tac tiles dari tactogram inovasi ubin pemandu tunanetra dari sisa limbah - News | Good News From Indonesia 2025

Tac Tiles dari Tactogram, Inovasi Ubin Pemandu Tunanetra dari Sisa Limbah

Tac Tiles dari Tactogram, Inovasi Ubin Pemandu Tunanetra dari Sisa Limbah
images info

Kawan pasti sudah familiar dengan garis kuning di tengah trotoar. Bagian yang terlihat seperti menambah kecantikan jalan dan sederhana tetapi bagian itu memiliki tonjolan yang punya peranan besar untuk memudahkan serta sebagai petunjuk jalan layaknya peta untuk pejalan kaki dengan disabilitas netra. Bagian ini dikenal dengan sebutan guidingblock.

Tonjolan berfungsi untuk menjadi panduan atau batasan untuk memudahkan mereka yang menggunakan alat bantu tongkat meraba. Sedangkan warna kuning ditujukan untuk menjadi warna pembeda yang mencolok bagi mereka yang melihat dengan keterbatasan seperti rabun.

Inovasi GuidingBlock dari Sisa Limbah 

Berbicara tentang materialnya, pada umumnya bahan yang digunakan untuk membuat guidingblock adalah keramik, dan untuk yang berwarna kuning biasanya menggunakan plastik khusus. Namun, tahukah Kawan? Di tahun 2022 ada seorang pemuda asal Bandung, Jawa Barat dengan sebuah inovasi baru untuk ubin pemandu ini.

Pemuda ini bernama Fariz Fadhlillah. Lewat inovasinya dia memproduksi guidingblock dengan material sisa limbah. Untuk detailnya, dirinya menggunakan beberapa material seperti busa puntung rokok, kain bekas, serpihan kaca, dan pecahan beton yang kemudian dihaluskan dan dipadatkan. Tak hanya seperti ubin pemandu pada umumnya, dirinya bahkan membuat blok penunjuk arah ini seperti memiliki kode layaknya morse.

Tac Tiles, Ubin Pemandu dengan Visual Geometri

Inovasi ini dinamakan Tac Tiles dan diperkenalkan melalui sebuah brand Tactogram. Kepanjangannya adalah Tactile Program, dilansir dari penjelasan pada laman Instagramnya, berbeda dengan lantai kuning di trotoar yang hanya tonjolan panjang, pembatas yang digunakan adalah sistem mobilitas dalam visual geometri yang menggunakan 3 bentuk dasar seperti bulat, segitiga, dan tanda silang.

Desain ini lahir dari pendekatan ilmu saraf (neuroscience), dengan tujuan membuat kode-kode somatosensori untuk diterjemahkan menjadi informasi, grafis, dan alat yang bisa dibaca langsung lewat sentuhan.

  • Segitiga untuk mengarahkan ke pintu masuk terdekat
  • Lingkaran untuk mengarahkan ke fasilitas umum
  • Tanda silang untuk menandakan batas luar ubin pemandu tunanetra sekaligus ke arah pintu keluar

Yang makin membuat Tectogram menarik perhatian publik adalah, Fariz selalu memberi filosofi, penjelasan, hingga pemilihan material dan warnanya melalui laman Instagram resminya. Sehingga selain memperkenalkan dan mempromosikan Tac Tiles, dirinya juga memberi edukasi dengan visual yang menarik dan mudah dipahami.

Kelebihan GuidingBlock Berbahan Limbah Beton 

Menurut Fariz dilansir dari salah satu video profilnya pada Instagram Cast Foundation, saat membuat sesuatu untuk mereka, jangan hanya membuat sesuatu yang inklusif tetapi juga perlu buat sesuatu yang baru dan eksklusif. Dia juga melihat material untuk kebutuhan penunjang tunanetra adalah hal yang fundamental. Perlu melihat dari keamanan dan keselamatan saat digunakan.

Lewat video lainnya juga bercerita, karena salah satu materialnya adalah pecahan beton, meski di tes daya kuat dengan dipijak setelah 7 hari produksinya. Selain itu juga, guidingblock Tac Tiles juga tidak akan licin jika basah. Karena material dan daya tahannya, sejak Maret 2024, segala produk yang dikembangkannya di Tactogram mendapatkan hak paten oleh Kemenkumham. 

Penghargaan dan Alasan yang Mendorong Fariz

Setelah itu, dirinya bersama usaha yang dirintisnya mulai mendapat beberapa penghargaan, seperti apresiasi SATU Indonesia Awards di tahun 2024, kemudian pada Desember 2024 Fariz mendapat kesempatan untuk memperkenalkan sekaligus mempresentasikan inovasinya lewat acara yang diselenggarakan Kedutaan Besar Jerman di IFI Bandung dengan tajuk Design Matters Lab. Yang kemudian kembali dipresentasikan di Goethe Institut Jakarta 2 bulan setelahnya.

Dikutip dari laman Liputan 6, dirinya menyoroti terkait ukuran ujung dari tongkat pemandu tunanetra di Indonesia yang belum memiliki standar. Berbeda dengan negara di Eropa yang sudah mengatur standar besaran ujung tongkatnya. Hal ini yang kemudian menjadi alasannya untuk mencoba mendesain (ubin) ini bersifat futuristis dan bisa diaplikasikan di negara-negara lain.

#KabarBaikSATUIndonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.