mahasiswa kknt ipb 2025 pasang light trap di pekon terdana solusi inovatif atasi hama wereng dan ngengat - News | Good News From Indonesia 2025

Mahasiswa KKN-T IPB 2025 Pasang Light Trap di Pekon Terdana, Solusi Inovatif Deteksi dan Kendali Hama Padi

Mahasiswa KKN-T IPB 2025 Pasang Light Trap di Pekon Terdana, Solusi Inovatif Deteksi dan Kendali Hama Padi
images info

Terdana merupakan salah satu pekon di Kecamatan KotaAgung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pekon Terdana memiliki luas wilayah 800 hektar dengan didominasi oleh lahan perkebunan dan sawah.

Lahan sawah di pekon Terdana mencapai luas 200 hektare dengan 70% warganya berkerja sebagai petani. Para petani di pekon ini tergabung dalam Kelompok Tani Pekon Terdana yang beranggotakan petani-petani dari berbagai kelompok usia dan diketuai oleh Bapak Slamet. 

Petani di Pekon Terdana kerap kali mengeluhkan serangan hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), yaitu serangga berukuran kecil yang menyerang batang padi dengan cara mengisap cairan jaringan tanaman dan menyebabkan padi mengering sebelum waktunya.

Selain wereng, ancaman lain yang tidak kalah merugikan adalah serangan ngengat, yaitu fase dewasa dari ulat grayak. Ngengat betina biasanya meletakkan telur dalam jumlah banyak pada permukaan daun tanaman padi kemudian menetas menjadi larva atau ulat yang menyerang dengan cara memakan jaringan daun secara masif.

Ulat ini menyebabkan daun menjadi berlubang, terpotong, hingga habis dimakan pada tingkat serangan yang tinggi, mengakibatkan proses fotosintesis terganggu dan pertumbuhan tanaman padi terhambat.

Sebagai langkah mengatasi permasalahan serangan hama, petani di pekon Terdana melakukan penyemprotan pestisida. Akan tetapi, upaya tersebut tidak selalu memberikan hasil yang efektif.

Penggunaan pestisida secara terus-menerus dalam jangka panjang berpotensi menimbulkan resistensi pada hama, sehingga efektivitas pengendaliannya semakin menurun. Selain itu, residu pestisida dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas lingkungan, salah satunya menurunkan kesuburan tanah. Kondisi ini menunjukkan perlunya strategi pengendalian hama yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University tahun 2025 menghadirkan Program Lentera Tani sebagai kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung peningkatan produktivitas pertanian di tingkat desa. Program ini hadir sebagai respon terhadap permasalahan serangan hama utama pada tanaman padi, khususnya Wereng Batang Coklat (WBC) dan ngengat.

Melalui diskusi interaktif, mahasiswa memberikan edukasi tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) agar petani tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pestisida kimia. Sebagai aksi nyata, dipasang tiga unit light trap di area persawahan untuk membantu menekan populasi hama sekaligus menjadi sarana monitoring.

Program ini diharapkan tidak hanya mengurangi kerugian akibat hama, tetapi juga menumbuhkan kesadaran petani akan pentingnya inovasi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan demi menjaga ketahanan pangan desa.

Light trap atau perangkap cahaya merupakan alat pengendalian hama ramah lingkungan yang bekerja dengan cara memanfaatkan cahaya untuk menarik serangga yang tertarik cahaya dan menjebaknya dalam wadah perangkap.

Alat ini terdiri dari lampu sebagai sumber cahaya, wadah penampung, dan bahan penarik serangga seperti air sabun untuk menjebak serangga. Lampu dinyalakan dari pukul 18.00 hingga 06.00 dengan hasil tangkapan diperiksa dan diambil setiap pagi.

Alat ini efektif untuk menangkap ngengat, kumbang, dan serangga nokturnal lainnya yang aktif malam hari. Namun, light trap juga berpotensi menangkap serangga predator atau musuh alami yang bermanfaat bagi tanaman.

Oleh karena itu, lighttrap berperan untuk monitoring atau deteksi hama pada pertanaman sedini mungkin, serta menekan populasi hama sebelum menimbulkan kerugian. Alat ini tidak disarankan digunakan sepanjang waktu, sebaiknya hanya pada fase-fase kritis tanaman padi agar lebih efektif sekaligus tetap menjaga keseimbangan ekosistem sawah. 

Pemasangan tiga unit light trap ini dilaksanakan dengan melibatkan petani secara langsung. Keterlibatan petani diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki sehingga mereka mampu mengoperasikan dan merawat alat ini secara mandiri.

Dengan demikian, teknologi sederhana ini tidak hanya berfungsi sebagai solusi jangka pendek, tetapi juga dapat terus dimanfaatkan dalam jangka panjang untuk mendukung pengelolaan hama di lahan sawah.

Mahasiswa berharap teknologi ini dapat menjadi inovasi pertanian berkelanjutan yang memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KT
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.