inovasi swasembada beras di kampung adat ciptarasa yang patut ditiru di indonesia - News | Good News From Indonesia 2025

Inovasi Swasembada Beras di Kampung Adat Ciptarasa yang Patut Ditiru di Indonesia

Inovasi Swasembada Beras di Kampung Adat Ciptarasa yang Patut Ditiru di Indonesia
images info

Sukabumi adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sukabumi juga merupakan bagian dari bumi Pasundan. Sebab, daerah tersebut didominasi oleh suku Sunda.

Sukabumi tidak hanya memiliki keindahan lanskap alam yang berupa pantai dan pegunungan saja, tetapi di balik itu ternyata menyimpan peradaban budaya yang luar biasa dan unik di kampung adat. Salah satu kampung adat yang masih menyimpan peradaban budaya Sunda adalah Kampung Adat Ciptarasa.

Kampung Adat Ciptarasa adalah salah satu kampung adat Sunda masih hidup hingga sekarang. Mayoritas masyarakat adat di kampung adat tersebut merupakan suku Sunda yang masih memiliki keturunan dari Kerajaan Tarumanegara.

Kemudian, agama yang mereka anut yaitu Islam, tetapi masih mempertahankan nilai-nilai tradisi Sunda atau Sunda Wiwitan.

Sebagian besar perekonomian masyarakat adat Ciptarasa bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan. Sebab, karakteristik wilayah tersebut berada di Pegunungan Halimun Salak dengan ketinggian kisaran 600 hingga 900 meter di atas permukaan laut.

Oleh karena itu, tanah di sana sangat subur dan udaranya cenderung sejuk sehingga sangat cocok untuk bercocok tanam.

Mengenal Jubleg Alat Tumbuk Padi Tradisional Suku Sunda yang Minim Perhatian

Akan tetapi, masyarakat adat Ciptarasa memiliki keunikan dalam tradisi bercocok tanam di mana masyarakat adat Ciptarasa selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain setiap 20 tahun untuk mencari kesuburan tanah atau zat hara.

Jenis Hutan dari Peraturan Adat Sunda

Bahkan, apabila mereka berpindah lahan, hutan yang ditebang tidak sembarangan. Adapun, jenis hutan-hutan berdasarkan fungsinya menurut peraturan adat Sunda, antara lain:

  1. Leuweung tutupan atau hutan tutupan adalah hutan yang boleh dibuka setiap 20 tahun sekali; dan
  2. Leuweung larangan atau hutan lindung adalah hutan yang memiliki mata air dan ditumbuhi pohon rasamala (pohon endemikĀ Kampung Adat Ciptarasa) sehingga hutan tersebut tidak boleh ditebang sama sekali agar mata airnya tidak kering.

Itulah strategi masyarakat adat Ciptarasa dalam melestarikan keberlanjutan ekosistem alam. Masyarakat adat tersebut dalam bercocok tanam tetap memperhatikan kondisi lingkungan alam dalam jangka panjang.

Tujuan dari strategi tersebut adalah selain mewujudkan keberlanjutan ekosistem alam, cadangan air atau mata air yang ada di dalam hutan sangat berguna untuk kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat adat Ciptarasa, termasuk minum, mandi, masak, menyiram tanaman, serta menjaga kesuburan tanah.

Pada umumnya, masyarakat adat Ciptarasa menanam tanaman, seperti pohon aren, cengkih, pisang, pepaya, singkong, jahe, kunyit, lengkuas, cabai rawit, jagung, dan padi. Namun, bahan pangan yang paling berharga menurut peraturan adat di sana adalah beras.

Mengapa Beras Dilarang Diperjualbelikan di Peraturan Adat Sunda?

Dalam peraturan adat Sunda, beras dilarang diperjualbelikan karena sudah menjadi amanah leluhur untuk melestarikan pertanian padi yang disakralkan atau dihormati sebagai bekal kehidupan dalam jangka panjang. Dengan demikian, masing-masing keluarga memiliki lumbung padi atau leuit.

Ritual Nutu Padi
info gambar

Proses pembuatan padi menjadi beras harus melalui ritual adat Sunda. Adapun, ritual-ritual adat yang biasanya dilakukan oleh masyarakat adat Ciptarasa setiap tahun, yaitu:

  1. Ritual Ngaseuk: upacara menyongsong saat menanam padi untuk memohon keselamatan dan keamanan menanam padi melalui prosesi ziarah ke pemakaman leluhur hingga selamatan dengan kegiatan hiburan wayang golek dan pantun;
  2. Ritual Sapang Jadian Pare: ritual memohon izin kepada sang ibu dan Sang Pencipta untuk ditanami padi di mana ritual tersebut dilakukan satu minggu setelah tumbuhnya padi;
  3. Ritual Pare Nyiram: ritual selamatan padi keluar bunga untuk memohon agar padi tidak terkena hama;
  4. Ritual Sawenan: upacara memberikan pengobatan agar padi selamat dari hama setelah padi keluar;
  5. Ritual Mipit Pare: ritual permohonan kepada Sang Pencipta pada saat memotong padi yang dilakukan oleh pria agar hasil panennya melimpah;
  6. Ritual Ponggokan: ritual pembahasan jumlah jiwa bersama masyarakat adat Ciptarasa berdasarkan pajak per jiwa Rp150,- dan rumah Rp250,- sekaligus pembahasan biaya Seren Taun;
  7. Ritual Seren Taun: puncak upacara adat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat adat Ciptarasa mulai dari menyimpan padi di leuit (lumbung padi) hingga nutu (menumbuk) padi menjadi beras dengan iringan musik angklung agar wanita yang menumbuk padi tersebut menjadi lebih semangatĀ dalam rangka menghormati leluhur Dewi Sri; dan
  8. Ritual Ngabukti: ritual masyarakat adat Ciptarasa menunggu sampai wanita selesai menumbuk padi dan memasak beras pada saat padi ditumbuk dan dimasak pertama kali.

Uniknya, masyarakat adat Ciptarasa memiliki pengetahuan tradisional tentang swasembada beras. Proses swasembadanya dimulai dari padi yang telah dipanen dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Kemudian, padi tersebut disimpan ke dalam leuit (lumbung padi).

Mengenal Suku Sunda, Keragaman Budaya dan Nilai Filosofis

Atap lumbung padi atau leuit tersebut diganti dengan atap ijuk baru setiap 5 tahun agar beras tahan lama dari serangan hama hingga 100 tahun.

Nah, itulah rahasia masyarakat adat Ciptarasa tidak lapar hingga 1 abad. Bahkan, proses akeul (masak) beras menjadi nasi juga menggunakan kayu bakar.

Pengetahuan tradisional dari Kampung Adat Ciptarasa mengenai swasembada beras wajib patut dicontoh bagi seluruh komponen bangsa Indonesia.

Apalagi Indonesia sebagai negara agraris terbesar kedua di dunia setelah Brazil, harus bisa melaksanakan swasembada beras agar selain mewujudkan kedaulatan pangan nasional dan stabilitas harga pangan.

Indonesia juga tidak bergantung pada impor beras. Jika Tanah Air terus bergantung pada impor beras dari Thailand, maka semakin banyak beban utang suatu negara.

Inilah Asal Mula Suku Sunda dari Jawa Barat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AG
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.