Itak pohul-pohul merupakan salah satu kue tradisional khas dari daerah Sumatera Utara. Apakah Kawan pernah mencicipi kuliner yang satu ini sebelumnya.
Konon keberadaan itak pohul-pohul sudah ada sejak lama. Bahkan, kue khas Sumatera Utara ini dulunya merupakan sajian yang dihidangkan untuk raja-raja.
Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut terkait itak pohul-pohul? Simak ulasan terkait makanan tradisional khas Sumatera Utara ini pada bagian berikut.
Mengenal Itak Pohul-Pohul, Kue Tradisional Khas Sumatera Utara
Itak pohul-pohul adalah salah satu kuliner khas yang bisa dijumpai di Sumatera Utara, khususnya di daerah Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, dan Padang Sidempuan. Penamaan nama makanan ini sendiri diambil dari bahasa Mandailing, yakni "Itak" dan "Pohul".
Dikutip dari buku Dian Rachmawanti Affandi, dkk., yang berjudul Perkembangan Makanan Tradisional Indonesia Berbahan Tepung Beras, kata "Pohul" memiliki arti kepalan. Sementara itu, kata "Itak" dalam bahasa Mandailing berarti kue.
Jadi bisa disimpulkan bahwa itak pohul-pohul merupakan kue yang berbentuk kepalan. Hal ini merujuk pada proses pembuatan kuliner khas Sumatera Utara tersebut.
Dalam pembuatannya, adonan itak pohul-pohul akan digenggam atau dikepal menggunakan tangan. Tidak ada alat bantu lain yang digunakan untuk mencetak kue tradisional tersebut.
Makanan tradisional ini umumnya jarang dijumpai di pasar-pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan. Sebab itak pohul-pohul biasanya disajikan pada acara adat yang digelar di tengah masyarakat.
Sajian untuk Raja-Raja
Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, itak pohul-pohul merupakan sajian yang dihidangkan dalam upacara atau acara adat. Bahkan, Abdul Amin Siregar dalam artikelnya, "Tradisi Mangitak pada Masyarakat Batak Angkola di Kabupaten Padang Lawas Utara" yang terbit di Jurnal Tuturan menyebutkan bahwa kue tradisional ini dulunya merupakan sajian yang dihidangkan untuk para raja.
Itak pohul-pohul biasanya disajikan sebagai buah tangan dalam acara Marhusip. Acara ini merupakan salah satu rangkaian dari prosesi pernikahan.
Dalam acara Marhusip, akan ada pertemuan keluarga antara kedua mempelai, baik pihak laki-laki dan perempuan. Dalam acara yang merumuskan persiapan pernikahan inilah kue tradisional tersebut disajikan.
Keberadaan itak pohul-pohul dalam rangkaian acara adat tersebut juga memiliki makna yang mendalam. Kue tradisional khas Sumatera Utara ini menjadi simbol kuatnya kekerabatan selayaknya itak pohul-pohul yang keras dan tidak mudah hancur.
Selain disajikan dalam acara Marhusip, kue tradisional ini juga dihidangkan dalam rangkaian tradisi lainnya. Salah satu contohnya adalah pada saat upacara adat masuk rumah.
Dikutip dari artikel Maya Sari Harahap, dkk., "Makna Leksikal dan Makna Kultural pada Nama Makanan dan Peralatan dalam Upacara-Upacara Adat Batak Toba: Kajian Etnolinguistik" yang terbit di Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra, selain dimakan, kue tradisional ini juga akan dioleskan ke dinding rumah. Hal ini dilakukan sebagai bentuk harapan dari pemilik rumah agar selalu diberi kehangatan serta terlindungi dari berbagai macam bahaya yang tidak diinginkan nantinya.
Cara Membuat Itak Pohul-Pohul
Dilansir dari laman RRI, berikut tata cara membuat itak pohul-pohul, yakni.
Bahan
- Tepung beras (500 gr)
- Gula aren (200 gr)
- Kelapa parut (1/2 butir)
- Garam secukupnya
- Daun pandan (5 lembar)
Cara Membuat
- Pertama, iris halus gula aren. Lalu campurkan dengan tepung beras, kelapa parut, dan garam dalam satu wadah. Aduk semua bahan hingga tercampur rata.
- Setelah itu, ambil sedikit adonan dan kepal sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Lakukan hingga semua adonan habis terbentuk.
- Masukkan adonan yang sudah dibentuk ke dalam wadah kukus. Alasi wadah tersebut dengan daun pisang.
- Kukus lebih kurang 30 menit hingga matang.
- Setelah matang, angkat dan tunggu hingga tidak terlalu panas.
- Itak pohul-pohul sudah bisa disajikan dan dinikmati.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News