Pada 2022, Apple TV merilis drama Korea bertemakan sejarah dan biografi berjudul Pachinko. Drama tersebut menceritakan kisah seorang wanita tua keturunan Korea penyintas perang Korea-Jepang, Kim Sunja. Pachinko menyajikan alur campuran dengan alur mundur berfokus pada perjuangan Kim Sunja bertahan hidup di tengah penjajahan Jepang atas Korea.
Salah satu adegan yang paling berkesan adalah saat Kim Sunja dan suaminya, Baek Isak makan malam dengan nasi putih dalam keadaan sedih dan terharu. Adegan tersebut memiliki makna mendalam karena nasi putih adalah barang berharga pada kala itu.
Melansir situs Slate, pada masa pendudukan Jepang, banyak rakyat Korea yang tidak dapat menikmati nasi putih sebagai makanan pokok karena beras-beras hasil pertanian harus diserahkan sebagai upeti kepada Kaisar Jepang. Rakyat jelata bahkan tidak diperbolehkan membeli beras putih.
Peristiwa ini membuat rakyat Korea pada saat itu harus memutar otak jika ingin bertahan hidup. Ialah Kongbap, atau multigrain rice, beras hasil kreativitas rakyat Korea.
Meskipun saat ini Kongbap identik dengan pilihan gaya hidup sehat, pada masa itu nasi kongbap lah yang menjadi penyelamat. Kongbap adalah beras yang tidak terdiri dari beras putih, melainkan campuran seperti biji barley dan biji-bijian lainnya yang dimasak bersama.
Meskipun demikian, rakyat Korea yang cukup mampu atau dari kalangan menengah tetap dapat menikmati nasi putih hanya di hari ulang tahunnya.
Cerita betapa berharganya nasi putih dari drama Pachinko ini membuat teringat pada bangsa Indonesia yang juga pernah melalui masa sulit penjajahan.
Jika rakyat Korea memiliki nasi kongbap, rakyat Indonesia juga memiliki beragam jenis nasi tradisional yang dahulunya juga dikonsumsi untuk bertahan hidup di masa sulit. Mari simak ragam nasi tradisional Indonesia berikut ini!
Nasi Tiwul (Singkong)
Nasi tiwul adalah makanan tradisional dari Jawa yang terbuat dari singkong dan tanpa beras putih sama sekali. Masyarakat Jawa, terutama generasi lebih tua pasti tidak asing dengan hidangan yang satu ini, karena melansir dari Fimela, nasi tiwul memang banyak dikonsumsi sebagian besar masyarakat Jawa saat masa pendudukan Jepang.
Nasi tiwul hadir sebagai pengganti beras. Pada saat itu beras sangat sulit dicari dan jikapun ada, rakyat biasa tidak mampu membelinya. Bahan baku makanan yang murah dan mudah didapat saat itu adalah singkong.
Selain itu singkong juga sangat awet penyimpanannya. Maka sebagai solusi atas kesulitan beras, nasi tiwul hadir sebagai simbol kreativitas dan resiliensi rakyat Indonesia. Nasi tiwul membuktikan bahwa tiada beras, singkong pun jadi.
Mengenal Tiwul, Makanan Tradisional Pengganti Nasi!
Nasi Jagung
Nasi tradisional lainnya adalah nasi jagung atau dalam bahasa Jawa disebut nasi empok. Sama halnya dengan singkong, jagung adalah bahan baku yang murah, mudah dicari, dan sangat tahan terhadap musim dan cuaca apapun, termasuk saat masa paceklik atau masa kekurangan pangan.
Jagung kemudian diolah menjadi beras dengan memipil dan mengeringkan bulirnya hingga menyusut dan kering.
Melansir situs Merdeka, masyarakat yang banyak mengonsumsi nasi jagung adalah masyarakat Jawa, karena pada masa itu jagung adalah tanaman yang tumbuh dengan sangat subur di Jawa Timur. Hidangan ini pun menyebar dari Surabaya ke Probolinggo hingga Madura.
Manfaat Nasi Jagung Unuk Kesehatan Tubuh
Nasi Oyek (Singkong)
Ragam nasi lain yang terbuat dari singkong adalah nasi oyek. Melansir situs Merdeka, hidangan ini sudah ada sejak masa penjajahan, bahkan dikonsumsi Jenderal Sudirman saat bergerilya menghadapi agresi militer Belanda era 1948-1949.
Sedikit berbeda dengan nasi tiwul, nasi oyek memiliki tekstur yang lebih kasar. Selain itu, nasi tiwul umumnya terbuat dari tepung gaplek atau tepung singkong halus yang dimasak langsung, tetapi nasi oyek, sebelum tepung singkong dimasak, dibentuk menjadi seperti bulir nasi yang kasar, dijemur, baru kemudian dimasak.
Nasi Tutug Oncom (Oncom)
Hidangan yang satu ini berasal dari Tasikmalaya, yang juga terkenal dengan Gunung Galunggungnya. Melansir situs Indonesia Kaya, nasi tutug oncom adalah olahan nasi yang dicampur dengan oncom dan bumbu kencur.
Nasi tutug oncom dahulunya saat tahun 1940-an merupakan makanan rakyat kelas bawah. Nasi ini tercipta karena beras yang masih sangat mahal, sehingga nasi perlu dicampur oncom agar porsinya menjadi lebih banyak.
Nasi Tutug Oncom, Kuliner Tasikmalaya yang Melegenda sejak Penjajahan
Nama tutug oncom berasal dari kata tutug, yang berarti tumbuk dan oncom, yang adalah bahan baku kunci hidangan ini. Oncom harus ditumbuk kasar terlebih dahulu, kemudian dijemur hingga kering, baru kemudian diberi bumbu. Sebelum dicampurkan ke nasi, oncom yang telah diberi bumbu harus dimasak atau dibakar hingga matang, ditumbuk halus, lalu ditaburkan di atas nasi hangat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News