legenda asal usul upacara kasada di tengger cerita rakyat dari jawa timur - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Asal Usul Upacara Kasada di Tengger, Cerita Rakyat dari Jawa Timur

Legenda Asal Usul Upacara Kasada di Tengger, Cerita Rakyat dari Jawa Timur
images info

Upacara Kasada merupakan salah satu tradisi yang masih dijalankan oleh masyarakat Tengger hingga saat ini. Konon ada sebuah legenda dan cerita rakyat yang menceritakan asal usul Upacara Kasada yang dijalankan oleh masyarakat Tengger, Jawa Timur tersebut.

Bagaimana kisah lengkap dari cerita rakyat Jawa Timur ini?

Legenda Asal Usul Upacara Kasada di Tengger

Dinukil dari buku Astri Damayanti yang berjudul Kumpulan Legenda Nusantara Favorit, pada zaman dahulu di Majapahit ada pasangan suami istri bernama Joko Seger dan Roro Anteng. Meskipun berasal dari kasta yang berbeda, mereka tetap bisa berteman baik hingga menikah.

Joko Seger merupakan putra seorang pendeta yang berasal dari kasta Brahmana. Di sisi lain, Roro Anteng merupakan putri Raja Brawijaya yang berkasta Ksatria.

Tidak lama setelah pernikahan mereka, perkembangan agama Islam di Jawa makin pesat. Hal ini membuat kekuasaan Majapahit yang mayoritas masyarakatnya menganut agama Hindu makin memudar.

Prabu Brawijaya dan keluarganya kemudian memutuskan untuk pergi ke hutan dan mencari tempat yang aman. Joko Seger dan Roro Anteng juga melakukan hal yang demikian.

Bersama beberapa pengikut setianya, Joko Seger dan Roro Anteng melakukan pengembaraan untuk mencari tempat baru. Beberapa waktu kemudian, sampailah rombongan mereka di lereng gunung berapi.

Joko Seger dan Roro Anteng merasa mereka sudah sampai di tempat yang aman. Apalagi daerah tersebut sangat subur karena berada di lereng gunung berapi.

Akhirnya rombongan ini memutuskan untuk menetap di sana. Sebagai penghormatan kepada Dewa Brahma, gunung berapi tersebut kemudian diberi nama Gunung Bromo.

Daerah yang mereka tempati kemudian diberi nama Tengger. Hal ini berdasarkan singkatan dari akhir nama kedua pimpinan rombongan itu, yakni "An-Teng" dan Se-Ger".

Sejak saat itu, Joko Seger dan Roro Anteng kemudian dikenal dengan nama Ki Seger dan Nyi Anteng. Mereka hidup dengan makmur tanpa kekurangan sedikitpun.

Bertahun-tahun berlalu, Ki Seger dan Nyi Anteng merasa ada yang kurang dari mereka. Ki Seger merasa sudah waktunya bagi mereka untuk memiliki keturunan.

Hal ini juga dirasakan oleh para pengikutnya. Sebab kepemimpinan Ki Seger tentu perlu diwariskan oleh sang anak nantinya.

Akhirnya pasangan suami istri ini bertapa di puncak Gunung Bromo. Mereka meminta agar Tuhan bisa memberikan keturunan.

Meskipun demikian, doa mereka masih belum terkabul jua. Akhirnya Ki Seger menyampaikan sebuah permohonan, jika nantinya mereka mendapatkan keturunan, maka anak bungsunya akan dikorbankan kepada Gunung Bromo.

Setelah menyampaikan janji tersebut, terdengar suara gemuruh dari kawah Gunung Bromo. Hal itu menandakan bahwa pertapaan mereka sudah bisa diselesaikan.

Tidak lama kemudian, Nyi Ageng hamil dan melahirkan anak pertama mereka. Tanpa terasa, Ki Seger dan Nyi Ageng berhasil memiliki sepuluh orang anak.

Ki Seger lupa dengan janji yang dia sampaikan dulunya. Ketika anak-anaknya mulai dewasa, Gunung Bromo tiba-tiba kembali berguncang.

Guncangan Gunung bromo tersebut terjadi tidak henti-henti. Akibatnya lingkungan yang ada di sekitarnya, termasuk daerah Tengger menjadi rusak.

Ki Seger kemudian berdiskusi dengan penasihatnya mengapa hal ini bisa terjadi. Akhirnya Ki Seger sadar bahwa dia belum menunaikan janji yang diucapkan dulunya.

Menyadari hal ini, Ki Seger kemudian mengumpulkan seluruh keluarganya terkait janji yang pernah dia buat. Nyi Anteng dan Sukma, anak bungsu mereka kaget mendengar hal itu.

Akan tetapi, Sukma merasa ikhlas dengan takdir yang dia dapatkan. Dia bahkan rela berkorban agar masyarakat yang ada di Tengger bisa selamat.

Sukma kemudian berkata biarlah dia menjadi korban pertama dan terakhir atas pengorbanan tersebut. Ke depannya, Sukma meminta agar masyarakat tengger memberikan sesaji di Gunung Bromo sebagai bentuk syukur kepada Tuhan.

Akhirnya upacara pengorbanan Sukma dilakukan oleh masyarakat Tengger. Tahun-tahun berikutnya, upacara yang sama juga dilakukan sesuai dengan pesan Sukma dulunya.

Kelak upacara inilah yang dikenal dengan nama Kasada. Upacara Kasada masih dilakukan oleh masyarakat Tengger sebagai wujud syukur atas rezeki yang mereka dapatkan.

Begitulah kisah dari legenda asal usul Upacara Kasada yang jadi salah satu cerita rakyat dari Jawa Timur.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.