Emas hitam primadona dataran tinggi Ngada ini nampak kurang optimal pada proses produksinya.
Dengan karakter dan cita rasa yang unik, coklat, fruity (jeruk dan apel), serta rasa rempah-rempah, kopi Bajawa telah menaiki tahta kopi terbaik di pasar domestik maupun internasional.
Namun, keterbatasan akses, fasilitas, dan kompetensi petani masih menjadi kendala utama. Apabila faktor ini dibiarkan, maka kualitas dan cita rasa kopi yang dihasilkan akan berpotensi mengalami penurunan, begitupula harga jualnya.
Menyadari hal tersebut, Desa Sejahtera Astra (DSA) Kopi Bajawa hadir untuk menjadi katalisator perubahan guna mendorong kopi menjadi komoditas lokal Flores menuju pasar global.
Dampak Pengembangan Komoditas Kopi DSA Bajawa pada Ekonomi Lokal
Kehadiran Desa Sejahtera Astra membawa dampak positif bagi masyarakat Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur ini. Hingga tahun 2025, sebanyak 204 masyarakat telah terpapar inovasi pengembangan kopi.
Pengorganisasian komunitas melalui penerapan pendekatan sosiologi pedesaan dalam program ini, juga mendorong pembentukan dua unit usaha baru, serta satu kelompok peduli sampah yang berfungsi untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan nilai tambah produksi kopi.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan juga menunjukkan titik terang. Penjualan produk olahan hasil inovasi juga berhasil terjual sekitar 180 pack per bulan, dan terus naik hingga lebih dari 40 ton produk bisa diserap pasar.
Pendapatan masyarakat meningkat sebesar 61% dengan omzet mencapai Rp 1,68 miliar. Kondisi ini bukan hanya menjadi angka, tetapi merupakan bukti terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal.
Strategi DSA Bajawa dalam Pengembangan Ekosistem Bisnis Kopi Artisan
Pengembangan ekosistem bisnis kopi artisan ini tak jauh dari tangan Donatus Philipus Kabe, selaku Tokoh Penggerak Perekonomian Desa atau Local Champion DSA Kopi Bajawa.
Berikut inovasi yang dilakukan oleh Donnie untuk membuat sistem yang terintegrasi dan berkelanjutan di industri bisnis kopi Bajawa:
Artisan Coffee Ecosystem
Ekosistem bisnis ini didesain agar mampu meningkatkan nilai sosial budaya masyarakat.
Artisan Coffee Ecosystem DSA Bajawa dibangung dengan mengacu pada kerangka Global Report Initiative (GRI), yang mengacu pada aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan tata kelola.
Lalu, dari sisi produksi, ekosistem bisnis ini telah mencakup seluruh rantai hulu hingga hilir dari komoditas kopi Bajawa.
Farm gate merupakan pintu masuk hasil panen dari petani langsung, kemudian berlanjut pada tahap washing station guna pencucian biji kopi, lalu dilakukan proses penyangraian.
Fasilitas pendukung, seperti laboratorium dan galeri kopi menjadi pusat edukasi dan promosi produk. Sementara itu, gudang penyimpanan berfungsi untuk menjaga kualitas biji kopi.
Kolaborasi antara DPMA IPB University sebagai akademisi, DSA sebagai swasta, dan Pemerintah daerah serta petani kopi Bajawa lintas generasi ini, telah mampu menghadirkan kesinambungan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas kopi.
Pengembangan ekosistem bisnis kopi artisan menempuh beberapa tahap pengembangan, yakni:
- Tahap persiapan dan sosialisasi. Pada fase ini pemetaan isu, analisis data, dan penyusunan rencana dilaksanakan bersama mitra utama, seperti IPB University, Koperasi Produsen Mandalagiri, dan CSR PT Astra International Tbk.
- Tahap kedua dilaksanakan transformasi masyarakat, melalui pembangunan fasilitas penunjang, dan pembelajaran kolektif untuk meningkatkan kapasitas petani kopi.
- Lalu dilaksanakan upaya peningkatan ekonomi melalui penerapan GHAP (Good Handling and Agricultural Practice), serta pemasaran produk.
Rumah Kopi DSA Bajawa sebagai Upaya Regenerasi Petani
Rumah kopi, menjadi ruang bagi petani muda untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus memperluas lapangan pekerjaan untuk mereka. Rangkaian regenerasi petani melalui rumah kopi ini mencakup pelatihan kesesuaian lahan, business character building, grading, quality control, budidaya, pasca panen, hingga pengelolaan sampah.
Melalui DSA Bajawa, anak-anak petani, buruh, dan pengolah memiliki kesempatan yang sama dalam kegiatan pembelajaran. Namun, pendekatan yang dilakukan berbeda sesuai dengan kelompok usia dan potensi masing-masing individu.
Untuk kelompok anak petani usia 14 hingga 20 tahun, dilakukan pendekatan fun learning, untuk memperkenalkan ekosistem kopi sejak dini dan mengundang rasa memiliki dan semangat untuk terlibat dalam proses produksi kopi.
Baca juga: Achmad Adias Wijaya, Sulap Limbah Kayu Jadi Mainan Anak Raih Apresiasi SATU Indonesia Awards
Sementara untuk anak petani usia 21 hingga 39 tahun difokuskan pada coffee practices. Yakni melalui belajar langsung secara praktikal di Rumah Kopi Bajawa, koperasi, dan Trash Hero (komunitas peduli lingkungan). Pada kelompok ini, petani muda didorong untuk mampu menjadi agen penggerak dalam rantai bisnis kopi.
Aksi kolektif masyarakat Ngada bersama Desa Sejahtera Astra dan IPB ini, menjadi bukti atas keberhasilan kolaborasi lintas sektor untuk menjaga konsistensi kualitas dan kuantitas “emas hitam” Ngada dan membawa kopi Bajawa ke pasar global.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News