Di balik penampilannya yang menakutkan dengan capit yang kokoh dan ekor yang melengkung berujung sengat, kalajengking merupakan salah satu makhluk paling tangguh dan menarik dalam dunia hewan.
Hewan arachnid ini telah berhasil bertahan hidup dan berevolusi selama ratusan juta tahun, mengembangkan strategi berburu yang mematikan dan adaptasi yang memungkinkannya mendiami beberapa lingkungan paling ekstrem di Bumi.
Mengenl Kalajengking
Kalajengking termasuk dalam kelas Arachnida, yang membuat mereka lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan laba-laba, tungau, dan kutu daripada dengan serangga.
Ciri pembeda utama arachnida adalah memiliki empat pasang kaki. Nama ilmiah untuk ordo kalajengking adalah Scorpiones. Dengan lebih dari 2.500 spesies yang telah teridentifikasi, mereka merupakan pemangsa purba yang telah ada sejak zaman silur, sekitar 430 juta tahun yang lalu.
Fosil-fosil kuno mereka menunjukkan bentuk yang sangat mirip dengan kalajengking modern, membuktikan kesempurnaan desain evolusioner mereka.
Kalajengking si Penjelajah Malam
Kalajengking adalah makhluk yang sangat mudah beradaptasi dan dapat ditemukan di setiap benua kecuali Antartika. Mereka lebih menyukai lingkungan yang hangat dan dapat hidup di berbagai habitat, termasuk gurun pasir, savana, hutan hujan tropis, gua-gua, dan bahkan daerah pesisir.
Sebagian besar spesies bersifat terrestrial (hidup di darat) dan nokturnal, bersembunyi di bawah batu, kayu gelondongan, atau dalam liang pada siang hari untuk menghindari dehidrasi dan pemangsa.
Sebagai predator oportunistik, makanan utama kalajengking adalah serangga, laba-laba, kelabang, dan bahkan kalajengking lainnya yang lebih kecil. Beberapa spesies besar diketahui dapat Memangsa kadal atau tikus kecil. Mereka berburu dengan mengandalkan sensor getar di kaki mereka untuk mendeteksi mangsa yang lewat.
Begitu mangsa terdeteksi, mereka akan menggunakan capit besar mereka (pedipalps) untuk mencengkeram dan menahan mangsa. Ekor dengan sengat beracun biasanya digunakan untuk melumpuhkan mangsa yang lebih besar atau untuk pertahanan diri.
Ciri Khas Kalajengking
Tubuh kalajengking terbagi menjadi dua bagian utama: sefalotoraks (kepala-dada) dan abdomen (perut). Abdomennya sendiri terbagi lagi menjadi mesosoma dan metasoma, di mana metasoma adalah "ekor" yang fleksibel yang diakhiri dengan telson yang mengandung kantung racun.
Ciri fisik mereka yang paling ikonik adalah sepasang pedipalps yang berbentuk seperti capit. Ukuran dan kekuatan capit ini sering berbanding terbalik dengan potensi racunnya; spesies dengan capit besar biasanya memiliki racun yang lebih lemah, sementara spesies dengan capit ramping sering mengandalkan racun yang sangat kuat.
Salah satu perilaku yang paling terkenal adalah fluoresensi mereka di bawah sinar ultraviolet. Lapisan kutikula pada eksoskeleton kalajengking mengandung zat yang membuatnya bersinar terang di bawah sinar UV, sebuah fenomena yang sangat membantu para peneliti untuk mempelajarinya di malam hari.
Selain itu, kalajengking betina dikenal sebagai ibu yang sangat perhatian. Mereka akan membawa anak-anaknya yang masih muda (disebut scorpling) di atas punggungnya hingga mereka mengalami molting pertama dan mampu hidup mandiri.
Baca juga Bajing Kelapa, Hewan Pengerat Mirip Tupai yang Menjerit Kalau Terancam
Benarkah Kalajengking Mengandung Obat?
Pada sebagian masyarakat Indonesia, praktik menggunakan kalajengking sebagai obat tradisional masih dapat ditemukan. Menanggapi hal ini, dr. Widya Khairunnisa Sarkowi, dosen Fakultas Kedokteran IPB University, memberikan penjelasan ilmiah yang kritis namun terbuka terhadap potensi ini.
Menurut dr. Widya, dalam literatur pengobatan tradisional Tiongkok, spesies Chinese scorpion (Buthus martensii Karsch) telah digunakan selama lebih dari seribu tahun untuk mengobati berbagai penyakit seperti stroke, epilepsi, dan rematik.
“Dalam beberapa penelitian modern, racun kalajengking memang ditemukan mengandung zat aktif yang dapat memengaruhi saluran ion dalam sel saraf dan otot. Efeknya meliputi pereda nyeri, antikejang, hingga potensi antikanker,” jelasnya.
Racun kalajengking adalah koktail kompleks yang terdiri dari berbagai protein dan peptida, yang bekerja pada saluran ion seperti natrium, kalium, dan kalsium—komponen kunci untuk fungsi saraf, otot, dan sistem imun.
Namun, dia memberikan catatan yang sangat penting. Spesies kalajengking yang umum ditemukan di Indonesia, seperti yang berasal dari kelompok Heterometrus (kalajengking hitam dengan capit besar), berbeda dengan spesies yang diteliti secara medis.
“Bukti ilmiah penggunaan kalajengking lokal masih sangat terbatas dan baru berada pada tahap penelitian laboratorium,” tambahnya.
Salah satu penelitian yang dia sebutkan, dari Sigilipu (2022), menunjukkan bahwa peptida dari kalajengking Indonesia dapat menghambat saluran kalium yang berhubungan dengan aktivasi sel imun, yang berpotensi bermanfaat bagi penyakit autoimun seperti lupus.
Jangan Konsumsi Langsung!
Di balik potensi tersebut, dr. Widya mengingatkan dengan sangat tegas bahwa mengonsumsi kalajengking secara langsung, baik dengan cara dimakan maupun diolah secara tradisional, sangatlah berbahaya.
“Respons tubuh terhadap racun sangat tergantung pada jumlah dan jenis spesiesnya. Tetapi secara umum, risiko keracunan jauh lebih besar dibandingkan potensi manfaatnya,” tegasnya.
Racun dapat menyebabkan nyeri hebat, pembengkakan lokal, gangguan saraf, dan dalam kasus yang parah, masalah serius pada jantung dan sistem pernapasan yang dapat berakibat fatal.
Proses untuk mengubah racun menjadi obat yang aman adalah jalan yang panjang dan rumit. Diperlukan penelitian ilmiah mendalam, dimulai dari isolasi senyawa aktif di laboratorium, uji praklinis pada hewan, hingga uji klinis pada manusia untuk memastikan keamanan dan kemanjurannya.
“Sebagai akademisi, kami menyarankan masyarakat untuk tidak menggunakan kalajengking sebagai obat secara sembarangan. Potensinya memang ada, tapi masih dalam tahap awal penelitian dan belum terbukti aman bagi manusia,” pungkas dr. Widya.
Baca juga Kelomang, Hewan Kecil Bercangkang yang Jadi Indikator Kesehatan Lingkungan Laut
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News