seperti restoran, hotel, toko buah, toko roti dan swalayan. Tak cuma bisnis makanan, Garda Pangan juga mengumpulkan makanan sisa dari acara besar seperti hajatan, pernikahan dan sebagainya.
Sebelum didistribusikan, sisa makanan yang berhasil dikumpulkan oleh relawan tentu melewati proses pengecekan dan pemilahan. Terkait sasaran, Garda Pangan mengutamakan masyarakat di kampung pinggiran kota yang kebanyakan punya mata pencaharian marjinal, seperti pedagang gerobak, pengemis, pemulung, dan sebagainya. Setiap kali tim Garda Pangan datang, anak-anak, pemuda, Ibu-Ibu sampai Bapak-Bapak dengan antusias dan tertib mengantre untuk mendapatkan porsi.
Di samping itu, Garda Pangan juga mempunyai program menyelamatkan ekses saat panen raya. Biasanya, ketika panen raya, harga komoditas anjlok dikarenakan stok yang terlalu berlimpah di pasar. Akibatnya, banyak hasil panen yang tidak terjual atau sengaja dimusnahkan tanpa menghasilkan seperser pun keuntungan ekonomis bagi petani. Melalui Gleaning on Farm, Garda Pangan bekerja sama dengan petani untuk menjual komoditas panen dengan harga ekonomis untuk masyarakat yang membutuhkan.
Kawan GNFI, di zaman penyebaran informasi secara masif dan cepat, tentu keberadaan media sosial sangat penting. Avokasi kebijakan dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran juga dilakukan oleh Garda Pangan. Melalui akun Instagram, mereka membagikan cerita-cerita inspiratif, transparansi laporan kegiatan bulanan, dan kampanye berbasis data lainnya.
Selain program-program tadi, Garda Pangan juga mempunyai business unit yang terdiri atas food waste management service, food waste education and workshop, ugly produce business, dan organic waste treatment by Black Soldier Fly (FLY) atau yang biasa dikenal sebagai budidaya maggot. Serangga mini hitam ini akan mengurai sampah organik menjadi pakan ternak kaya protein dan pupuk tanaman berkualitas tinggi. Wuih, keren, ya!
Jadi Penyelamat Sisa Makanan Mulai dari Diri Sendiri
Dalam acara Zoom Gathering Good News From Indonesia (GNFI) dan Lomba Anugerah Pewarta Astra (APA) 2025 yang digelar pada 28 September 2025 lalu, Kevin tak hanya membagikan kisah sukses Garda Pangan, tetapi juga menyampaikan pesan yang mengena soal cara-cara sederhana namun efektif untuk mengurangi sisa makanan di keseharian kita.
Ia memperkenalkan tentang hierarki pemulihan makanan, berurutan dari mengurangi sumber sampah makanan, membagikan sisa makanan ke orang terdekat, memanfaatkannya sebagai pakan hewan, mengolah sampah organik menjadi kompos, dan paling terakhir adalah membuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kawan GNFI, sungguh inspiratif, ya, pencapaian Kevin dan relawan Garda Pangan! Kita bisa mulai menyelamatkan sisa makanan dengan cara yang sederhana. Misalnya, dimulai dari mengenali porsi makan kita dan melakukan meal prep untuk mengurangi potensi makanan terbuang. Yuk, bersama-sama kita wujudkan Indonesia tanpa sisa makanan dan kelaparan!
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News