batik pasiran merajut kearifan lokal dan ekonomi kreatif di kampung adat pasir garut - News | Good News From Indonesia 2025

Batik Pasiran: Merajut Kearifan Lokal dan Ekonomi Kreatif di Kampung Adat Pasir Garut

Batik Pasiran: Merajut Kearifan Lokal dan Ekonomi Kreatif di Kampung Adat Pasir Garut
images info

Batik Pasiran: Merajut Kearifan Lokal dan Ekonomi Kreatif di Kampung Adat Pasir Garut


Kabupaten Garut di Jawa Barat tidak hanya tersohor karena keindahan alam dan kekayaan kuliner. Di salah satu sudutnya yang tenang, tepatnya di Kampung Pasir, Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, tersimpan sebuah warisan budaya yang relatif baru dan sarat akan makna, yaitu Batik Pasiran.

Ini bukanlah sekadar kain bermotif, melainkan sebuah kanvas yang melukiskan keharmonisan hidup masyarakat adat Sunda Wiwitan dengan alam sekitarnya. Dalam setiap goresan malamnya, Batik Pasiran menjadi wujud ekspresi kearifan lokal sekaligus motor penggerak ekonomi kreatif yang menjanjikan.

Lahir dari tangan-tangan terampil masyarakat Kampung Pasir, batik ini tergolong baru dan mulai diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, keunikan dan nilai-nilai luhur yang diusungnya mampu menarik perhatian banyak pihak, mulai dari pejabat pemerintah hingga para pencinta budaya.

Awal Mula kerajinan Batik Pasiran

Mengutip dari jurnal Panggung berjudul "Batik Pasiran: Wujud Kearifan Lokal
 Batik Kampung Pasir Garut" yang ditulis oleh Nyai Kartika, dkk. di Universitas Padjadjaran, kisah Batik Pasiran secara resmi dimulai pada Juli 2019, ketika masyarakat Adat Kampung Pasir mendapatkan bimbingan dan pembinaan dari Dinas Industri dan Perdagangan setempat untuk belajar membatik.

Namun, benih keahlian sesungguhnya telah lama tertanam. Masyarakat Kampung Pasir secara turun-temurun dikenal memiliki kemampuan unggul dalam seni ukiran kayu dan batu. Kepekaan artistik dan ketelatenan yang sudah terasah inilah yang menjadi modal dasar bagi mereka untuk menyerap ilmu membatik dengan sangat cepat.

Dinas terkait memproyeksikan waktu dua tahun bagi para perajin untuk dapat terampil membatik. Akan tetapi, berkat fondasi seni yang kuat, masyarakat Kampung Pasir berhasil menguasai teknik membatik hanya dalam kurun waktu satu tahun.

Pada awalnya, terdapat 12 orang yang sudah memiliki dasar membatik karena pernah belajar di Cigugur dan Kuningan. Setelah pelatihan dari dinas, jumlah perajin bertambah menjadi 20 orang. Kegiatan membatik ini umumnya dipusatkan di sebuah balai pertemuan yang disebut Bale.

Filosofi dalam Sehelai Kain: Motif yang Menyatu dengan Alam

Kekuatan utama Batik Pasiran terletak pada motifnya yang merupakan cerminan kehidupan masyarakat yang menyatu dengan alam. Berbeda dengan batik dari daerah lain, objek-objek motif Pasiran diambil dari unsur-unsur alam yang ada di lingkungan sekitar Kampung Pasir.

Motif yang digambarkan antara lain adalah cai (air), pare (padi), daun awi (daun bambu), sisit lauk (sisik ikan), hingga kembang tapak dara (bunga tapak dara). Setiap corak ini bukan hanya hiasan, melainkan ungkapan pengalaman empiris dan keseharian masyarakat yang membentuk satu kesatuan budaya.

Dari sekian banyak motif yang ada, dua di antaranya telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), yakni Motif Mayang Kahuripan dan Motif Leuit Pare.

1. Motif Mayang Kahuripan

Motif ini memadukan unsur flora dan fauna. Makna yang terkandung di dalamnya sangat mendalam, yaitu untuk menyambung kehidupan (hirup huripna). Manusia tidak hanya membutuhkan nasi untuk makan, tetapi juga keseimbangan dengan unsur alam lainnya. Ini adalah representasi filosofi hidup yang memandang alam sebagai sumber kehidupan yang utuh.

2. Motif Leuit Pare

Leuit berarti lumbung padi. Motif ini secara harfiah menggambarkan lumbung tempat menyimpan padi, sebagai simbol kemakmuran dan ketahanan pangan. Ini menegaskan betapa pentingnya hasil pertanian bagi kehidupan masyarakat Kampung Pasir.

Kedua motif unggulan ini menegaskan bahwa Batik Pasiran adalah salah satu bentuk kearifan lokal batik Sunda yang otentik.

baca juga

Keunikan Proses dan Produk: Otentisitas dari Hulu ke Hilir

Salah satu hal yang membuat Batik Pasiran istimewa adalah proses pembuatannya yang masih sangat tradisional. Para perajin belum menggunakan teknologi batik cap maupun printing.

Setiap helai kain dihasilkan melalui proses batik tulis tangan yang telaten, menjadikannya sebuah karya seni yang autentik. Proses yang panjang dan membutuhkan keahlian tangan ini tentu saja membuat Batik Pasiran memiliki nilai jual yang tinggi.

Keunikan tidak berhenti pada proses produksi. Kemasan Batik Pasiran pun menunjukkan kearifan lokal yang luar biasa. Alih-alih menggunakan plastik atau kertas, batik ini dikemas menggunakan bambu.

Di dalam kemasan bambu tersebut, diselipkan akar wangi yang berfungsi sebagai pewangi alami sekaligus pelindung kain dari serangan rayap atau ngengat, sehingga kain menjadi lebih awet dan tahan lama. Dari segi visual, Batik Pasiran didominasi oleh warna-warna yang teduh dan kalem, mirip dengan karakteristik Batik Garutan yang lebih dulu populer.

Dampak Positif: Menggerakkan Roda Ekonomi dan Pariwisata

Kehadiran industri Batik Pasiran membawa angin segar bagi perekonomian masyarakat Kampung Pasir, yang mayoritas sebelumnya bekerja sebagai buruh tani dan bangunan. Kegiatan membatik kini menjadi salah satu keunggulan yang mampu menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga.

Lebih dari itu, industri ini secara signifikan mengangkat peran perempuan. Para perempuan yang biasanya berada di ranah domestik kini memiliki peran ganda, turut berkontribusi secara ekonomi bagi keluarga mereka.

Seiring berjalannya waktu, nama Batik Pasiran mulai dikenal luas. Kunjungan dari tokoh-tokoh penting seperti Atalia Praratya (istri Istri Ridwan Kamil) dan Teten Masduki (Mantan Menteri Koperasi) turut mendongkrak popularitasnya. Kini, Batik Kampung Pasir telah menjadi salah satu cendera mata khas dari Garut dan menjadi daya tarik wisata budaya tersendiri.

Batik Pasiran adalah bukti nyata bahwa tradisi dan modernitas dapat berjalan beriringan. Ia bukan hanya sekadar karya seni atau warisan leluhur, tetapi juga medium ekspresi kearifan lokal, penggerak ekonomi, dan simbol pemberdayaan masyarakat. Meski usianya masih sangat muda, akan tetapi potensinya begitu besar.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MS
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.