CERITA KOTA | Sebuah kapal dan pesawat yang dipajang, mencolok di tengah keramaian Vihara Tridharma, Mempawah, kemarin. Di sanalah, di tengah keramaian umat dan asap dupa yang membumbung, sebuah ritual sakral dilaksanakan.
Sembayang Rampas. Sering juga dikenal dengan nama Sembayang Rebutan atau Festival Ghost, sebuah perayaan tahunan masyarakat Tionghoa di Mempawah yang selalu jatuh pada tanggal 15 bulan ketujuh penanggalan Lunar. Di Kalimantan Barat sendiri, perayaan ini rutin dilaksanakan di tiga vihara besar, yaitu di Pemangkat, Mempawah, dan Kubu Raya.
Kata “rampas” dalam keseharian punya makna mirip dengan “merebut” atau “mengambil dengan cepat.” Namun, di dalam konteks ritual, “rampas” tidak bermakna negatif, melainkan simbol berbagi berkah. Apa yang dipersembahkan untuk roh-roh yang tersesat, kemudian diambil kembali oleh manusia untuk dimanfaatkan.
Ritual dimulai sejak pagi, sekitar pukul delapan. Umat berkumpul, dupa dipasang, doa-doa dibacakan, dan meja persembahan dipenuhi buah, makanan instan, hingga perlengkapan lain. Setelah siang berlalu, doa penutup digelar untuk menandai akhir prosesi.
Puncaknya adalah saat pembakaran kapal dan pesawat dimulai. Menjelang malam, warga berkumpul menyaksikan replika itu dilalap api. Suasana hening, hanya doa yang bergema. Api dipercaya sebagai cahaya jalan bagi roh-roh yang meninggal secara tidak wajar atau belum sempat bereinkarnasi.
Baca Selengkapnya