Konsumen Indonesia kini semakin berhati-hati dalam berbelanja kebutuhan pokok.
Laporan terbaru YouGov bertajuk “The Rise of Value Shoppers: APAC Grocery Retail 2025” menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin fokus pada nilai dan harga saat membeli kebutuhan sehari-hari.
Fenomena ini sejalan dengan tren di kawasan Asia Pasifik, namun Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Konsumen tidak hanya mempertimbangkan harga, tetapi juga kebersihan dan kerapian toko, variasi produk, serta kemudahan akses lokasi.
Tak heran, minimarket menjadi pilihan utama dibandingkan supermarket besar.
Kanal Digital Jadi Senjata Utama Hemat Belanja
Menurut Edward Hutasoit, General Manager YouGov Indonesia & India, perilaku digital konsumen Indonesia makin menonjol.
“Konsumen Indonesia semakin cerdas, terhubung secara digital, dan terus membandingkan harga. Oleh karena itu, pelaku usaha harus selalu memperjuangkan loyalitas konsumen,” jelas Edward.
Beberapa temuan penting dari riset ini antara lain:
- 63% konsumen menggunakan aplikasi supermarket untuk promo/diskon.
- 58% mengandalkan situs atau aplikasi pembanding harga.
- 77% sering melihat iklan produk lewat media sosial.
- 71% hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan.
- 59% selalu membuat daftar belanja sebelum ke toko.
Kebiasaan ini menunjukkan bahwa strategi digital marketing semakin krusial untuk menjangkau konsumen Indonesia.
Loyalitas Tipis, Sensitivitas Harga Tinggi
Meski belanja semakin praktis, loyalitas konsumen tetap rapuh. Saat harga naik, konsumen Indonesia cenderung mengurangi pembelian pada produk non-esensial, seperti:
- Makanan instan (34%)
- Camilan kemasan (33%)
- Daging atau telur (22%)
Selain faktor harga, aspek emosional juga berperan. Sebanyak 45% konsumen Indonesia merasa bersalah jika membeli camilan atau makanan ringan yang tidak direncanakan.
Riset juga menemukan bahwa faktor lain turut memengaruhi keputusan belanja, yaitu:
- Harga tetap nomor satu (59%)
- Variasi produk penting (46%)
- Kebersihan/tata letak toko berpengaruh (32%)
Menariknya, 65% konsumen Indonesia menganggap belanja kebutuhan sehari-hari sebagai aktivitas keluarga. Hal ini membuka peluang promosi yang menyasar aspek kebersamaan.
Edward menegaskan, memahami perilaku konsumen menjadi kunci bertahan di tengah kompetisi ritel.
“Strategi ritel, harga, dan pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi lokal akan membuat pelaku usaha tetap relevan dan kompetitif,” tutupnya.
Dengan konsumen yang makin digital-savvy, kombinasi harga kompetitif, pengalaman belanja yang nyaman, dan strategi pemasaran berbasis teknologi akan menentukan loyalitas pasar di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News