Sebanyak 84 warga yang mayoritas merupakan ibu-ibu PKK tampak antusias mengikuti penyuluhan dan demonstrasi digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui pemanfaatan QRIS. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa (8/7/2025) di Kelurahan Pematangkapau, Kecamatan Kulim, Kota pekanbaru. Kegiatan ini menjadi bagian dari program kerja mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Universitas Riau, Fakultas Pertanian.
Penyuluhan ini dirancang untuk memberikan pemahaman sekaligus praktik langsung bagi warga, khususnya pelaku UMKM skala rumah tangga, mengenai manfaat pembayaran digital berbasis QRIS. Seiring dengan meningkatnya tren transaksi nontunai, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong UMKM lokal agar lebih adaptif terhadap perubahan zaman.
Acara berlangsung khidmat dengan dihadiri oleh Plt. Lurah Pematangkapau, Ketua dan Wakil Ketua PKK, seluruh anggota PKK dari 13 RW, serta sembilan mahasiswa Kukerta MBKM UNRI. Kegiatan diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, doa bersama, dan sambutan dari tokoh masyarakat serta perangkat kelurahan.
Dalam sambutannya, Plt. Lurah Pematangkapau menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif mahasiswa yang telah menghadirkan solusi nyata untuk menjawab tantangan masyarakat. Menurutnya, literasi digital merupakan kebutuhan penting bagi pelaku usaha kecil agar mampu bertahan di tengah persaingan ekonomi modern.
“Digitalisasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Melalui kegiatan seperti ini, warga dapat belajar sekaligus mempraktikkan teknologi yang bermanfaat untuk mendukung usahanya,” ungkapnya.
Penyuluhan dipandu langsung oleh mahasiswa KKN, Muhammad Zidane Qahtani, yang membawakan materi dengan metode presentasi interaktif. Audiens diperkenalkan dengan QRIS sebagai sistem pembayaran digital yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan kini sudah terintegrasi secara nasional.
Dalam paparannya, Zidane menekankan tiga keunggulan utama QRIS:
- Aman — transaksi tercatat dan terlindungi oleh sistem perbankan.
- Cepat — pembayaran dapat dilakukan hanya dengan memindai kode QR.
- Efisien — pelaku usaha tidak perlu lagi repot menyiapkan uang kembalian atau menyimpan uang tunai dalam jumlah besar.
Tak hanya teori, peserta juga diajak untuk langsung mempraktikkan cara membuat akun QRIS. Mahasiswa memberikan pendampingan teknis, mulai dari pendaftaran, verifikasi, hingga cara menampilkan kode QRIS untuk transaksi.
Kegiatan ini tidak berhenti pada penyuluhan semata, melainkan menghasilkan aksi nyata. Sejumlah peserta berhasil membuat akun QRIS dan akun e-commerce mereka sendiri dengan bimbingan mahasiswa KKN. Proses tersebut menjadi pengalaman baru bagi banyak warga, terutama ibu-ibu PKK yang sebelumnya belum pernah bersentuhan dengan sistem digital.
“Banyak peserta yang baru pertama kali mengenal QRIS. Kami dampingi sampai mereka bisa langsung praktik membuat akun dan menggunakannya,” jelas Zidane.
Sejumlah warga mengaku senang karena merasa lebih percaya diri untuk memanfaatkan teknologi. “Dulu saya tidak tahu bagaimana caranya menerima pembayaran digital. Setelah ikut kegiatan ini, saya jadi paham dan bisa langsung mencoba untuk usaha kecil saya di rumah,” ujar salah seorang peserta.
Ketua PKK Pematangkapau menilai penyuluhan ini sangat relevan dengan kebutuhan warganya. Menurutnya, banyak ibu-ibu pelaku usaha kecil yang sudah memiliki produk potensial, namun masih kesulitan menjangkau pasar karena terbatas pada transaksi tunai.
“Penyuluhan seperti ini sangat dibutuhkan agar ibu-ibu pelaku usaha kecil bisa naik kelas dan mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya QRIS, mereka bisa lebih mudah menerima pembayaran, bahkan dari pembeli luar daerah,” ujarnya.
Kegiatan penyuluhan QRIS ini menjadi bukti kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung transformasi digital UMKM di tingkat akar rumput.
Langkah tersebut sejalan dengan semangat Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan program Dikti "Berdampak”, yang mendorong mahasiswa untuk tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat.
Melalui penyuluhan ini, mahasiswa berharap UMKM Pematangkapau dapat semakin berkembang dan tidak tertinggal dari tren ekonomi digital yang terus bergerak cepat. “Kami ingin program ini menjadi pintu awal agar masyarakat semakin terbiasa dengan teknologi dan berani menggunakannya dalam usaha sehari-hari,” tutur Zidane.
Kegiatan penyuluhan QRIS di Pematangkapau ditutup dengan sesi tanya jawab dan pendampingan individu. Warga yang masih kesulitan mengakses aplikasi digital diberikan bimbingan khusus agar tidak tertinggal.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan, mulai dari cara mendaftar, keamanan transaksi, hingga strategi memasarkan produk melalui platform digital.
Dengan suksesnya acara ini, warga berharap kegiatan serupa bisa terus dilakukan di masa depan. “Kalau bisa, jangan hanya sekali ini saja. Kami butuh lebih banyak pelatihan untuk memperluas usaha,” kata salah seorang peserta.
Sinergi antara mahasiswa, pemerintah kelurahan, dan masyarakat dalam penyuluhan ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan dampak nyata. Melalui langkah kecil di tingkat desa, transformasi digital bagi UMKM dapat dimulai dan menjadi bagian penting dalam membangun perekonomian nasional.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News