adakah kebiasaan medical check up di masyarakat jakarta - News | Good News From Indonesia 2025

Adakah Kebiasaan Medical Check Up di Masyarakat Jakarta?

Adakah Kebiasaan Medical Check Up di Masyarakat Jakarta?
images info

Jika warga Jakarta ditanya, “kapan terakhir kali melakukan medical check up?”, rata-rata jawabannya mungkin, “ketika membuat surat keterangan sehat untuk melamar pekerjaan.” Itu pun biasanya sudah lama sekali.

Setelah itu? Hampir tidak pernah lagi. Bahkan, untuk sekadar ke dokter gigi pun banyak yang menunggu sampai rasa sakit benar-benar tidak tertahankan.

Potret ini cukup menggambarkan kebiasaan masyarakat Jakarta dalam hal medical check up. Jarang, bahkan nyaris tidak ada. Bukan karena tidak memahami manfaatnya. Namun, lebih karena beberapa alasan seperti biaya yang mahal, proses yang dianggap merepotkan, serta waktu yang terasa sulit dicari di tengah kesibukan. 

Lagi pula, siapa yang sempat memikirkan cek darah ketika pulang kerja saja sudah larut malam?

Menjawab kondisi tersebut, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI hadir dalam program Cek Kesehatan Gratis (CKG).

Sejak diluncurkan awal 2025, program ini membuka akses pemeriksaan kesehatan tanpa biaya bagi berbagai kelompok, seperti; pelajar, ibu hamil, balita, lansia, hingga masyarakat umum. 

Pemerintah bahkan mengaitkan program ini dengan momen ulang tahun setiap warga Jakarta. Sekali dalam setahun, pada bulan kelahirannya, warga berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan gratis. Langkah ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kebiasaan medical check up di tengah masyarakat yang selama ini cenderung mengabaikannya. 

Namun, fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis ini tidak hanya terbatas bagi mereka yang sedang berulang tahun, melainkan dapat diakses oleh seluruh masyarakat dengan cukup melakukan registrasi sesuai syarat yang berlaku.

Pelaksanaannya cukup variatif. Bagi pelajar, pemeriksaan dilakukan di sekolah, seperti yang terjadi di SDN 02 Cideng, Jakarta Pusat. Anak-anak diperiksa status gizi, tinggi dan berat badan, penglihatan, pendengaran, gigi, hingga kebugaran. 

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/33/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis, layanan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU) tanpa biaya dibagi berdasarkan kelompok usia, yaitu bayi baru lahir (usia 2 hari), balita dan anak prasekolah (1–6 tahun), usia dewasa (18–59 tahun), serta lansia (60 tahun ke atas).

Untuk anak usia 1-6 tahun, layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) mencakup skrining pertumbuhan dan perkembangan, deteksi dini tuberkulosis (TB), pemeriksaan diabetes anak, serta pemeriksaan mata, telinga, gigi, hingga skrining thalasemia atau kelainan darah akibat kekurangan hemoglobin normal pada sel darah merah.

Sementara itu, bagi usia dewasa, CKG meliputi skrining kesehatan kardiovaskular, paru, kanker, fungsi indera, kesehatan jiwa, fungsi hati, hingga pemeriksaan khusus bagi calon pengantin.

Masyarakat hanya perlu melakukan pendaftaran terlebih dahulu melalui aplikasi Satu Sehat Mobile dengan memilih tanggal kunjungan serta puskesmas tujuan. Alternatif lain, pendaftaran juga bisa dilakukan lewat pesan WhatsApp di nomor 0812-7887-8812.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan, lebih dari 1 juta orang telah mengikuti Cek Kesehatan Gratis, dan temuannya cukup mengkhawatirkan. Sekitar 25,6%peserta memiliki tekanan darah di atas normal, 27,1% dengan gula darah abnormal, 30,5% mengalami overweight, dan hampir setengahnya (50,8%) memiliki karies pada gigi. 

Mengapa CKG menjadi penting? Data menyebut hanya sekitar 20 persen warga Jakarta yang dinyatakan benar-benar sehat setelah mengikuti program ini. Angka itu menjadi alarm bahwa mayoritas masyarakat Jakarta ternyata membawa “bom waktu” pada kesehatan yang selama ini tidak mereka sadari.

Hal ini tentunya menunjukkan bahwa medical check up bukanlah kebiasaan di Jakarta. Jika masyarakat rutin memeriksakan diri sebelumnya, temuan-temuan seperti tekanan darah tinggi atau gula darah abnormal seharusnya tidak muncul dalam jumlah sebesar itu.

Jakarta adalah kota dengan risiko kesehatan yang tinggi. Polusi udara, pola makan serba cepat dan instan, serta minimnya aktivitas fisik membuat warganya lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Jika dipikirkan secara logis, seharusnya masyarakat Jakarta justru menjadi kelompok yang paling rajin melakukan medical check up. Namun, realitas berkata lain.

Medical check up, atau pemeriksaan kesehatan menyeluruh, idealnya dilakukan setidaknya setahun sekali. Organisasi kesehatan dunia (WHO) maupun Kementerian Kesehatan RI telah lama menekankan pentingnya pendekatan preventif.

Namun, di Jakarta, kebiasaan itu masih jarang dilakukan. Sebagian besar warga lebih mengenal dokter sebagai “pemadam kebakaran” yang didatangi hanya ketika sakit datang, bukan untuk mencegahnya. 

Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas mendominasi beban kesehatan di perkotaan. Pola makan tinggi lemak, kurang olahraga, ditambah polusi udara, menjadikan warga Jakarta rawan terkena penyakit kronis. Ironisnya, penyakit-penyakit itu sering kali tidak menampakkan gejala awal yang terasa dampaknya.

Tanpa medical check up, seseorang bisa saja hidup bertahun-tahun tanpa tahu bahwa tensinya selalu tinggi atau gula darahnya di ambang bahaya.

Pada tahap awal, program Cek Kesehatan Gratis (CKG) ini tidak terlepas dari sejumlah keterbatasan. Kapasitas layanan di Jakarta hanya tersedia sekitar 30 orang per hari di setiap puskesmas. Jumlah yang tentunya sangat kecil jika kita bandingkan dengan kebutuhan jutaan warga.

Selain itu, sosialisasi yang belum merata membuat banyak masyarakat tidak memahami mekanisme pendaftaran, atau bahkan belum mengetahui bahwa mereka berhak memanfaatkan layanan ini. 

Di sisi lain, tindak lanjut dari hasil pemeriksaan juga menjadi pertanyaan. Bagaimana jika seseorang terdeteksi hipertensi atau diabetes? Apakah mereka otomatis mendapat rujukan, obat, atau hanya sekadar informasi tanpa pendampingan? 

Tanpa sistem tindak lanjut yang kuat, medical check up berpotensi berhenti pada tahap deteksi, tidak sampai pada pencegahan. 

Meski begitu, program ini tentu layak mendapat apresiasi sebagai langkah awal. Cek kesehatan gratis berhasil menurunkan salah satu hambatan terbesar di masyarakat perihal biaya.

Dalam kehidupan urban seperti Jakarta, dengan beban biaya hidup yang cukup tinggi ini, pengurangan biaya medical check up dapat menjadi stimulus penting untuk membentuk kebiasaan baru di masyarakat.

Anak-anak sekolah yang sejak dini diperkenalkan pada pemeriksaan kesehatan rutin, berpotensi tumbuh menjadi generasi yang lebih sadar akan kesehatan.

Untuk menjadikan medical check up sebagai kebiasaan, perlu ada pendekatan lebih menyeluruh. Pemerintah perlu memperkuat sosialisasi. Meski sebagian besar warga Jakarta sudah akrab dengan teknologi digital, informasi mengenai pendaftaran melalui aplikasi SatuSehat belum tersampaikan secara masif.

Kemudian, kapasitas layanan perlu diperluas, mulai dari penambahan kuota harian, peningkatan jumlah tenaga kesehatan, hingga perluasan cakupan fasilitas pada tingkat RW dan kelurahan.

Selain itu, harus ada sistem tindak lanjut yang jelas. Deteksi dini tanpa intervensi hanya akan membuat warga mengetahui dirinya sakit, tetapi tidak memiliki langkah lebih lanjut untuk mengatasinya.

Bagi masyarakat, program ini seharusnya menjadi pengingat bahwa kesehatan tidak bisa ditunda. Meluangkan waktu untuk medical check up bukanlah beban, melainkan bentuk investasi.

Sama halnya seperti kita rutin melakukan servis kendaraan atau membayar asuransi, medical check up adalah “servis tubuh” agar tetap bugar menghadapi kerasnya kehidupan kota. Program gratis dari pemerintah hanyalah pintu pembuka; pada akhirnya, kebiasaan ini tetap harus tumbuh dari kesadaran diri sendiri. 

Kesehatan adalah aset paling berharga yang tidak dapat digantikan oleh apa pun. Medical check up merupakan salah satu bentuk kasih sayang kita terhadap diri sendiri dan orang-orang terdekat. 

Program gratis dari pemerintah memang memberi kesempatan yang selama ini sulit dijangkau, tetapi keputusan untuk menjaga tubuh tetap sehat, ada pada tangan kita masing-masing.

Jangan menunggu sakit datang baru mulai peduli. Jadikan medical check up sebagai langkah kecil hari ini demi kehidupan lebih produktif, dan lebih bermakna di masa depan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.