Kesadaran yang Tumbuh dari Lingkungan Sekitar
Di tengah kehidupan masyarakat Lumajang yang banyak bergantung pada pertanian dan peternakan, masalah lingkungan sering kali muncul tanpa disadari. Limbah ternak yang dibuang ke sungai menjadi pemandangan biasa, begitu pula sampah plastik yang menumpuk di berbagai sudut desa. Kondisi ini tidak hanya mencemari air dan tanah, tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat sekitar.
Asriafi Ath-Tha’ariq, seorang pemuda dari Desa Rogotrunan, tidak bisa tinggal diam melihat situasi itu. Ia menyadari bahwa lingkungan yang rusak akan membawa dampak panjang, tidak hanya bagi generasinya, tetapi juga bagi anak-anak di masa depan. Kesadaran tersebut menumbuhkan tekad kuat dalam dirinya untuk bertindak, meskipun harus memulai dari langkah kecil.
Sejak 2012, ia mulai aktif melakukan berbagai kegiatan sederhana yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan. Dari situlah lahir julukan yang melekat padanya hingga kini, yakni “Provokator Lingkungan,” karena keberaniannya mengajak warga untuk bersama-sama bergerak menjaga bumi.
Inovasi dan Aksi Nyata
Gerakan Asriafi bukan hanya sebatas ajakan, melainkan diwujudkan melalui berbagai inovasi nyata. Ia mengembangkan konsep menabung air dengan membuat biopori, sumur resapan, serta memanen air hujan. Langkah ini terbukti membantu menjaga ketersediaan air tanah di tengah musim kemarau yang kerap melanda Lumajang.
Selain itu, ia menginisiasi pengelolaan sampah di tingkat masyarakat. Mulai dari pemilahan sampah, pembuatan komposter, hingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Semua ini dilakukan dengan semangat gotong royong, melibatkan warga agar sadar bahwa sampah bisa menjadi sumber daya jika dikelola dengan benar.
Asriafi juga memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami pangan dan tanaman obat keluarga (TOGA). Upaya ini bukan hanya soal penghijauan, tetapi juga menghadirkan manfaat ekonomi dan kesehatan bagi warga. Dari lingkup kecil di desa, gerakannya perlahan mulai meluas.
Dari Limbah Jadi Manfaat
Salah satu gagasan besar Asriafi lahir dari perhatiannya pada para peternak sapi di Lumajang. Ia melihat bagaimana kotoran ternak kerap dibuang begitu saja ke sungai, mencemari aliran air yang digunakan warga. Dari situ, ia mengajak para peternak untuk mengolah limbah tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Dengan pendampingannya, limbah kotoran sapi diubah menjadi pupuk organik yang kemudian bisa dipasarkan. Kegiatan ini tidak hanya mengurangi pencemaran sungai, tetapi juga menambah sumber penghasilan bagi para peternak. Gerakan yang ia sebut sebagai “Menuai Emas dari Kandang Ternak” berhasil membuktikan bahwa masalah lingkungan bisa diselesaikan dengan solusi kreatif.
Inovasi pupuk organik ini bahkan berkembang lebih jauh. Produk bernama Niki Pupuk Kompos (NPK) ciptaan Asriafi sukses meraih penghargaan dalam ajang Teknologi Tepat Guna tingkat nasional, menjadikannya inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia.
Pengakuan dan Harapan ke Depan
Dedikasi Asriafi dalam menjaga lingkungan tidak luput dari perhatian berbagai pihak. Pada 2020, ia dinobatkan sebagai Juara Pertama Pemuda Pelopor Jawa Timur dalam bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pariwisata, dan Lingkungan. Dua tahun kemudian, ia menerima Apresiasi Tingkat Provinsi dari SATU Indonesia Awards, yang semakin mengukuhkan kiprahnya di dunia lingkungan.
Penghargaan-penghargaan itu bukan tujuan akhir, melainkan pijakan untuk melangkah lebih jauh. Asriafi berharap gerakan lingkungan yang ia pelopori bisa menular ke daerah lain, sehingga semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap alam. Menurutnya, menjaga lingkungan bukan hanya tugas aktivis, melainkan tanggung jawab bersama.
Dengan semangatnya yang konsisten, Asriafi Ath-Tha’ariq membuktikan bahwa satu orang bisa menyalakan gerakan besar. Julukan “Provokator Lingkungan” yang ia sandang kini menjadi simbol bahwa provokasi bisa bermakna positif, menggugah kesadaran banyak orang untuk bersama-sama merawat bumi.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News