Di sebuah sore di Papua Barat Daya, sekelompok anak berkumpul di pinggir jalan berdebu. Mereka menunggu bukan untuk pedagang mainan atau rombongan hiburan, melainkan sosok sederhana dengan kendaraan yang penuh muatan buku. Saat kendaraan itu tiba, mata mereka berbinar, buku-buku warna-warni segera tertata di atas meja. Hari itu, belajar dan membaca kembali terasa sebagai perayaan. Sosok dibalik pemandangan itu adalah Baltasar Klau Nahak, atau akrab disapa Ka Ball. Melalui gagasan Perpustakaan Keliling Agape, ia berkomitmen untuk membawa buku dan pengetahuan ke kampung-kampung yang jauh dari pusat kota.
Berawal dari prihatin melihat banyak anak di daerah terpencil yang kesulitan mendapat akses buku dan layanan pendidikantambahan, Ka Ball mengambil langkah nyata. Melalui Perpustakaan Keliling Agape, ia berkeliling membawa buku dan bacaan ke kampung-kampung di wilayah Papua Barat Daya, menjangkau mereka yang jarak dan fasilitas sekolahnya terbatas. Langkah Ka Ball bukanlah hal spontan. Ia menyadari bahwa meskipun sekolah sudah ada, buku dan sarana pendukung belajar tak selalu tersedia, apalagi di wilayah terpencil. Ketika kendaraan membawa "kebun buku" keliling dapat dibuat, buku tak lagi jadi barang mewah, melainkan jadi jembatan untuk membuka wawasan dan mimpi.
Memulai dari Titik Kecil
Awal perjalanan Perpustakaan Keliling Agape dipenuhi tantangan, diantaranya keterbatasan dana, logistik dan medan yang harus Ka Ball. Banyak kampung di Papua Barat Daya yang harus dijangkau melalui jalan tidak rata, di luar jaringan transportasi yang nyaman. Tapi, Ka Ball dan timnya yakin bahwa jika satu buku bisa sampai ke tangan seorang anak, dunia pengetahuan bisa berubah sedikit demi sedikit. Ia memulai dengan kumpulan buku dari donasi lokal, relawan yang mendukung pengiriman dan distribusinya, serta komunitas yang mau membuka ruang baca di tempat-tempat sederhana. Buku bacaan anak, novel ringan bahan sekolah, semua disusun agar bisa dikelola dengan baik di tiap halte perpustakaan keliling.
Baltasar Klau Nahak, Perpustakaan Keliling Agape, dan Apresiasi SATU Indonesia Awards 2024
Apresiasi dan Dampak
Pada 2024, usaha Ka Ball tidak lagi hanya dikenal lokal, karena ia berhasil meraih Apresiasi SATU Indonesia Awards dari Astra, kategori pendidikan. SATU Indonesia Awards sendiri adalah program apresiasi yang diinisiasi oleh Astra sejak tahun 2010. SATU sendiri merupakan singkatan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia. Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada anak muda Indonesia berusia 15-35 tahun yang berkontribusi nyata bagi masyarakat di berbagai bidang.
Anak-anak kampung menjadi sangat bersemangat tentang adanya perpustakaan keliling ini. Karena bukan hanya menyediakan wadah penyedia bacaan bagi anak-anak, namun memberikan lingkungan dengan aktivitas dan interaksi sehat dengan adanya aksi gotong royong di berbagai kegiatan. Edukasi lingkungan, nonton film edukasi bersama, hingga menanam pohon, Semua aktivitas yang membawa manfaat bagi lingkungan sekaligus mendorong jiwa semangat anak-anak kampung.
Inspirasi untuk Kawan GNFI
Kawan GNFI, Ka Ball mengajarkan bahwa akses pendidikan tidak selalu harus dimulai dari gerakan, atau dana besar, tetapi kadang yang dibutuhkan hanyalah buku, waktu, dan kemauan untuk menjangkau. Perpustakaan Keliling Agape adalah contoh nyata bahwa usaha kecil bisa menjadi pintu bagi perubahan sosial yang lebih luas. Jika kawan GNFI berada di lingkungan yang kurang fasilitas, mungkin kawan GNFI bisa mencoba ide serupa, menggunakan sumber daya yang sudah ada, kolaborasi dengan komunitas, dan jangan takut untuk memulai dari titik manapun. Karenba meskipun langkahnya kecil, efeknya bisa jauh lebih luas dari yang dibayangkan.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
