Kawan GNFI pernah terbayang tidak, sih, sepatu yang berasal dari kulit ceker ayam? Kalau belum, Kawan harus berkenalan dengan Nurman, nih! Beliau adalah penerima SATU Indonesia Awards sekaligus manusia pertama di muka bumi ini yang menciptakan sepatu dari kulit ceker ayam, lho!
SATU Indonesia Awards merupakan bentuk penghargaan dari Astra kepada generasi muda bangsa yang telah memberikan kontribusi nyata dalam mewujudkan kehidupan berkelanjutan. Penghargaan ini mencakup lima bidang utama, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi, serta satu kategori khusus untuk kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut. Hingga kini, SATU Indonesia Awards telah memiliki 726 penerima dari penjuru Nusantara.
Salah satu penerima penghargaan pada periode 2019 SATU Indonesia Awards adalah Nurman Farieka Ramdhany, atau dikenal dengan pencetus program “Penyulam Sepatu Kulit Ayam”. Nurman meraih penghargaan pada kategori kewirausahaan, dan menjadi orang pertama yang menciptakan sepatu berbahan baku kulit kaki atau ceker ayam.
Awalnya pada 2015, Nurman dan tim melakukan riset mengenai ayam, salah satunya adalah jenis kulit ceker ayam. Pada saat itu, mereka melakukan kampanye untuk menjadikan kulit ceker ayam sebagai alternatif pengganti kulit ular dan buaya dalam pembuatan sepatu. Dengan begitu, lahirlah Hirka, brand sepatu berbahan dasar kulit ceker ayam pertama di dunia.
Hirka berasal dari bahasa Turki yang berarti dicintai. Pada kanal Youtube SATU Indonesia, Nurma menjelaskan bahwa salah satu alasan ia mengambil dari bahasa Turki karena pada masa itu, Turki merupakan salah satu negara dengan anak muda yang berdaya dan bersemangat tinggi.
Meskipun sukses dengan inovasi sepatu ciptaannya, tetapi tentu saja jalan yang dilalui Nurma tidak luput dari tantangan. Nurma mengaku pada masa awal merintis, ia bahkan tidak mendapatkan banyak kepercayaan dari lingkaran pertemanannya. Ini disebabkan karena ia hendak menciptakan hal baru dengan probabilitas keberhasilan yang begitu kecil. Namun, Nurman tidak menyerah. Bersama timnya, mereka tetap melanjutkan proyek secara konsisten hingga membangun kepercayaan dari orang-orang sekitar.
Sayangnya, kepercayaan orang terdekat saja tidak cukup. Nurman dan tim juga harus mengambil kepercayaan dari pasar bila mereka ingin serius terhadap usaha sepatu kulit ini. Pada tahun 2017-2018, mereka pun melakukan riset pasar, mulai dari pasar wanita hingga pria. Mereka akhirnya berhasil memahami arah dan target pasar pada tahun 2019.
“Dan di situ kita mutusin buat masuk market pria. Kita ada dua model yang dikeluarin, yaitu formal dan kasual, begitu,” jelas Nurman saat diwawancara oleh SATU Indonesia di kanal Youtube pada Rabu, (26/10/22).
Nurman menuturkan bahwa ia mengalami lebih banyak tantangan saat mencoba masuk ke pasar wanita. Mereka pernah meluncurkan high heels dan flat shoes, tetapi begitu para pembeli wanita mengetahui bahwa itu terbuat dari kulit ceker ayam, mereka mundur secara perlahan.
“Awalnya mereka enggak impress bahwa ini tuh sepatu dari kulit ceker ayam, mereka tahunya ini bau ular. Ketika saya mencoba kasih tahu mereka bahwa ini kulit ceker ayam, mereka agak kaget. Mereka simpan, mereka lihat, langsung mundur. Jadi, banyak respon kayak begitu, lah. Mereka entah itu geli, mereka biasanya makan, ‘kayaknya bau amis deh?’ padahal ‘kan itu sudah melewati banyak tahapan,” lanjut Nurman (26/10/22).
Kawan GNFI pasti penasaran ‘kan bagaimana proses pembuatannya? Nah, jadi pada tahapan pertama ada yang namanya penyisitan. Penyisitan ini adalah proses pemisahan antara daging dengan tulangnya. Di sini, ceker ayam akan dipisahkan menjadi tiga elemen utama, dan yang diambil hanyalah kulitnya, sedangkan daging dan tulang akan dikonsumsi.
Setelah penyisitan, ada beberapa proses tambahan, seperti menghilangkan bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit ceker ayam. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan untuk tahapan selanjutnya, dengan mengubah material mentah menjadi material setengah jadi. Setelah melalui semua tahapan tersebut, barulah kulit ayam memasuki tahapan finishing, lalu siap untuk diwarnai, dimasukkan volume, dan sebagainya.
"Kebetulan kalau Hirka juga kita menganut satu pesan yang ingin kita sampaikan. Kebanyakan anak muda zaman sekarang tidak sabaran, nih. Ketika mereka memulai sesuatu, mereka ingin mendapatkan hasilnya instan, dan didukung juga dengan digital. Dengan adanya digital, semuanya bisa lebih cepat, tapi enggak secepat itu juga," jelas Nurman (26/10/22).
Nurman juga menekankan bahwa proses itu penting. Ia berharap bahwa anak muda memiliki peran masing-masing pada setiap bagian, dan menjadikannya sesuai dengan kelebihan mereka.
Memang unik, ya! Kalau Kawan GNFI sendiri, tertarik tidak nih untuk membeli sepatu dari kulit ceker ayam?
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News