Tahukah Kawan GNFI, dengan luas perairan mencapai 5,8 juta kilometer persegi, Indonesia dikenal sebagai surganya perikanan di dunia. Hal ini disebabkan 37% spesies ikan di dunia ada di negara ini.
Terlebih ikan tuna. Indonesia merupakan penghasil ikan tuna terbesar di dunia. Tercatat, 16% ikan tuna di pasar internasional berasal dari Indonesia. Tak heran jika ikan tuna termasuk salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia.
Salah satu daerah penghasil ikan tuna terbesar di Jawa Timur adalah Kabupaten Pacitan. Hanya kalah dari Malang di urutan pertama, Pacitan setiap tahunnya dapat menghasilkan sekitar 2.495 ton ikan tuna.
Melalui keunggulan sektor ikan tuna, masyarakat seharusnya dapat hidup lebih sejahtera. Akan tetapi, masih jarang masyarakat yang mampu mengolah ikan tuna sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Setidaknya inilah yang dirasakan oleh Rinawati, salah satu masyarakat Pacitan yang tinggal dekat pelabuhan.
Perjalanan Rinawati dan Ikan Tuna
Sebelumnya, kehidupan Rinawati sama seperti kebanyakan orang lainnya. Seorang karyawati yang bangun pagi, menyiapkan kebutuhan keluarga, berangkat kerja dengan suami, dan lalu pulang untuk istirahat. Berulang terus seakan rutinitas tersebut sudah menjadi bagian dari kehidupan Rinawati.
Dari Pojok Gizi ke Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards
Meskipun sudah bertahun-tahun berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus karyawati, penghasilannya tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Alhasil, ia bertekad untuk keluar dari zona nyamannya.
Perlahan pun ia sisihkan sedikit waktu dari rutinitasnya untuk mencoba usaha sampingan. Berbagai produk pun telah ia jual. Namun, kebanyakan dapat dikatakan tidak berhasil.
Hingga suatu pagi, ketika ia berangkat kerja seperti biasanya, ia melihat tumpukan ikan tuna di pinggir laut. Terlintaslah pikiran di otaknya, mengapa jarang masyarakat di daerahnya, salah satu daerah penghasil ikan tuna terbesar, yang mampu mengolah ikan tersebut hingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.
Akhirnya, berbekal pengalaman dan pengetahuan memasaknya sehari-hari, ia pun membawa beberapa ikan tuna ke dapur untuk bereksperimen. Hingga ia jatuh pada menu abon ikan tuna, sebuah makanan yang murah, enak, dan mudah dibawa ke mana saja.
Memberdayakan Ibu-Ibu Setempat
Untuk memperoleh kualitas ikan tuna yang maksimal, ia banyak berbincang dengan para nelayan, juga istri-istrinya yang membantu membersihkan hasil tangkapan suaminya. Saat berbincang, ternyata, hasil tangkapan mereka sangat tidak menentu karena juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca saat itu. Jika cuaca sedang tidak bersahabat, maka tangkapannya pun kan berkurang. Terlebih, salah satu di antara keluarga nelayan sedang kesusahan membayar biaya sekolah anaknya.
Atas dasar hal tersebut, Rinawati makin terpacu untuk mengembangkan bisnisnya menjadi UMKM, sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada para masyarakat setempat. Dengan penuh semangat, ia memulai bisnis sampingannya tersebut pada tahun 2017.
Mulanya, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sedikitnya kandungan nutrisi pada abon ikan tuna dibanding ikan tuna aslinya. Namun, perlahan tapi pasti, masyarakat pun mulai percaya akan kandungan dalam produknya. Hingga akhirnya ia membuat brand sendiri yang bernama Alsafood. Lapangan pekerjaan pun untuk masyarakat sekitar terbuka dengan lebar.
Prestasi dan Tantangan Berdatangan
Tahun-tahun selanjutnya menjadi tahun yang gemilang bagi Rinawati. Pasalnya, banyak prestasi yang diraihnya. Pada 2018, Alsafood berhasil menjadi UMKM binaan bank Indonesia, sekaligus mendapatkan sertifikat halal pertamanya. Pun pada tahun tersebut, ia juga membentuk Kelompok Usaha Bersama Ulam Sari, sebagai sarana pemberdayaan masyarakat dan penyamaan standar mutu produknya.
Selanjutnya, pada tahun 2019, ia mulai memberanikan dirinya untuk keluar dari zona nyaman. Ia akhirnya resmi mengelola Alsafood sebagai bisnis utamanya, meninggalkan pekerjaan utamanya sebelumnya, yakni menjadi seorang karyawati. Langkah ini menjadi pijakan yang tepat untuk tahapan-tahapan Alsafood selanjutnya.
Baru saja memfokuskan dirinya untuk mengelola bisnis, pada 2020, pandemi Covid-19 datang. Di awal pandemi, ia terpaksa menutup penjualan karena tidak memungkinkan. Akhirnya, ia mulai belajar cara memasarkan produk secara online. Dukungan dari berbagai pihak pun berdatangan. Hingga akhirnya, Rinawati mulai percaya diri kembali dan berhasil menjual produk-produknya lewat media sosial buatannya.
KBA Kampung Oase Ondomohen: Dari Hidroponik sampai Maggot, Nuansa Hijau di Tengah Terik Kota Surabaya
Puncaknya, pada 2023, berkat kontribusi nyatanya, ia berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang kewirausahaan. Ia tidak hanya berhasil mengembangkan sebuah brand, tetapi juga ikut mempromosikan potensi sumber daya alam Pacitan serta memberdayakan masyarakat sekitar. Ini bukti bahwa sumber daya lokal jika dikelola di tangan yang tepat akan menghasilkan banyak manfaat.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News