penuh sukacita semarak serumpun menggema di keretapi sarong 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Penuh Sukacita, Semarak Serumpun Menggema di Keretapi Sarong 2025

Penuh Sukacita, Semarak Serumpun Menggema di Keretapi Sarong 2025
images info

Ada satu momen dari Keretapi Sarong 2025 yang terus terbayang. Bukan sekadar MRT yang penuh sesak, tapi bagaimana suasana terasa begitu hidup: kain-kain berwarna di mana-mana, tawa yang saling bersahutan, dan energi gembira yang sulit dijelaskan memenuhi udara.

Tak ada wajah muram seperti biasanya di perjalanan pagi, tak ada ekspresi lelah yang terpaku pada layar ponsel.

Hari itu, rasanya seolah kita semua sedang merayakan sesuatu bersama, sesuatu yang lebih besar dari diri kita masing-masing.

Saya ingat berdiri di salah satu gerbong, memandang sekeliling. Tak ada sudut yang sepi. Setiap orang seakan membawa semangatnya sendiri, namun entah bagaimana semuanya menyatu menjadi suasana bersama.

Ada musik, ada tarian, ada obrolan kecil yang terselip di antara nyanyian kelompok. Rasanya kereta berubah menjadi pesta bergerak, sebuah festival keliling yang berlari di atas rel kota.

Dari Anak-anak hingga Kakek-Nenek, Hingga Keluarga Besar

Credit: Seasia
info gambar

Yang paling membuat saya takjub adalah betapa beragamnya kerumunan. Ada anak-anak kecil digandeng orang tuanya, remaja sibuk mencari spot foto terbaik, orang tua duduk tenang dengan senyum penuh arti, hingga keluarga besar yang terlihat seperti sedang berpiknik.

Beberapa peserta bahkan memakai busana adat lengkap, dengan hiasan kepala rumit yang biasanya hanya terlihat di upacara pernikahan. Saya sempat tertegun: “Mereka benar-benar totalitas hanya untuk festival rakyat ini?”

Credit: Seasia
info gambar

Saat itu saya sadar, bagi banyak orang, ini bukan sekadar hiburan. Bukan sekadar kesempatan berfoto atau tampil di media sosial. Ini adalah cara mereka mengekspresikan kebanggaan budaya dan mereka melakukannya dengan sepenuh hati.

Lebih dari Sekadar Perayaan Hari Malaysia

Credit: Seasia
info gambar

Yang tak kalah kuat kesannya adalah hadirnya wajah-wajah dari luar Malaysia. Ada peserta dari Indonesia, Thailand, India, bahkan Eropa. Saya melihat batik, kain tenun, sari berwarna cerah, dan pakaian tradisional lain yang menambah semarak keramaian.

Bahkan turis Eropa yang hanya mengenakan pakaian kasual tak kalah antusias. Mereka tertawa, berpose untuk foto, dan ikut menari, meski mungkin tak paham lirik lagu.

Saat itu saya menyadari bahwa meskipun acara ini ditujukan untuk merayakan Hari Malaysia, ia telah melampaui batas negara. Menjadi ruang terbuka di mana siapa pun bisa merasa menjadi bagian dari perayaan, tanpa peduli dari mana asalnya.

Tak ada yang merasa asing, tak ada yang merasa terpinggirkan. Semua diterima dengan hangat.

Orang Asing yang Menjadi Sahabat

Credit: Seasia
info gambar

Yang paling saya sukai adalah betapa mudahnya suasana itu membuat kita terhubung dengan orang lain. Sebagian besar dari kami di kereta itu belum pernah bertemu sebelumnya.

Saya tak tahu siapa yang berdiri di samping, di depan, atau di belakang saya, tapi ketika musik diputar dan nyanyian dimulai, semua bergerak dan menari bersama.

Tak ada canggung, tak ada jarak. Saya bahkan sempat berbincang dengan beberapa peserta yang baru saya kenal, hanya karena saya kagum dengan busana yang mereka pakai.

Aneh, bukan? Dalam situasi lain, mungkin saya hanya akan diam dan mengagumi dari jauh. Tapi hari itu, terasa begitu mudah untuk dekat, meski hanya sebentar.

Credit: Seasia
info gambar

Di sinilah, menurut saya, tema “Serumpun” menemukan makna terdalamnya. Bukan sekadar berbagi akar budaya, tapi tentang kemampuan kita menemukan irama yang sama, bahkan dengan orang yang baru saja kita jumpai.

Pesta Rakyat yang Menghangatkan Hati

Keretapi Sarong 2025 terasa seperti bentuk paling tulus dari sebuah pesta rakyat. Anda bisa datang tanpa mengenal siapa pun, namun tetap merasa sepenuhnya diterima.

Di dunia yang kian terasa individualistis, momen ini menjadi pengingat bahwa kebersamaan masih bisa dirayakan. Kadang, kebahagiaan sesederhana berdiri berdesakan di dalam kereta, tertawa dan menari bersama orang-orang yang beberapa menit lalu hanyalah orang asing.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

DP
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.