Ishari Sahida alias Ari Wulu adalah musisi gamelan yang sudah dikenal namanya. Sosoknya visioner, di mana ia mampu membawa perspektif segar soal tradisi dan nilai-nilai kejawaan lewat gamelan yang didalaminya.
Ari Wulu memiliki misi besar untuk mengangkat gamelan ke level global. Ia menolak stigma bahwa gamelan adalah musik "bikin ngantuk" atau identik dengan hal-hal mistis yang menakutkan. Menurutnya, gamelan adalah seni yang setara dengan musik dari belahan dunia lain, dan sudah saatnya dihargai.
Sebagai pekerja di lingkungan seni dan budaya, Ari Wulu sudah memiliki perspektif ke depan khususnya tahun 2045 mendatang. Menurutnya saat Indonesia menginjak usia ke-100, kesadaran orang-orang di tanah air akan kebudayaan akan tetap dan terus membaik.
Kesadaran Kebudayaan Membaik
Pemerintah memiliki visi Indonesia Emas untuk tahun 2045 menanti. Impiannya pada tahun tersebut Indonesia bisa maju di banyak sektor seperti ekonomi dan kepariwisataan.
Budaya tentu juga masuk dalam rencana yang dikembangkan untuk lebih maju pada 2045. Ari Wulu sebagai pekerja seni dan budaya pun merasa sikap kesadaran akan berbudaya akan meningkat pada tahun tersebut.
“Ada banyak kesadaran yang muncul dan itu makin kuat. Karena aku merasa dari 80-an, 90-an, 2000, grafik penyadarannya naik. Enggak Cuma kesadaran tapi pengelolaan kebudayaan membaik,” ucap Ari Wulu kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Ari Wulu percaya sistem dan basis komunitas yang meminati pekerjaan budaya akan lebih masif dan giat, sehingga napas-napas kebudayaan Indonesia tetap lestari dan diakui di dunia internasional.
“Misalnya hari ini buktinya seniman noise diakui internasional. Tidak sekadar noise, mereka membawa tonality-nya Indonesia. Ta pikir 20 tahun itu waktunya cukup sampai ke situ,” ungkapnya.
Penasaran dengan Gamelan
Sebelumnya, Ari Wulu menjelaskan pandangannya mengenai pemakaian gamelan di industri perfilman horor Indonesia. Alat musik satu ini terkadang distigmakan tidak baik karena lekat dengan kesan seram, spiritual, dan mistis karena sering dipakai di film-film horor nasional. Akan tetapi, Ari Wulu merasa hal ini bukanlah masalah karena dari kemunculan gamelan dalam wujud apapun diharapkan bisa menimbulkan rasa penasaran dari yang melihatnya.
“Buat aku menariknya semua jadi pada ngomongin (gamelan) itu,” ujar Ari Wulu.
Grup musik Indonesia, Weird Genius sendiri juga memakai gamelan dalam lagunya “Lathi” yang dirilis pada 2020 lalu. Lagu itu menduduki posisi satu Spotify sehingga gamelan juga mendapat perhatian dari pendengar lagu tersebut.
Bagi Ari Wulu, apa yang dilakukan Weird Genius dengan gamelan berdampak baik. Memang tidak dipungkiri ada nuansa mistis yang memancing persepsi banyak orang, tetapi di mata Ari orang-orang jadi membicarakan gamelan secara lebih luas. Ari pun sedikit membayangkan gamelan juga dipakai oleh musisi internasional dan popularitasnya lebih tinggi di kemudian hari.
“Ketika Weird Genius yang lagu Lathi itu viral di TikTok. Dijadiin meme sama aktivis TikTok, serem. Buat aku enggak apa-apa. Persebaran (popularitas gamelan) jadi meluas. Orang-orang pada tanya, ‘Emang kenapa viral?’, ‘Mereka pakai idiom Jawa’, ‘Emang Jawa kenapa?’, ‘Ono gamelane’. Setelah itu misalnya muncul semacam Blackpink tapi gamelan, terus jadi terkenal,” ungkapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News