karangpoh desa pandai besi yang menempa harapan - News | Good News From Indonesia 2025

Karangpoh: Desa Pandai Besi yang Menempa Harapan

Karangpoh: Desa Pandai Besi yang Menempa Harapan
images info

Karangpoh: Desa Pandai Besi yang Menempa Harapan


Pernahkah Kawan GNFI membayangkan sebuah desa kecil yang setiap harinya dipenuhi suara logam yang dipukul berulang kali berpadu dengan panasnya tungku pembakaran? Suasana itulah yang bisa Kawan GNFI temukan di Dukuh Karangpoh, Desa Padas, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Suara denting palu telah menjadi musik sehari-hari bagi warga desa ini sehingga desa ini dijuluki sebagai “Desa Pandai Besi,” tempat para perajin logam menempa karya. Dari tangan-tangan para perajin di desa ini, lahir beragam alat yang tak hanya memiliki fungsi nyata, tetapi juga sarat akan nilai kerja keras.

Di samping gapura masuk desa ini, Kawan GNFI akan langsung disambut oleh sebuah ikon yang begitu masif dan mencolok, yakni sebuah cangkul raksasa setinggi tiga meter. Ikon ini bukan sekadar pajangan, melainkan simbol perjalanan panjang masyarakat Karangpoh dalam menekuni dunia pandai besi. Cangkul sendiri merupakan alat sederhana yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Namun, di baliknya tersimpan makna ketekunan dan pengabdian.

Jejak Panjang Sebuah Tradisi

Masyarakat Karangpoh sudah lama menggantungkan hidup pada dunia logam. Profesi pandai besi diwariskan secara turun-temurun, sudah mendarah daging dari generasi ke generasi. Bagi mereka, logam bukan sekadar bahan keras yang ditempa menjadi alat, melainkan bagian dari identitas.

Supriyanto, salah seorang perajin menuturkan bahwa sejak dulu warga Karangpoh memang hidup dari membuat cangkul. “Menjadi pandai besi itu sudah dilakukan warga secara turun-temurun. Produksi cangkul bikinan pandai besi di Karangpoh dipasarkan ke berbagai daerah,” ujarnya.

Erna Wahyuningsih, selaku Kepala Desa, mengatakan bahwa seluruh warga desa ini berprofesi sebagai perajin cangkul dan alat-alat pertanian. Tercatat ada sekitar 150 keluarga yang masih aktif menekuni profesi sebagai pandai besi. Sebagian dari mereka ada yang menjadi perajin, penempa besi, maupun mengerjakan finishing.

Produk andalan di kampung ini yakni cangkul sawah yang keunggulannya diakui hingga ke luar daerah. Seiring berkembangnya zaman, para perajin juga mulai berinovasi. Mereka tergabung dalam koperasi bernama Koprinka Delapan Belas Desa Padas, Klaten, yang kini telah memiliki izin resmi untuk memasarkan cangkul bersertifikat SNI dengan merek cangkul merah-putih.

Supri menambahkan bahwa ada 40 perajin yang tergabung di koperasi. Masing-masing perajin dengan empat tenaga kerja bisa memproduksi cangkul hingga 40 unit per hari. Jumlah ini menunjukkan betapa besarnya potensi produksi yang dimiliki Dukuh Karangpoh jika dikelola dengan baik.

Dari Desa Pandai Besi ke Desa Sejahtera

Namun, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, bagaimana caranya agar tradisi ini tetap lestari dan sekaligus bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat? Jawaban itu datang melalui program Desa Sejahtera Astra (DSA).

Desa Padas menjadi salah satu desa binaan yang mendapatkan pendampingan untuk mengoptimalkan potensi lokal. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar, yakni menjadikan keterampilan pandai besi bukan sekadar tradisi, tetapi juga berkembang menjadi sumber kesejahteraan yang berkelanjutan.

Melalui program ini, masyarakat tidak hanya dibekali dukungan produksi, tapi juga pengembangan kualitas, pemasaran, hingga penguatan kapasitas SDM. Sehingga denting palu yang tadinya hanya terdengar di halaman-halaman rumah kini menggema meluas menembus pasar yang lebih besar dan membuka peluang ekonomi baru. Dukuh Karangpoh mengajarkan bahwa tradisi tidak harus hilang karena zaman, tetapi justru bisa menjadi modal berharga untuk melangkah ke masa depan. Melalui dukungan Desa Sejahtera Astra, Karangpoh membuktikan bahwa tradisi dan modernisasi bisa berjalan beriringan.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.