Perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) selalu menjadi momen penting yang dirayakan secara khidmat dan penuh makna, sejak era pemerintahan Soekarno hingga Joko Widodo. Salah satu tradisi unik dalam perayaan kemerdekaan Indonesia adalah hadirnya tumpeng yang menjadi simbol budaya dan nasionalisme, terutama dalam momen peringatan HUT RI.
Tumpeng, yang merupakan hidangan nasi berbentuk kerucut atau gunung, berasal dari tradisi Jawa. Hidangan ini biasanya dikelilingi oleh berbagai lauk pauk, simbol kekayaan alam dan keragaman budaya Indonesia. Namun, lebih dari sekadar makanan, tumpeng memiliki makna filosofis yang mendalam. Bentuk kerucutnya melambangkan Gunung Mahameru, tempat bersemayamnya para dewa dalam kepercayaan masyarakat Jawa, menambah dimensi spiritual dalam setiap perayaan kemerdekaan.
Tumpeng pertama kali hadir dalam perayaan HUT RI ke-27 pada 17 Agustus 1972, di Istana Merdeka. Presiden Soeharto bersama Ibu Negara Tien Soeharto memutuskan untuk memperkenalkan nasi tumpeng sebagai pengganti kue tart yang sebelumnya sering digunakan dalam perayaan. Ini menjadi simbol baru yang mengedepankan jiwa nasionalisme Indonesia, yang lebih mencerminkan identitas budaya bangsa.
Tumpeng Kemerdekaan: Inovasi Ibu Tien Soeharto
Keputusan untuk menggantikan kue tart dengan tumpeng dalam perayaan kemerdekaan adalah gagasan dari Ibu Tien Soeharto. Dalam buku Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia karya Abdul Gafur, dijelaskan bahwa Ibu Tien yang berasal dari kalangan bangsawan Mangkunegaran menginginkan agar perayaan kemerdekaan memiliki jiwa nasionalisme yang lebih kuat. Biasanya, perayaan HUT RI kerap menyajikan kue tart yang terkesan modern dan global, sebuah tradisi yang dipengaruhi oleh kebiasaan pejabat-pejabat Eropa.
Tumpeng dipilih untuk menggusur kebiasaan tersebut. Ibu Tien merasa bahwa kue tart lebih mencerminkan budaya asing, sedangkan tumpeng lebih menggambarkan kekayaan tradisi Indonesia. “Tumpeng dikehendaki menggantikan kebiasaan orang-orang membuat kue kering manis dan dipasangi lilin. Konon, kue tart itu simbol modern dan global. Di pusat kekuasaan, Ibu Tien Soeharto meminta tumpeng menggusur kue dalam peringatan terpenting: Hari Kemerdekaan,” ujar Abdul Gafur dalam bukunya.
Untuk mewujudkan hal ini, Ibu Tien memerintahkan Joop Eve untuk mencari makanan khas Indonesia yang bisa dijadikan simbol dalam perayaan kemerdekaan. Setelah melakukan riset, Joop Eve mengusulkan tumpeng kemerdekaan sebagai pilihan yang tepat. “Jawaban itu direstui Ibu Tien Soeharto. Ibu Negara lekas mengurusi pembuatan tumpeng di rumah Cendana,” tambahnya.
Tumpeng Kemerdekaan di Era Orde Baru
Tradisi tumpeng kemerdekaan terus dilanjutkan setiap tahun dan menjadi makanan wajib dalam perayaan HUT RI, terutama di era Orde Baru (Orba). Dalam arsip Majalah Tempo edisi 31 Agustus 1974, terlihat momen bersejarah di mana Soeharto memotong tumpeng yang disaksikan oleh pejabat dan tamu negara asing. Pementasan tumpeng sebagai simbol nasionalisme diterima dengan baik dan dipastikan menjadi bagian integral dari perayaan kemerdekaan di tahun-tahun mendatang.
Pemotongan tumpeng ini juga terjadi pada HUT RI ke-35 pada 1980. Pada perayaan tersebut, Presiden Soeharto didampingi oleh Wakil Presiden Adam Malik memotong tumpeng bersama-sama di Istana Merdeka. Sama halnya pada HUT RI ke-43 pada 1988, Presiden Soeharto, bersama Ibu Tien dan Wakil Presiden Sudharmono, juga melakukan pemotongan tumpeng saat ramah tamah dengan para pejuang kemerdekaan, veteran, pensiunan ABRI, dan Korps Cacad Veteran di Istana Negara.
Tumpeng kemerdekaan menjadi simbol yang tak hanya menyatukan seluruh elemen bangsa, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya semangat perjuangan para pahlawan. Momen ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan kepada perjuangan para perintis kemerdekaan Indonesia yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk merebut kemerdekaan dari penjajahan.
Tumpeng kemerdekaan kini telah menjadi bagian dari identitas budaya Indonesia, simbol nasionalisme yang sangat kuat dalam setiap perayaan HUT RI. Sejak diperkenalkan oleh Ibu Tien Soeharto pada tahun 1972, tumpeng tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga menggambarkan semangat persatuan, perjuangan, dan identitas budaya bangsa. Dalam setiap potongan tumpeng yang disajikan, terdapat pesan mendalam tentang kesatuan dan keberagaman Indonesia yang harus terus dijaga dan dihargai.
Tumpeng kemerdekaan yang pertama kali diperkenalkan oleh Ibu Tien Soeharto ini tetap menjadi simbol yang mengingatkan kita akan pentingnya mengenang perjuangan kemerdekaan dan menjaga warisan budaya bangsa.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News