menelusuri sejarah pajak ikan lama dari perdagangan ikan ke pusat tekstil - News | Good News From Indonesia 2025

Menelusuri Sejarah Pajak Ikan Lama: Dari Perdagangan Ikan ke Pusat Tekstil

Menelusuri Sejarah Pajak Ikan Lama: Dari Perdagangan Ikan ke Pusat Tekstil
images info

Pajak Ikan Lama mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang tidak begitu akrab dengan Kota Medan. Namun, pasar yang terletak di kawasan bersejarah Kesawan ini memiliki sejarah panjang yang mencerminkan evolusi kota Medan itu sendiri. Dahulu, tempat ini merupakan pusat perdagangan ikan terbesar di kota, namun kini lebih dikenal dengan peranannya sebagai pusat tekstil.

Pajak Ikan Lama, yang terletak dekat dengan Lapangan Merdeka, pusat Kota Medan, menjadi tempat yang selalu ramai dikunjungi baik oleh penduduk lokal maupun wisatawan dari luar kota, seperti Aceh, Padang, dan Riau. Pasar ini terdiri dari toko-toko yang terletak di pinggir jalan, dan beberapa lainnya tersembunyi di lorong-lorong sempit yang dipenuhi oleh berbagai jenis kain dan pakaian siap pakai.

Evolusi Pajak Ikan Lama: Dari Pasar Ikan ke Pasar Tekstil

Awalnya, Pajak Ikan Lama dibangun pada era kolonial Belanda oleh seorang pengusaha Tionghoa ternama, Tjong A Fie. Pasar ini didirikan sebagai pusat perdagangan ikan, daging, dan sayuran. Rina, seorang pedagang nasi yang sempat bekerja bersama penjual ikan di sana, mengenang bahwa dulu pasar ini dipenuhi oleh berbagai jenis ikan, baik ikan basah maupun ikan kering seperti ikan teri dan ikan asin. "Awalnya dulu di sini memang pusat penjualan ikan, sampai pakai tong dan fiber pun dulu itu saking banyaknya," kenang Rina.

Dipo, pemilik toko kain yang sudah berdagang di Pajak Ikan Lama sejak 1950-an, juga mengungkapkan bahwa pada zaman kolonial, pasar ini memang menjadi tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan dari seluruh wilayah. “Dulu sewaktu zaman kolonial Belanda ini memang pusat penjualan ikan, semua jenis ikan di sinilah kumpulnya," ujar Dipo.

Namun, perubahan besar terjadi setelah berakhirnya agresi militer Belanda. Setelah kepulangan Belanda, pasar yang awalnya dipenuhi dengan pedagang ikan, perlahan mulai bergeser fungsi menjadi pusat perdagangan tekstil. Dipo menjelaskan bahwa kedatangan banyak pedagang tekstil dari Singapura, India, dan Arab turut mengubah komposisi pasar. “Setelah orang-orang Belanda itu pergi, banyak pendatang yang datang ke sini itu orang Singapura, India, dan Arab mereka itu kan dagangnya tekstil. Terus awalnya di sini itu banyak tukang jahit sehingga banyaklah jual tekstil di sini, pelan-pelan tergeser ikan-ikan itu,” jelas Dipo.

Faktor Perubahan Fungsi Pasar: Letak Strategis dan Keberlanjutan Bisnis

Kepala Program Studi Antropologi Universitas Sumatera Utara (USU), Irfan Simatupang, menjelaskan bahwa letak strategis Pajak Ikan Lama turut berperan dalam perkembangan pasar ini. Berada di pinggir sungai yang dulunya menjadi jalur pelabuhan utama, pasar ini menjadi titik temu bagi pedagang dari hulu dan hilir.

“Pelabuhannya itu kalau sekarang kira-kira di sungai di samping Kantor Walikota Medan itu titik hulunya. Sehingga banyak itu orang Tionghoa bermukim di situ karena basic nya mereka kan pedagang seperti Tjong A Fie contohnya," terang Irfan.

Irfan juga memberikan penjelasan mengenai mengapa pasar ikan ini bertransformasi menjadi pasar tekstil. Menurutnya, bisnis tekstil lebih tahan lama daripada ikan yang mudah busuk. “Dari segi perdagangan bisnis yang paling bisa dipertahankan itu ya kain karena dia tidak busuk, bisa disimpan lama, sehingga dia bertahan di sana,” pungkasnya.

Kini, Pajak Ikan Lama telah menjadi pasar tekstil yang sangat dikenal di Medan. Meskipun isinya telah banyak berubah, pasar ini tetap mempertahankan namanya yang sudah melekat erat dalam ingatan masyarakat. Selain tekstil, pasar ini juga menjadi tempat untuk berbagai produk khas Timur Tengah, seperti kurma dan air zamzam, yang banyak dicari terutama saat bulan Ramadan.

Pajak Ikan Lama: Ikon Medan yang Penuh Kenangan

Bagi pengunjung yang berasal dari luar kota, Pajak Ikan Lama tidak hanya sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menyimpan banyak kenangan pribadi. Seperti yang dikatakan oleh Sabriandi Erdian, seorang pengunjung asal Padang, “Kenangan di Pajak Ikan Lama Medan ini, ketika saya membeli seperangkat alat salat untuk mahar ketika saya hendak melamar atau mempersunting istri saya. Jadi Pajak Ikan Lama ini menyimpan kenangan indah," ujarnya.

Pajak Ikan Lama adalah contoh nyata bagaimana sebuah pasar dapat beradaptasi dan berevolusi mengikuti perubahan zaman. Dari sebuah pasar ikan yang ramai, ia kini berubah menjadi pusat perdagangan tekstil yang penting, namun tetap menjaga warisan sejarahnya yang berharga bagi Kota Medan. Pasar ini tidak hanya menjadi saksi bisu perkembangan kota, tetapi juga menjadi simbol kekayaan sejarah dan budaya yang terus hidup dan berkembang di Medan.

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.