Ratusan ribu masyarakat Bandung memadati Lapangan Tegallega pada 11 Juni 1950. Para masyarakat hadir untuk menyaksikan dua pimpinan negara, yakni Soekarno dan Jawaharlal Nehru yang melakukan kunjungan di Bandung pada waktu itu.
Kedatangan Jawaharlal Nehru ke Bandung merupakan salah satu rangkaian dari kunjungan Perdana Menteri India ke Indonesia pada waktu itu. Soekarno yang menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat turut mendampingi kunjungan dari Nehru ke beberapa daerah pada waktu itu.
Dalam kunjungannya ini, kedua pemimpin dunia tersebut turut memberikan pidato di hadapan ratusan ribu masyarakat yang hadir. Lantas apa saja yang dibahas oleh Jawaharlal Nehru dan Soekarno dalam pidatonya tersebut?
Pidato Jawaharlal Nehru
Dikutip dari artikel "Negara Kesatuan akan Mewujudkan Keteguhan Politik, Fase Constructief Sudah Tiba" yang terbit di surat kabar Fikiran Rakyat edisi 12 Juni 1950, kunjungan Nehru dan Soekarno ke Bandung terjadi pada 11 Juni 1950. Sejak pagi masyarakat sudah berkerumun di Lapangan Tegallega untuk menyaksikan pidato dari kedua tokoh negara tersebut.
Dalam artikel disebutkan bahwa terdapat lebih kurang 100 ribu masyarakat yang memadati Lapangan Tegallega waktu itu. Ratusan ribu masyarakat ini hadir untuk menyaksikan wajah dari Nehru serta Soekarno serta mendengarkan pidato yang mereka sampaikan.
Tepat pada pukul 10.00 WIB, Nehru naik ke atas podium dan menyampaikan pidato di hadapan ratusan ribu masyarakat Bandung. Tepukan tangan dari masyarakat yang hadir turut membersamai proses ketika Nehru naik ke atas podium untuk menyampaikan pidato.
Dalam pidatonya, Nehru menyampaikan bahwa besar harapan dari dirinya agar hubungan antara India dan Indonesia bisa terjalin dengan baik. Selain itu, dirinya juga berharap agar kedua negara bisa saling mengerti dan menjalin kerja sama dengan lebih erat lagi ke depannya.
Nehru juga tertarik dengan semboyan yang dilontarkan oleh masyarakat yang hadir pada waktu itu. Banyak seruan yang disampaikan oleh masyarakat kepada Pemerinta India agar membebaskan para pimpinan buruh yang ditawan pada waktu itu.
Jawaharlal Nehru juga menyinggung tentang kemerdekaan yang berhasil diraih oleh masyarakat Indonesia dalam pidatonya. Nehru menjelaskan bahwa kemerdekaan politik bukanlah satu-satunya hal penting yang bisa diraih oleh sebuah bangsa.
Selain kemerdekaan politik, kemerdekaan ekonomi juga menjadi hal penting lainnya yang wajib untuk dicapai. Oleh sebab itu, Nehru menyerukan agar segenap masyarakat Indonesia bisa bekerja dengan lebih giat agar bisa mencapai cita-cita tersebut.
Soekarno Sampaikan Pidato dalam Bahasa Sunda Campuran
Soekarno juga turut menyampaikan pidato di hadapan masyarakat Bandung dalam kesempatan ini. Uniknya, Soekarno menyampaikan pidato dengan menggunakan bahasa Sunda campuran pada waktu ini.
Hal ini didasari oleh dorongan masyarakat yang ingin mendengarkan Soekarno berpidato dalam bahasa Sunda. Meskipun tidak menggunakan bahasa Sunda secara keseluruhan, Soekarno tetap mengabulkan permintaan masyarakat yang hadir di Lapangan Tegallega waktu itu.
Dalam pidatonya, Soekarno menyampaikan gagasannya untuk mencapai cita-cita nasional agar terwujudnya Negara Kesatuan Indonesia. Sebab hal ini sesuai dengan amanat yang ada dalam proklamasi 17 Agustus 1945.
Selain itu, Soekarno juga mendorong agar nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila bisa terlaksana secara keseluruhan. Soekarno juga menjelaskan beberapa hal lain yang menjadi fokus utama pemerintah pada waktu itu, seperti pembangunan pendidikan, ekonomi, sosial, dan lainnya.
Acara yang digelar di Lapangan Tegallega Bandung ini tidak berlangsung lama. Sebab pada siang harinya pukul 14.30 WIB, rombongan Soekarno bersama Jawaharlal Nehru bertolak menuju Yogyakarta dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia Airways.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News