Kisah inspiratif ini datang dari sang pencerdas anak petani, julukan yang diberikan kepada seorang anak muda dari Gowa, Sulawesi Selatan. Pemuda itu bernama Jamaluddin, yang akrab disapa Jamal.
Salah satu alasan adanya gerakan ini adalah karena tingkat pendidikan yang sangat rendah di daerahnya, tepatnya di Desa Kanreapia, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Saking rendahnya tingkat pendidikan disana sampai ada sebagian besar warga yang buta huruf, banyak anak sd yang putus sekolah, pernikahan dini meningkat. Bahkan ada pemikiran bahwa: “seseorang yang melanjutkan pendidikannya itu percuma, karena pada akhirnya mereka akan bekerja.”
Dan ya, Jamal adalah orang pertama di desanya yang berhasil melanjutkan pendidikan hingga S2, jurusan ilmu manajemen di Universitas Muslim Indonesia. Mengetahui kondisi daerahnya seperti itu, hatinya pun tergerak. Anak muda yang berusia 35 tahun itu memang sudah lama memiliki rencana untuk kembali ke desa dan menyebar pendidikan di sana, ia rasa inilah waktu yang paling tepat.
Seperti yang kita duga, semua hal baru mulai memanglab sulit. Hal itupun juga dirasakan oleh Jamal saat baru pertama kali menggagaskan ide di desanya.
Di Desa Kanreapia, rata-rata mata pencaharian penduduknya adalah petani, terutama petani sayur karena tempat tinggal mereka yang berada di dataran tinggi. Keuntungan yang didapat dari para petani disana pun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sayur yang dihasilkan perhari bisa mencapai 20 ton.
Merekapun bekerja keras dengan matapencaharian mereka, sampai-sampai mereka rela untuk memutuskan pendidikan anaknya bahkan yang masih menginjak sekolah dasar agar bekerja seperti mereka. Mencari nafkah. “Toh, sekolah setinggi apapun nasibnya akan tetap sama, bekerja,” pikir mereka.
Dari sinilah, Jamal sebagai seorang anak yang dulu pernah putus sekolah tidak ingin membuat anak-anak petani lainnya merasakan hal yang sama. Tidak seharusnya anak sekecil mereka sudah dituntut untuk bekerja bahkan dinikahkan di usia muda. Mereka masih membutuhkan waktu untuk bermain, bersosialisasi dengan teman seumuran mereka, memperluas cara pandang mereka, mempertajam cara berpikir mereka, dan semua hal itu bisa mereka dapatkan dengan pendidikan. Hidup hanya tentang bagaimana cara bertahan hidup, tapi juga bagaimana bisa berguna bagi manusia lainnya. Dengan pendidikan kita bisa memanusiakan manusia lainnya, dengan pendidikan kita memajukan bangsa. Sedangkan anak muda adalah senjata utama yang kita miliki untuk memajukan bangsa ini.
Jamal pun bertekad untuk tetap melaksanakan programnya di desa. Meskipun banyak warga yang menolak, tapi dirinya tetap semangat berkat dukungan keluarga serta istrinya. Ia pun menggagas Rumah Koran, di mana rumah tersebut yang dahulunya merupakan kandang bebek milik ayahnya yang telah lama tidak beroperasi. Jamal merenovasi tempat tersebut kurang lebih selama satu minggu dengan memenuhi rumah tersebut dengan tempelan koran. Sehingga rumah tersebut dinamakan dengan Rumah Koran.
Rumah Koran bukan hanya sekedar rumah biasa yang dipenuhi koran, tapi sebuah rumah yang isinya adalah anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikannya, para warga yang ingin belajar membaca agar tidak selamanya mereka huta huruf. Bukan hanya sekedar wadah belajar, tapi juga tempat mengubah pola pikir mereka. Sehingga saat ini, berkat berdirinya Rumah Koran tersebut banyak anak petani dari desa Kanreapia melanjutkan pendidikannya sampai S1.
Tak sampai di situ, bahkan sampai saat ini rumah tersebut masih digunakan warga sebagai tempat berdiskusi tentang bagaimana cara mengembangkan hasil tani mereka.
Jamaluddin memeroleh penghargaan SATU Indonesia Award pada kategori Pendidikan berkat gerakannya melalui Rumah Koran yang berpengaruh luar biasa itu. Desa Kanreapia pun juga mendapat penghargaan sebagai salah satu Kampung Berseri Astra (KBA).
Ia harap programnya ini bukan hanya berperan dalam pendidikan, tapi juga dalam lingkungan, kewirausahaan, bahkan pertanian.
Dari sini, ketika satu kampung ikut berpartisipasi, bukan hanya satu dua orang yang berhasil tapi semua. Bahkan nama desa pun juga terkenal.
Tak heran aksi dari Jamaluddin mendapat penghargaan dari SATU Indonesia Award. Ini bukti bahwa ketika anak muda benar-benar bertekad untuk kemauannya, selagi tekad itu masih ada mereka akan berhasil.
So, kenapa Kawan tidak ingin menjadi salah satu anak muda yang bermanfaat bagi manusia lainnya juga?
#kabarbaikindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News