Suwuk Biomassa bukan sekadar aktivitas pelestarian pohon. Tapi sebuah upaya mencari sumber Energi Baru Terbarukan, melalui narasi kearifan lokal berdasar konsep dekolonisasi.
Dengan teriakan memilukan, Treebeard mengajak semua wangsa pohon di Hutan Fangorn bersatu menyerang Benteng Isengard, tempat di mana Wizard Saruman dan Orc berada. Treebeard yang merupakan sesepuh Bangsa Ent (Wangsa Pohon Raksasa), meminta semua warganya ngluruk Benteng Isengard, mengincar Wizard Saruman beserta Pasukan Orc yang telah menebangi Hutan Fangorn, tempat di mana para sahabatnya ditebang secara genosida.
Treebeard dan seluruh warga Hutan Fangorn marah besar karena menyaksikan Wizard Saruman dan Pasukan Orc telah menebangi pohon untuk dijadikan senjata perang. Kejadian itu bahkan membuat Treebeard menghancurkan bendungan. Banjir bandang pun menerjang Benteng Isengard hingga luluh lantak porak-poranda. Semua Pasukan Orc dihabisi. Dan Saruman tak berdaya.
Scene menggetarkan hati yang berkisah pembalasan Treebeard beserta Wangsa Pohon itu, merupakan bagian kedua dari trilogi novel epik The Lord of The Rings (1954) karya penulis kenamaan Inggris, J. R. R. Tolkien. Kisah pada novel inilah, yang diadopsi menjadi film ikonik The Lord of the Rings: The Two Towers, yang disutradarai Peter Jackson (2002).
Sang pengarang novel, J.R.R. Tolkien (1892-1973), jelas bukan pengarang biasa. Ia adalah “filolog” dibalik karya besar Legendarium Tolkien: mitologi fiksi poetik berkisah tentang bumi yang dia namai dengan Arda — kata yang tentu mengingatkan kita pada al-Ardh (bumi). Untuk diketahui, Legendarium Tolkien adalah pondasi utama dari semesta The Lord of The Rings.
Filologi, bagaimanapun, adalah keilmuan Budaya Timur. Karena itu, karya-karya J. R. R. Tolkien jelas tak bisa lepas dari unsur Ketimuran. Baik itu nama-nama, istilah-istilah, bahkan keberadaan Alkemis pembuat logam hingga rahasia “pohon kehidupan” dalam serial berjudul: The Lord of The Rings: Rings of Power (2022).
Kearifan Citralekha
Baca Selengkapnya