orem orem kuliner khas malang yang tak lekang oleh zaman - News | Good News From Indonesia 2025

Orem-Orem, Kuliner Khas Malang yang Tak Lekang oleh Zaman

Orem-Orem, Kuliner Khas Malang yang Tak Lekang oleh Zaman
images info

Tidak akan ada habisnya membicarakan kekayaan kuliner Nusantara. Salah satu kuliner yang hampir terlupakan adalah orem-orem. Berasal dari Jawa Timur, hidangan khas Malang ini bukan sekadar santapan biasa, melainkan cerita panjang tentang ketahanan, kreativitas, dan filosofi hidup masyarakat Malang.

Orem-orem adalah perpaduan antara tempe khas Malang, ayam suwir, tauge segar, dan ketupat, disiram kuah santan kuning yang gurih dan pedas.

Berbeda dengan sayur lodeh pada umumnya, kuah orem-orem lebih kental, dimasak perlahan dengan bara arang, dan diracik dari rempah-rempah lokal. Hidangan ini kerap menjadi teman sarapan warga Malang, disajikan dengan kecap dan kerupuk sebagai pelengkap.

Dari Keprihatinan ke Warung Tradisional

Terlihat sederhana, namun orem-orem menyimpan kisah perjalanan Malang menghadapi tantangan sejarah—dari penjajahan hingga krisis pangan. Bermula di era penjajahan Jepang (1942–1945), ketika bahan pangan menjadi langka dan mahal. Masyarakat dipaksa berinovasi dengan sumber daya terbatas.

Pilihan utama jatuh pada tempe, bahan makanan yang mudah diproduksi serta kaya protein. Ditambah tauge—kecambah yang tumbuh cepat tanpa lahan luas—dan santan sebagai penguat rasa, terciptalah orem-orem sebagai simbol ketahanan di tengah krisis.

Dahulu, hidangan ini hanya disajikan dalam acara syukuran atau pernikahan, sebagai wujud rasa syukur atas berkah yang tersisa. Memasuki 1980-an, orem-orem mulai merambah ke warung-warung tradisional. Pedagang kaki lima di Malang menjadikannya hidangan sarapan, dijajakan dengan ciri khas ketupat raksasa yang digantung di gerobak.

Para penjual legendaris telah berjualan lebih dari empat dekade, mempertahankan resep turun-temurun. Uniknya, sebagian masih menggunakan periuk tanah liat dan kayu bakar arang, teknik yang diyakini menjaga keaslian aroma rempah.

Salah satu warung orem-orem di Malang
info gambar

Sayangnya, di balik nikmat kuah santan kentalnya, keberadaan kuliner ini kian sulit dicari. Tidak banyak pedagang yang menjajakan Orem-orem. Beberapa warung kuliner orem-orem yang terkenal di Malang antara lain Orem-orem Arema, Warung Orem-Orem H. Abdul Manan, Orem-orem Ketupat Abah Syahri, Orem - Orem Pak Munayat, dan Orem-orem Pak Mahmudi.

Racikan Sederhana, Cita Rasa yang Memikat

Rahasia unik orem-orem bersumber dari tempe lokal Malang, proses fermentasi lebih lama menghasilkan kepadatan tekstur dan aroma yang kuat. Kemudian, tempe diiris tipis, digoreng kering, lalu dimasak kembali dalam kuah santan berbumbu kunyit, kencur, dan cabe.

Rasa kuahnya mirip dengan sayur lodeh, namun memiliki ciri khas tersendiri: tekstur lebih pekat, paduan gurih, pedas, dan agak pahit. Tauge ditaburkan di atasnya sebagai penyegar dan penyeimbang rasa. Terakhir, siram kuah santan pada ketupat yang telah dipotong-potong.

Tak boleh dilewatkan, penggunaan arang kayu sebagai bahan bakar. Bara api yang stabil dan tidak terlalu besar diyakini dapat “merangkul” rasa bumbu, sehingga tak mengubah aroma bumbu dasarnya.

Saat penyajian, orem-orem biasanya dilengkapi kecap manis atau sambal sesuai selera. Sensasi pedas yang dominan di lidah menjadi cita rasa utamanya. Sementara itu, kecap dan kerupuk berperan sebagai pelengkap yang menyeimbangkan kelezatannya.

Filosofi di Balik Rasa yang Memikat

Di balik rasanya yang memikat, orem-orem menyimpan filosofi yang merepresentasikan jiwa kolektif masyarakat Malang. Kesederhanaan tampilannya merepresentasikan sikap hidup yang rendah hati dan bersyukur atas limpahan berkah alam dari Sang Pencipta.

Setiap elemennya punya makna: tempe sebagai simbol ketahanan, tauge sebagai harapan (karena mudah tumbuh), dan santan yang menyatukan segala rasa, metafora dari kebersamaan masyarakat. 

Pertanyaan menarik muncul: mengapa tauge, bukan sayuran lain? Jawabannya terletak pada historisnya. Di masa lalu, akses ke sayuran segar terbatas akibat konflik dan isolasi geografis Malang yang dikelilingi pegunungan. Tauge menjadi solusi praktis karena dapat diproduksi dengan cepat di pekarangan rumah. Bahkan kini, kehadirannya tetap dipertahankan sebagai penghormatan pada sejarahnya. 

Selain itu, kemudahan penyajiannya menjadi kekuatan utamanya. Orem-orem tidak memerlukan teknik rumit dalam pembuatannya, atau rempah-rempah kompleks. Sehingga bisa diolah oleh kalangan mana pun—faktor yang membuat orem-orem bertahan sebagai kuliner merakyat hingga kini.

Melalui orem-orem, potensi agraris Malang tak hanya tertuang dalam cita rasa, tetapi juga menjadi cerminan identitas kultural yang sarat makna filosofis. Di tengah terpaan modernitas, orem-orem bagai mercusuar yang mengingatkan Malang pada identitasnya: sederhana, adaptif, namun kaya rasa. Setiap gerobak kayu yang masih setia menjajakannya adalah penjaga memori kolektif.

Menikmati Wisata Kuliner di Kota Malang

Orem-orem mungkin tak sepopuler kuliner lain, tapi ia adalah potret jiwa Malang yang sesungguhnya. Di dalam kuahnya yang kuning keemasan, tersimpan berbagai kisah tentang Malang.

Selama masih ada yang memasaknya, selama itu pula Malang tak akan kehilangan jiwanya. Jadi, jika Kawan berkunjung ke Malang, jangan lupa untuk mencicipi salah satu kekayaan kuliner Nusantara ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.