Kawan GNFI, Sesar Lembang adalah salah satu patahan aktif yang terletak di wilayah Jawa Barat. Potensi aktivitas seismiknya dapat menyebabkan gempa bumi dan seringkali menjadi topik krusial di masyarakat.
Sesar Lembang memiliki potensi yang cukup besar dalam memengaruhi wilayah sekitarnya. Ancamannya seperti bom waktu yang membutuhkan kesiapsiagaan penuh karena risiko yang cukup tinggi.
Kawan mungkin bertanya, apa itu Sesar Lembang dan langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghadapi potensi aktivitasnya? Simak penjelasannya berikut ini, ya, Kawan GNFI!
Awal Mula Terbentuknya Sesar Lembang
Sesar Lembang adalah patahan yang terletak di daerah Jawa Barat.Patahan ini melewati beberapa kecamatan di Kota Bandung, seperti kawasan Cisarua, Parongpong, Lembang, dan Padalarang.
Sesar Lembang termasuk dalam patahan aktif yang membentang dari selatan Tangkuban Perahu, Lembang, dan Maribaya hingga ke lereng barat Gunung Manglayang. Patahan sendiri adalah retakan atau lipatan di kerak bumi yang terjadi karena tekanan tektonik.
Sesar Lembang inimenjadi bagian dari sistem geologi aktif dan nyata keberadaannya. Sesar Lembang juga dapat menyebabkan pergeseran dan menumpuknya energi yang pada akhirnya menyebabkan gempa bumi.Patahan ini memiliki potensi besar untuk memicu gempa bumi dengan kekuatan signifikan.
Diperkirakan, gempa bumi yang terjadi akibat Sesar Lembang dapat mencapai magnitudo antara 6,8 sampai 7 pada skala Richter, dan bisa berdampak luas pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Dilansir dari BRIN, dalam penelitian paleoseismologi atau kajian gempa purba, Sesar Lembang telah beberapa kali menjadi pemicu gempa bumi dengan magnitudo besar.
Peristiwa gempa bumi dari Sesar Lembang terjadi pada abad ke-15. Meski sementara ini masih belum ada bukti kuat, tetapi gempa sekitar 60 tahun SM meninggalkan jejak pergeseran sekitar 40 sentimeter.
Menurut catatan geologi, kawasan Sesar Lembang juga ditemukan jejak gempa yang lebih tua sekitar 19 ribu tahun lalu yang menjadikan bukti bahwa Sesar Lembang dengan gempa besar dapat berulang dalam rentang waktu 170-670 tahun.
Dari struktur tersebut kemudian berkembang menjadi patahan mendatar aktif yang memang dapat menyebabkan gempa bumi.
Lima ratus tahun kemudian, gempa lain terjadi dengan magnitudo 6,5 skala Richter. Gempa ini menyebabkan bagian utara patahan amblas dalam rentang kedalaman antara 0,5 hingga 1 meter dari bagian selatannya.
BRIN juga mengungkap bahwa apabila mengacu pada kajian teoritis ini, siklus gempa besar diperkirakan paling lambat sekitar tahun 2170 yang artinya secara waktu, perkiraan, dan siklus ini relatif dekat dengan masa sekarang.
Sesar Lembang menjadi bukti akan sistem geologi aktif dan dibuktikan dengan adanya gempa bumi magnitudo 6,5-7 skala Richter yang juga tampak dari hasil uji parit di kilometer 11,5.
Gambaran rentang waktu ini bukan menjadi kepastian akan kapan gempa bumi itu akan terjadi, tapi siap dan waspada menjadi kunci dalam menjaga keselamatan pribadi maupun lingkungan di sekitar Sesar Lembang.
Baca juga: Bagaimana Gempa Bumi Terjadi? Ini Proses, Jenis, dan Penjelasannya
Karakteristik Sesar Lembang
Sesar Lembang memiliki karakteristik sebagai patahan aktif bertipe strike-slip atau pergeseran mendatar. Patahan ini terletak sekitar 10 kilometer di utara Kota Bandung, Jawa Barat.
Menurut Antara, patahan Sesar Lembang membentang sepanjang sekitar 25 hingga 29 kilometer, dari wilayah Padalarang hingga Jatinangor. Pergeseran mendatar terjadi ke arah kiri (sinitral) dengan ketinggian bervariasi dari 450 meter di puncak Gunung Palasari Maribaya hingga 40 meter di Cisarua.
“Bukti nyata bisa dilihat dari pergeseran Sungai Cimeta yang telah bergeser sejauh 120 meter, bahkan di beberapa lokasi mencapai 460 meter,” ungkap Mudrik, periset geologi bumi BRIN dalam wawancara tim Humas BRIN, Kamis (28/8/2025).
Dilansir dari laman BRIN, pergeseran patahan Sesar Lembang ini didominasi oleh pergeseran mendatar sekitar 80-100% dan pergeseran naik-turun hanya sekitar 0-20%.
Pergeseran terbaru menyebut, patahan Sesar Lembang terjadi dengan kecepatan antara 1,9 hingga 3,4 milimeter per tahun. Hal ini masih terlihat sangat kecil, tapi pergeseran yang terus berlangsung bila terakumulasi selama ratusan tahun dapat memicu terjadinya gempa bumi.
Upaya Mitigasi Sesar Lembang
Sesar Lembang aktif dan menghasilkan gempa bumi dalam era modern, tercatat pada tahun 2011, 2017, dan baru-baru ini, yaitu pada 20 Agustus 2025.
Pada 20 Agustus 2025, terjadi gempa berkekuatan 1,7 dengan kedalaman 10 meter di area sesar, yang didahului oleh peningkatan aktivitas gempa ringan dalam beberapa bulan terakhir.
Upaya mitigasi terus dilakukan karena aktivitas sesar Lembang semakin meningkat. Upaya tersebut meliputi pemetaan daerah rawan, edukasi masyarakat, dan pembangunan rumah tahan gempa untuk mengurangi dampak bencana.
Meskipun pergeseran sesar terjadi secara perlahan, akumulasi energi di area sesar memicu gempa yang dampaknya dapat menjangkau luas. Karena itu, pemerintah menetapkan jarak aman di sekitar garis sesar sekitar 100-150 meter sesuai standar internasional.
Selain itu, di beberapa desa, sepanjang jalur sesar, mulai diterapkan sistem deteksi dini dan persiapan jalur evakuasi sebagai langkah antisipasi. Mengingat risiko yang cukup besar, kesiapsiagaan terhadap ancaman dari Sesar Lembang perlu ditingkatkan.
Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat merupakan cara efektif untuk meminimalkan dampak buruk yang kerap terjadi. Dengan memahami ancaman, sikap proaktif dan pembangunan kesiapan secara bersama-sama menjadi kunci bagi keselamatan bersama.
Baca juga: Mengenal Sesar Lembang, Patahan Berbahaya yang Juga Destinasi Wisata
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News