Surabaya memiliki sejarah yang sangat panjang sebagai sebuah kota dan kita dapat menemukannya di hampir setiap tempat dan destinasi wisata di Kota Pahlawan ini. Salah satunya adalah Surabaya Museum, di sini kawan GNFI bisa menjelajahi kota melalui sejarah.
Terletak di jantung kota, tepatnya di Siola, gedung publik yang berfungsi sebagai Kantor Dinas Kependudukan kota Surabaya, membuat museum ini sangat mudah untuk dijangkau.
Dengan HTM 0 rupiah alias gratis, Kawan GNFI bisa menjelajahi lorong-lorong yang dipenuhi dengan informasi serta barang-barang bersejarah. Surabaya Museum buka setiap hari kecuali Hari Senin, mulai dari jam 08.00 hingga 15.00.
Untuk memasuki museum ini, Kawan GNFI hanya perlu mengisi form pada official website yang bisa di-scan di area masuk museum. Setelah itu, kita bisa langsung menelusuri setiap era dari sejarah Kota Pahlawan dengan melintasi lorong-lorong perjalanan di dalam museum ini. Inilah 5 era yang bisa Kawan GNFI jelajahi di Surabaya Museum:
Era Pra-kolonial
Pertama, Kawan GNFI akan mengunjungi Surabaya pada masa pra-kolonial, yaitu dari abad ke-11 hingga ke-17. Di sini kita dapat melihat artefak batu dari zaman kuno. Ada tempat yang memajang tulang-tulang hewan dan bahkan tulang manusia yang ditemukan pada masa itu.
Kolaborasi Tim KKNT IPB dalam Upaya Pemenuhan Standar Revalidasi UNESCO: Revitalisasi Museum Konservasi Geopark Ciletuh
Di bagian dinding ruangan, terdapat teks yang menjelaskan sejarah dari setiap peninggalan yang tersimpan di museum ini. Informasi dan gambar yang disajikan sangat terstruktur, bahkan terdapat televisi yang menayangkan perjalanan sejarah ini dalam bentuk animasi.
Era Kolonial Belanda
Selanjutnya, di lorong kedua, kita akan melihat era kolonial Belanda. Museum ini mengambil peran untuk menceritakan perjuangan para pahlawan Kota Surabaya untuk bertahan hidup di jaman tersebut dan kemajuan yang mereka capai di segala bidang. Misalnya saja, ada dinding yang menjelaskan kemajuan sistem komunikasi pada masa itu. Terdapat beberapa surat tulisan tangan yang dipajang dalam sebuah bingkai foto.
Selain itu, ada juga sebuah grand piano di salah satu sudut ruangan. Menurut informasi yang tertulis, grand piano itu adalah Grotrian-Steinweg, dan telah digunakan sejak tahun 1907 untuk menghibur orang Eropa dan Belanda di jaman tersebut.
Selanjutnya yang tak kalah menarik perhatian adalah "Diorama Ruang Kantor di Balai Kota pada Era Hindia Belanda".
Diorama tersebut bisa membuat kita seperti bernostalgia, meskipun kita tidak pernah merasakan kehidupan di era tersebut. Diorama tersebut tampak tua dan misterius. Namun, hangat dan indah di saat yang bersamaan.
Era Pemerintah Militer Jepang
Lorong berikutnya berasal dari era penjajahan Jepang. Di sini, Kawan GNFI bisa menemukan berbagai jenis seragam tentara Jepang. Tertulis juga bahwa pada era ini, Surabaya sebagai salah satu kota pusat gerakan perlawanan terhadap penjajahan, melahirkan beberapa tokoh pendiri bangsa yang berperan penting dalam memimpin perjuangan di era revolusi.
Surat Misterius untuk Paus Yohanes Paulus II, Koleksi "Seram" Museum Katedral Jakarta yang Menyimpan Hikmah
Era Pasca Proklamasi
Lorong pada era pasca proklamasi memiliki banyak hal untuk dijelajahi. Setelah bertahun-tahun berjuang untuk kemerdekaan, Kota Surabaya akhirnya mampu berdiri sendiri. Di lorong ini, Kawan GNFI dapat menjelajahi perkembangan transportasi, mulai dari becak hingga jenis mobil yang disebut angguna.
Bagian lain menampilkan budaya-budaya dan jenis hiburan yang mereka miliki pada masa itu. Wayang Kulit jelas merupakan salah satunya, kesenian tradisional Jawa yang dimainkan oleh seorang dalang sebagai narator dialog para tokoh wayang, dan diiringi oleh musik gamelan. Selain itu, pakaian dan makanan tradisional yang populer pada masa itu juga dipajang di ruangan ini.
Kalau Kawan GNFI terus menelusuri lorong di era ini, maka akan bertemu pajangan jenis-jenis mata uang yang resmi beredar resmi digunakan pada era tersebut hingga sekarang. Selain itu, ada juga satu dinging yang dikhususkan untuk menghormati Soekarno, pemimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan dan juga sebagai presiden pertama Indonesia.
Banyak hal menarik yang ditunjukkan, seperti resume Soekarno, seragam dan sepeda yang digunakan, foto-fotonya saat bertugas, dan salah satu kutipannya yang paling berpengaruh, "Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tetapi seorang pemuda mampu mengubah dunia."
Era Masa Depan
Lorong yang terakhir yaitu Surabaya di masa depan, yang mana berisi informasi-informasi yang lebih up to date seperti daftar walikota hingga musisi-musisi terkenal yang berasal dari Surabaya. Selain itu, di lorong ini juga berisi harapan akan Surabaya di masa depan untuk jadi kota yang lebih baik lagi.
Menyusuri lorong-lorong Surabaya Museum dan bisa menjelajahi kota melalui sejarah merupakan pengalaman yang menarik untuk dicoba. Dengan lokasinya yang strategis dan tiket masuk gratis, pengunjung museum ini juga berasal dari daerah-daerah di luar Kota Surabaya. Jadi gimana, Kawan GNFI ada rencana untuk mengunjungi Surabaya Museum?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News