cacing tanah penyubur tanah yang bernilai ekonomi tinggi - News | Good News From Indonesia 2025

Cacing Tanah, “Penyubur” Tanah yang Bernilai Ekonomi Tinggi

Cacing Tanah, “Penyubur” Tanah yang Bernilai Ekonomi Tinggi
images info

Di balik bentuknya yang sederhana dan sering kali dianggap menjijikkan oleh sebagian orang, cacing tanah (earthworm) ternyata menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar dan peran ekologis yang tak ternilai. 

Makhluk tak bertulang belakang (invertebrata) ini bukanlah sekadar penghuni tanah biasa, melainkan insinyur ekosistem yang aktif mengolah bumi. Secara ilmiah, cacing tanah termasuk dalam filum Annelida, kelas Oligochaeta. 

Nama "Annelida" berasal dari bahasa Latin 'anellus' yang berarti cincin, merujuk pada tubuhnya yang bersegmen-segmen. 

Beberapa spesies yang populer dan memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti yang diungkap oleh pakar dari IPB University, antara lain Lumbricusrubellus, Eiseniafetida (cacing merah atau tiger worm), dan Perionyxexcavatus (cacing kalung).

Ciri Khas Cacing Tanah

Ciri fisik cacing tanah sangat khas dan mudah dikenali. Tubuhnya memanjang, silindris, dan tersusun atas segmen-segmen (metamer) yang jumlahnya bervariasi tergantung spesies. 

Pada permukaan tubuhnya terdapat lapisan kutikula yang selalu lembap, yang berfungsi untuk membantu pernapasan melalui kulit (respirasi kutaneus).

Karena bernapas melalui kulit inilah, cacing tanah harus selalu berada dalam lingkungan yang lembap agar tidak kekeringan. 

Salah satu keunikan paling mencolok adalah kemampuan regenerasinya; jika tubuhnya terputus, ia dapat menumbuhkan kembali bagian yang hilang, meski kemampuan ini bervariasi dan terbatas pada segmen tertentu. 

Mulutnya terletak di ujung anterior dan dilengkapi dengan prostomium, semacam tonjolan kecil untuk membantu memasukkan makanan.

Perilaku dan mekanisme dalam tubuh cacing tanah sangat menarik untuk dikaji. Cacing tanah adalah makhluk detrivor, yaitu pemakan bahan organik yang telah mati dan terurai, seperti daun busuk dan sisa-sisa tanaman. 

Sistem pencernaannya merupakan sebuah pabrik pengolahan yang efisien. Makanan yang ditelan akan melalui tembolok untuk disimpan sementara, lalu digiling di empedal, dan akhirnya dicerna di usus. Hasil akhir dari proses ini adalah kotoran yang dikenal sebagai kascing (bekas cacing). 

Baca juga Spons Laut, Hewan Paling Primitif yang Berpotensi Besar untuk Dunia Farmasi

Meningkatkan Kesuburan Tanah

Kascing ini adalah pupuk organik yang sangat kaya unsur hara, mikroba menguntungkan, dan senyawa humat yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan. 

Aktivitasnya menggali terowongan di dalam tanah juga membantu aerasi (sirkulasi udara) dan drainase, sehingga struktur tanah menjadi lebih gembur dan subur.

Menurut Ir Tri Heru Widarto, MSc, dosen Departemen Biologi IPB University, nilai ekonomi cacing tanah sangat tinggi dan manfaatnya multidimensi.

Peran utamanya dalam meningkatkan kesuburan tanah melalui aktivitas biologis dan produksi kascing sudah diakui luas. 

Namun, lebih dari itu, Tri Heru menyoroti potensinya yang besar di bidang peternakan, farmasi, dan pengelolaan limbah. 

“Cacing kaya akan protein, sehingga sangat cocok dijadikan pakan alami untuk ternak seperti ayam, bebek, ikan, udang, dan burung. Ini bisa menjadi alternatif untuk menekan biaya pakan konvensional,” jelasnya. Penggunaan cacing sebagai pakan dapat meningkatkan nilai gizi dan kesehatan hewan ternak.

Lebih mencengangkan lagi, beberapa jenis cacing tanah, khususnya Lumbricus rubellus, mengandung enzim fibrinolitik yang disebut lumbrokinase. 

Enzim ini memiliki manfaat luar biasa dalam melancarkan peredaran darah, mencegah penggumpalan darah (trombosis), dan bahkan berpotensi digunakan dalam terapi pengobatan stroke dan penyakit jantung. 

Tri Heru juga menambahkan bahwa ekstrak cacing telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai penurun panas untuk demam tifus, meskipun klaim ini masih memerlukan pembuktian ilmiah lebih lanjut.

Riset untuk mengeksplorasi aplikasi cacing tanah dalam industri farmasi dan kosmetik juga terus berkembang.

Di bidang lingkungan, cacing tanah adalah agen pengolah limbah organik yang sangat efektif. Melalui proses yang disebut vermicomposting, cacing mampu mendegradasi berbagai jenis limbah, mulai dari sampah rumah tangga, limbah pertanian, hingga kotoran ternak. 

Kemampuan ini tidak hanya menghasilkan kompos berkualitas tinggi tetapi juga secara signifikan mengurangi volume sampah dan pencemaran lingkungan. 

Tri Heru Widarto menyebutkan bahwa budi daya cacing atau vermikultur prosesnya relatif mudah dan tidak memerlukan lahan luas. 

Siklusnya dimulai dari persiapan media organik, penyebaran bibit, pemberian pakan, perawatan, hingga panen yang dapat dilakukan dalam waktu 2–3 bulan.

Potensi bisnis cacing tanah semakin dilirik oleh masyarakat Indonesia. Manfaatnya yang luas di berbagai sektor telah mendorong berkembangnya usaha budi daya cacing skala rumahan maupun komersial. 

Dengan dukungan edukasi yang memadai dan kebijakan yang mendukung dari pemerintah, peluang industri berbasis cacing tanah masih terbuka sangat lebar. 

Baca juga Kelomang, Hewan Kecil Bercangkang yang Jadi Indikator Kesehatan Lingkungan Laut

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.