Dunia medis modern terus-menerus berburu senjata baru untuk melawan salah satu penyakit paling mematikan, misalnya kanker. Dalam perburuan itu, alam seringkali menyimpan jawaban yang tak terduga.
Salah satu jawaban potensial tersebut datang dari jantung Kalimantan, sebuah tanaman umbi yang telah lama menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Dayak, yaitu bawang Dayak (Eleutherinebulbosa).
Mengenal Bawang Dayak
Bawang Dayak (Eleutherinebulbosa), yang juga dikenal dengan sebutan bawang Tiwai atau bawang Kapal, merupakan tanaman herbal yang secara botanis termasuk ke dalam famili Iridaceae, sehingga ia lebih dekat hubungannya dengan bunga iris daripada jenis bawang-bawangan (Allium) pada umumnya yang kita konsumsi sehari-hari.
Ciri khas paling mencolok yang langsung membedakannya dari bawang biasa terletak pada penampilan fisiknya yang unik. Umbi bawang Dayak berwarna merah darah atau merah kesumba yang sangat intens dan cerah, sebuah karakteristik yang menjadi penanda visual utama dan sering dikaitkan dengan kandungan senyawa bioaktifnya yang tinggi.
Bentuk umbinya sendiri memanjang, tidak membulat seperti bawang merah, dengan struktur berlapis-lapis yang menyerupai umbi lily. Bawang Dayak juga memiliki karakteristik di bagian atas tanahnya. Tanaman ini tumbuh merumpun, menghasilkan beberapa helai daun yang memanjang dan tipis, menyerupai pita dengan ujung runcing.
Daunnya berwarna hijau tua dan memiliki lipatan-lipatan di sepanjang tulang daunnya (plicate). Pada musimnya, bawang Dayak akan mengeluarkan tangkai bunga yang akan memunculkan bunga-bunga kecil berwarna putih. Namun, bagian yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional maupun penelitian modern tetaplah umbi bawah tanahnya yang berwarna merah menyala itu.
Secara alami, habitat asli tanaman ini adalah di bawah naungan hutan hujan tropis Pulau Kalimantan. Ia tumbuh subur di tanah yang lembap dan gembur dengan drainase yang baik, yang biasanya ditemukan di lantai hutan atau di daerah yang sedikit ternaungi.
Iklim tropis Kalimantan dengan kelembapan dan curah hujannya yang tinggi merupakan kondisi ideal bagi pertumbuhannya. Meskipun berasal dari Kalimantan, popularitasnya sebagai tanaman obat telah menyebar luas, sehingga kini bawang Dayak telah banyak dibudidayakan di berbagai daerah lain di Indonesia, termasuk di Yogyakarta, menyesuaikan dengan lingkungan yang mirip dengan habitat aslinya.
Pemanfaatan Tradisional dalam Masyarakat Dayak
Bagi masyarakat Dayak, bawang Dayak bukanlah tanaman baru. Secara turun-temurun, umbi ini telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai macam penyakit. Dalam praktek pengobatan tradisional, bawang Dayak biasanya diiris tipis, dikeringkan, lalu diseduh sebagai teh atau diolah menjadi serbuk untuk dikonsumsi.
Ia dipercaya dapat mengobati diabetes, hipertensi, stroke, gangguan liver, dan berbagai penyakit akibat peradangan. Khasiat anti-inflamasinya juga membuatnya sering digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka.
Kepercayaan terhadap manfaat bawang Dayak ini didukung oleh rasanya yang pahit, sebuah karakteristik yang dalam dunia herbal sering dikaitkan dengan kandungan senyawa bioaktif yang kuat.
Baca juga Membran Antibakteri dari Limbah Kulit Bawang: Temuan peneliti BRIN untuk Melawan Resistensi Antibiotik
Dari Antioksidan menjadi Senjata Penghambat Kanker
Potensi bawang Dayak melampaui pengobatan tradisional. Sebuah tim mahasiswa UGM dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) berhasil mengangkat tanaman ini ke level penelitian biomedis yang lebih maju.
Tim yang terdiri dari Ribka Wijayanti, Dwina Aulia, Anisah Qurrotu Aini, Naila Nurfadhilah, dan Atikah Nur Hanifah di bawah bimbingan Prof. drg. Supriatno, M.Kes., MD.Sc., Ph.D., meneliti potensinya khususnya untuk melawan kanker lidah.
Seperti diketahui, kanker terjadi akibat mutasi genetik yang menyebabkan proliferasi atau pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Sel-sel ini membentuk tumor ganas yang dapat menyebar ke seluruh tubuh. Kendala utama pengobatan kanker seringkali adalah kemampuan sel kanker untuk berkembang dengan sangat cepat dan menyebar.
Tim UGM menemukan bahwa bawang Dayak kaya akan antioksidan kuat dan senyawa-senyawa bioaktif penting seperti isoliquiritigenin, iso eleutherine, flavonoid, dan oxyresveratrol. Senyawa-senyawa inilah yang diduga bertanggung jawab atas efek terapeutiknya.
Namun, Ribka Wijayanti menjelaskan bahwa memanfaatkan semua senyawa tersebut sekaligus dengan metode ekstraksi biasa tidak akan maksimal. Untuk mengatasi hal ini, tim menggunakan teknologi nano mutakhir yang disebut Plant Derived-Exosome Like-Nanoparticle (PDENs).
Metode ini pada dasarnya mengisolasi partikel mirip eksosom—kantung kecil alami yang digunakan sel untuk berkomunikasi—dari tumbuhan. Partikel nano ini kemudian berfungsi sebagai "kendaraan" atau carrier yang sangat efisien untuk menyalurkan senyawa aktif bawang Dayak langsung ke sel sasaran, dalam hal ini sel kanker.
Mekanisme Kerja dan Hasil yang Menjanjikan
Setelah berhasil mengisolasi PDENs dari bawang Dayak, tim peneliti mengujicobakannya pada sel kanker lidah manusia dengan berbagai variasi konsentrasi. Hasilnya sangat menggembirakan. Terjadi penurunan signifikan dalam jumlah sel kanker yang hidup.
PDENs bawang Dayak memicu apoptosis, yaitu mekanisme bunuh diri sel yang terprogram, yang merupakan cara ideal untuk membunuh sel kanker tanpa merusak sel sehat di sekitarnya. Selain itu, proliferasi atau kemampuan sel untuk berkembang biak juga terhambat secara nyata, terutama pada konsentrasi PDENs yang lebih tinggi.
Dwina Aulia menegaskan bahwa hasil uji laboratorium ini membuktikan bahwa kandungan bawang Dayak, ketika disalurkan dengan metode PDENs, mampu menghambat dan mematikan sel kanker lidah secara efektif.
Meskipun penelitian ini masih berada dalam tahap pre-klinik (uji laboratorium) dan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk uji pada hewan dan manusia, temuan ini membuka pintu yang sangat lebar bagi pengembangan obat kanker herbal yang lebih efektif dan terarah.
Baca juga Sejuta Manfaat Bawang Dayak, Kenali Cara Mengonsumsi dan Efek Sampingnya
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News