kurangi asap sampah mahasiswa kknt ipb university bangun insinerator di desa malati - News | Good News From Indonesia 2025

Kurangi Asap Sampah, Mahasiswa KKNT IPB University Bangun Insinerator di Desa Malati

Kurangi Asap Sampah, Mahasiswa KKNT IPB University Bangun Insinerator di Desa Malati
images info

Pada tanggal 25–28 Juli 2025, mahasiswa KKNT IPB University melaksanakan sebuah program kerja berupa pembuatan insinerator di Desa Malati, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur.

Kegiatan ini dilaksanakan di kawasan kantor desa, yang dipilih sebagai lokasi strategis agar mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar. Program tersebut mendapat dukungan penuh dari Kepala Desa serta Ketua RW setempat yang melihat bahwa inisiatif tersebut mampu menjawab keresahan warga terkait persoalan sampah yang belum tertangani dengan baik.

Pembuatan insinerator lahir dari permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat Desa Malati. Selama bertahun-tahun, warga terbiasa membakar sampah rumah tangga secara mandiri di pekarangan masing-masing.

Hal ini bukan tanpa alasan, sebab desa tersebut memang belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau sistem pengelolaan sampah terpadu. Kebiasaan membakar sampah di halaman rumah seringkali menimbulkan masalah, terutama munculnya asap tebal yang mengganggu kesehatan pernapasan serta mengurangi kenyamanan lingkungan.

Kondisi ini membuat mahasiswa KKNT IPB tergerak untuk menghadirkan sebuah solusi, yaitu insinerator ramah lingkungan.

Insinerator ini dirancang untuk menjadi wadah pembakaran sampah yang lebih terkendali. Dengan konstruksi yang baik, asap yang dihasilkan dapat diminimalisasi, sehingga dampak polusi udara berkurang secara signifikan.

Mengenal Isi Piringku dan Edukasi Lingkungan, KKN IPB University Sosialisasi Edukatif di SDN Lontong

Harapannya, masyarakat bisa tetap membakar sampah rumah tangga, tetapi dengan cara yang lebih aman, sehat, dan tidak merugikan lingkungan sekitar.

Proses pembangunan insinerator dilakukan melalui beberapa tahapan penting. Tahap pertama adalah persiapan material. Hal ini meliputi bata ringan, semen, pasir, jeruji besi, serta mortar.

Setelah itu dilakukan perataan tanah dan pembuatan fondasi menggunakan semen agar struktur insinerator berdiri kokoh. Tahap berikutnya adalah menyusun bata ringan yang membentuk dinding insinerator, dilanjutkan dengan penyusunan cerobong asap di bagian belakang atas.

Cerobong ini berfungsi sebagai saluran keluarnya asap agar tidak langsung menyebar ke sekitar lokasi pembakaran.

Pemasangan Jeruji Besi
info gambar

Setelah struktur utama selesai, tim KKN IPB menambahkan jeruji besi pada bagian dalam insinerator. Jeruji ini berfungsi menahan sampah agar tidak langsung bersentuhan dengan dasar tungku, sehingga pembakaran lebih merata dan aliran udara lebih baik.

Tahap akhir adalah pengecatan insinerator dengan warna biru. Warna ini dipilih bukan hanya agar tampak rapi dan menarik, tetapi juga agar struktur lebih tahan lama terhadap cuaca dan kelembaban.

Ketua RW Desa Malati turut memberikan apresiasi terhadap program ini. Menurutnya, insinerator hasil karya mahasiswa KKNT sangat bermanfaat dan berpotensi dikembangkan lebih jauh.

KKN-T IPB 2025 Perkenalkan Tong Sampah Smokeless: Solusi Cerdas Atasi Polusi Pembakaran Sampah

Ia menekankan bahwa rancangan insinerator bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah. Misalnya, jika sampah yang dihasilkan lebih banyak, maka bisa ditambahkan luas cerobong atau dimodifikasi ukuran ruang pembakarannya. Dengan demikian, insinerator memiliki fleksibilitas untuk digunakan di berbagai medan.

“Program ini bagus, bisa dikembangin ke depan. Semua kembali ke rancangan masing-masing, mau itu dibuat satu cerobong asap atau lebih, tinggal disesuaikan dengan medannya,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Malati menyampaikan harapannya agar keberadaan insinerator ini dapat menjadi langkah awal dalam mengatasi persoalan sampah di desa. Menurut beliau, meskipun insinerator yang dibuat masih tergolong sederhana, tetapi manfaatnya nyata karena mampu mengurangi polusi udara serta menciptakan lingkungan yang lebih bersih.

Ia juga menegaskan bahwa Desa Malati terbuka terhadap inovasi-inovasi serupa, terutama jika dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Melalui program ini, Desa Malati membuktikan bahwa inovasi sederhana bisa memberikan perubahan besar. Pembuatan insinerator tidak hanya menyelesaikan persoalan teknis mengenai sampah, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan.

Mahasiswa KKNT IPB berharap insinerator ini dapat menjadi model yang bisa direplikasi di dusun-dusun lain, sehingga manfaatnya lebih luas.

Dengan adanya kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan warga, Desa Malati kini memiliki sarana baru untuk mengelola sampah rumah tangga.

Semoga ke depan, insinerator yang telah dibangun tidak hanya digunakan, tetapi juga dikembangkan menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan di wilayah-wilayah lainnya.

Upaya kecil ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal bagi terciptanya desa yang lebih bersih, sehat, dan nyaman untuk seluruh warganya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KC
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.