Seperti yang kita tahu, uang adalah alat tukar resmi yang sejak dulu hingga kini menjadi alat penentu nilai dari sebuah barang. Namun tahukah Kawan? Kalau limbah plastik kini bisa menjadi satu metode pembayaran kedepannya?
Kawan mungkin akan bertanya-tanya, bagaimana barang yang sudah kita gunakan, mempunyai label “limbah” yang merugikan lingkungan dan cukup berbahaya untuk ekosistem alam dapat digunakan untuk alat pengganti uang?
Berawal dari Keresahan, Menjadi Gagasan Merubah Pola Pikir
Ide ini bermula dari Arif Rahman Abidin dan Suhendra Setiadi di tahun 2019. Berawal karena sebuah realita bahwasanya Indonesia pernah di peringkat kedua negara dengan penghasil limbah plastik terbanyak sedunia, tetapi di satu sisi Indonesia masih aktif dalam mengimpor bahan plastik untuk kebutuhan industri.
Dari keresahan yang mereka punya, daripada hanya melakukan praktek yang sama seperti pada umumnya lewat baliho yang berisi himbauan atau larangan, dua pemuda ini berpikir perlu adanya gerakan yang membuat masyarakat terlibat. Barulah kemudian mereka berpikiran untuk menciptakan sebuah inovasi “Plasticpay”
Lewat inovasi ini, yang mereka upayakan adalah merubah pikir masyarakat bahwasanya ada opsi lain untuk limbah plastik yang mereka gunakan, khususnya botol minum. Alih-alih membuangnya, Arif dan Suhendra membawa gagasan “bagaimana jika kita bisa menukarkan limbah ini menjadi saldo uang. Baik itu berupa e-wallet atau dikirim ke rekening".
Plasticpay sendiri sebenarnya hanyalah sistem poin yang didapatkan ketika kita menukarkan botol plastik kosong ke sebuah inovasi yang disebut Reverse Vending Machine (RVM). Jika vendingmachine umumnya adalah teknologi untuk membeli (mengeluarkan) makanan ringan dan minuman secara otomatis, inovasi dari Plasticpay justru kebalikannya.
Reverse Vending Machine, Kolaborasi dengan Brand Ternama
Sejak pertama kali diperkenalkan pada 2021, Reverse vending machine mengusung konsep “membeli botol bekas dari pelanggannya”. Kebalikan dari mesin serupa pada umumnya. Untuk langkah dan cara penggunaannya sendiri terbilang sederhana, pertama kita hanya perlu mengunduh aplikasi Plasticpay dan mendaftar akun sebelum mengumpulkan botol bekas. Jika sudah Kawan hanya perlu memasukkan plastik tersebut ke lubang hitam yang berada di sebelah kanan RVM. Lalu yang terakhir, Kawan hanya tinggal men-scanbarcode yang tertera di aplikasi ke layar yang ada di mesin.
Langkah-langkah ini juga bisa Kawan baca di mesinnya langsung. Tak hanya dengan teknologi, cara ini juga diterapkan lewat inovasi lainnya yakni Dropbox. Sebuah tempat pembuangan tradisional khusus limbah plastik. Kedua inovasi ini kini sudah tersebar di ruang publik di pulau Jawa dan Bali dengan jumlah total plastik yang sudah terkumpul sekitar 110 ton.
Jika berbicara tentang sistem poinnya, untuk satu botol plastik sendiri bernilai 56 poin. Jika dikonversikan, satu poin sendiri bernilai sama dengan 1 rupiah. Lalu kemudian, poin ini baru bisa ditukarkan jika nominalnya setara dengan Rp50.000,-
Demi mewujudkan sebuah gerakan yang berkelanjutan, Plasticpay tak hanya berkembang sendiri. Mereka mengusung kolaborasi dengan beberapa brand ternama. Baik itu perusahaan swasta ataupun milik negara. Mereka juga bahkan sudah berkolaborasi dengan 2 brand raksasa air mineral, Bank Syariah Indonesia, dan e-wallet OVO.
Meski demikian, inovasi ini hanyalah salah satu cara Plasticpay untuk mengambil peranan demi keberlanjutan. Langkah platform ini tidak hanya sebatas inovasi mengumpulkan limbah. Namun mereka juga memanfaatkan media sosial sebagai ruang edukasi, memberi insight tentang realita terkait limbah plastik, hingga membagikan cerita mereka baik dalam mengumpulkan plastik hingga cara mengolah limbah yang telah mereka kumpulkan.
#KabarBaikSATUIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News