Daya tarik alam dan budaya lokal yang khas menjadikan desa wisata di Sleman semakin berpotensi sebagai destinasi unggulan.
Meski begitu, kesadaran masyarakat dalam pengelolaan potensi ini secara berkelanjutan masih menjadi fokus pengembangan agar dapat terus ditingkatkan.
Sebagai respons terhadap hal tersebut, AIESEC in UGM, organisasi kepemimpinan di bawah naungan Universitas Gadjah Mada, menghadirkan “On The Map”, sebuah program sukarelawan berbasis pertukaran pemahaman budaya antara relawan lokal dengan relawan internasional.
Hadir untuk kedua kalinya, program Incoming Global Volunteer tetap konsisten dalam menegaskan komitmennya dalam menghadirkan dampak positif, tidak hanya bagi masyarakat sekitar, tetapi juga bagi para relawan itu sendiri.
Mengusung SDGs 8
Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, inisiatif “On The Map” tahun ini menggandeng relawan internasional dari berbagai negara, mulai dari Tiongkok, Sri Lanka hingga Vietnam. Program ini menitikberatkan pada pengembangan kualitas Desa Wisata Plosokuning dengan dukungan penuh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman (Dinpar Sleman).
Sebagai bentuk komitmen, Dinpar Sleman turut menyambut para relawan internasional serta memberikan sesi pemaparan visi dan misi yang selaras dengan tujuan bersama untuk memajukan desa wisata berbasis SDGs di wilayah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan diawali dengan Local Volunteer Bootcamp, sebuah pelatihan intensif selama satu minggu yang membekali relawan lokal dengan pemahaman dan keterampilan dasar sebelum berkolaborasi dengan relawan internasional.
Setelah tahap persiapan tersebut, relawan lokal bersama dengan Exchange Participants menjalani program selama tujuh minggu dengan berbagai agenda kolaboratif yang berpuncak pada acara “Peak Event”.
Acara puncak mencakup kegiatan outing untuk anak-anak di desa wisata dan tour kota Yogyakarta, lalu ditutup dengan Farewell Party pada pertengahan Agustus sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi para relawan.
Para relawan juga menjalani berbagai kegiatan Capacity Building yang terlaksana dengan baik di berbagai lokasi terpilih. Di Rage and Roast, para relawan mendapatkan penguatan pemahaman mengenai marketing dan komunikasi melalui sesi fotografi dan content making. S
ementara itu, kegiatan di House of Bakpiaku berfokus pada Expectation Settings, serta pengembangan ide untuk acara puncak, termasuk pembuatan materi pemasaran bagi Desa Wisata Plosokuning.
Kolaborasi semakin kaya dengan keterlibatan Remenjawi Yogyakarta, sebuah Javanese Concept Travel and Event Planner yang membawakan materi pariwisata dan perjalanan secara komprehensif.
Tidak hanya memberikan wawasan, Remenjawi Yogyakarta juga menghadirkan pengalaman langsung bagi relawan lokal untuk menjadi pemandu wisata melalui kegiatan “Pitutour”. Dukungan lain datang dari English Academy by Ruangguru, yang berkontribusi dengan memfasilitasi pelaksanaan Tes CEFR (Common European Framework of Reference for Languages) bagi panitia dan relawan lokal, sebagai upaya peningkatan kualitas dan kapasitas mereka.
Selain itu, Sate Ratu kembali mendukung proyek iGV dengan memberikan dana untuk kelancaran pelaksanaan hingga akhir kegiatan.
Sesi peningkatan kapasitas bagi relawan lokal maupun internasional terus berlanjut sepanjang proyek. Aktivitas ini mencakup pembekalan Bahasa Indonesia, sesi bonding, serta riset dan eksplorasi potensi pariwisata di Desa Wisata Plosokuning.
Selain itu, relawan juga berkesempatan mengeksplorasi kawasan kota Yogyakarta untuk merasakan langsung kekayaan budaya yang kental di setiap sudut kota. Di luar sesi resmi, mereka kerap berkumpul dalam forum nonformal yang justru memunculkan banyak ide menarik untuk realisasi proyek.
Dukungan akademisi turut memperkuat proyek ini melalui keterlibatan Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM).
Para dosen memberikan materi seputar desa wisata dan sektor pariwisata secara lebih luas, sekaligus menyampaikan feedback langsung atas ide-ide yang dipresentasikan relawan. Sesi ini berlangsung di kampus STIPRAM, sehingga para relawan dapat mengenal lebih dekat dinamika dunia pariwisata yang menjadi inti dari proyek “On The Map”.
Rangkaian kegiatan kemudian memasuki tahap persiapan puncak acara dengan diadakannya “School Roadshow” di SDIT Luqman Al-Hakim. Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan materi mengenai Desa Wisata Plosokuning sekaligus memperkenalkan budaya para relawan internasional. Persilangan budaya yang terjadi menjadi nilai tambah tersendiri, karena pemahaman lintas budaya ini dapat memberikan wawasan baru bagi kedua belah pihak.
Puncak acara selanjutnya digelar di Desa Wisata Plosokuning, dirancang sebagai outing class untuk siswa sekolah dasar sekaligus memperkenalkan kultur dan keunikan desa. Agenda yang disusun meliputi pematerian tentang Jaserlak (Jahe, Serai, dan Salak), praktik pembuatan janur khas desa, pengenalan gamelan, eksplorasi kebun salak, hingga kegiatan susur sungai.
Seluruh rangkaian diterima dengan antusias oleh murid-murid SDIT Luqman Al-Hakim, terutama siswa kelas 4 dan kelas 6, yang begitu menikmati setiap aktivitas sehingga banyak yang enggan mengakhiri kegiatan. Momen ini menjadi perayaan meriah sekaligus bermakna bagi para relawan setelah melalui proses persiapan program selama kurang lebih dua bulan.
Sebagai penutup, diselenggarakan Farewell Party bertema intimate pool party yang menghadirkan suasana akrab sekaligus menjadi ruang refleksi bagi para relawan untuk berbagi pengalaman selama proyek berlangsung. P
enutup lain hadir melalui sesi debrief bertajuk “Closing The Map – New Beginnings Ahead” di Roaster & Bear Restaurant. Dalam momen ini, para relawan lokal diperkenalkan pada berbagai peluang lanjutan, mulai dari keterlibatan dalam program Global Volunteer hingga kesempatan bergabung sebagai anggota AIESEC.
Sesi penutup ini menjadi akhir yang berkesan sekaligus penanda keberhasilan kolaborasi relawan lokal dan internasional dalam menciptakan pengalaman bermakna serta dampak berkelanjutan bagi desa wisata.
Azaria Sarah Marsyah, mahasiswi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik UGM angkatan 2024, turut membagikan pengalamannya selama delapan minggu mengikuti program On The Map selama delapan minggu. “Perjalanan delapan minggu ini benar-benar menjadi pengalaman yang luar biasa. Melalui program ini, saya mendapatkan banyak hal berharga, mulai dari pengembangan diri, peningkatan keterampilan teknis, hingga kesempatan terhubung dengan mentor-mentor yang memiliki visi yang sama. Saya merasa nyaman, diterima, dan bisa menjadi diri sendiri, terima kasih banyak untuk semuanya,” ungkap Sarah.
Ia juga menambahkan bahwa menjadi host family sekaligus relawan lokal merupakan sebuah kehormatan besar baginya.
Dengan berakhirnya rangkaian kegiatan On The Map, kolaborasi relawan lokal dan internasional telah membuktikan bahwa generasi muda dapat menjadi agen perubahan nyata. Proyek ini tidak hanya mendorong pengembangan Desa Wisata Plosokuning, tetapi juga menegaskan komitmen AIESEC terhadap SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan peluang ekonomi berkelanjutan.
Semangat dan dampak positif yang tercipta menjadi pijakan bagi program-program mendatang, memastikan keberlanjutan kontribusi generasi muda bagi kemajuan pariwisata dan ekonomi lokal.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News