legenda raden segara cerita rakyat dari jawa timur tentang raja pertama di madura - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Raden Segara, Cerita Rakyat dari Jawa Timur tentang Raja Pertama di Madura

Legenda Raden Segara, Cerita Rakyat dari Jawa Timur tentang Raja Pertama di Madura
images info

Pernahkah Kawan mendengar salah satu kisah tentang legenda Raden Segara? Legenda ini merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Madura, Jawa Timur.

Konon Raden Segara merupakan penemu sekaligus raja pertama di pulau tersebut. Lantas bagaimana kisah lengkap dari legenda Raden Segara tersebut?

Legenda Raden Segara, Cerita Rakyat dari Madura Jawa Timur

Dinukil dari Agnes Bemoe yang berjudul Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara, pada zaman dahulu di Pegunungan Tengger berdiri sebuah kerajaan yang bernama Medang Kamulan. Kerajaan itu dipimpin oleh Prabu Gilingwesi dan dibantu oleh patih bernama Patih Pranggulang.

Sang raja memiliki putri yang cantik jelita bernama Raden Ayu Tunjungsekar. Meskipun Kerajaan Medang Kamulan makmur dan damai, sang raja tetap meresahkan kondisi sang putri.

Raden Ayu Tunjungsekar yang sudah cukup usia masih saja belum menikah. Setiap lamaran yang datang kepada dirinya selalu ditolak.

Penolakan inilah yang membuat Prabu Gilingwesi. Dia khawatir jika penolakan tersebut justru memancing permusuhan nantinya.

Pada suatu malam, Raden Ayu Tunjungsekar mengalami sebuah mimpi dalam tidurnya. Dalam mimpinya itu, sang putri tengah berjalan-jalan di sebuah kebun yang indah.

Tiba-tiba bulan purnama yang menerangi pada waktu itu masuk ke tubuh Raden Ayu Tunjungsekar. Ketika hal ini terjadi, sang putri langsung terbangun dari tidurnya.

Beberapa bulan kemudian, Raden Ayu Tunjungsekar ternyata mengalami kehamilan. Hal ini tentu menggegerkan istana karena sang putri belum menikah.

Prabu Gilingwesi merasa murka akibat hal ini. Dia merasa sang putri sudah berbuat tercela dan mempermalukan kerajaan.

Sang raja kemudian memanggil Patih Pranggulang untuk menghukum Raden Ayu Tunjungsekar. Sang putri yang berusaha menjelaskan apa yang dia alami tetap tidak didengarkan oleh Prabu Gilingwesi.

Akhirnya Patih Pranggulang membawa Raden Ayu Tunjungsekar ke sebuah hutan di dekat laut. Di sana dia akan menjalankan eksekusi untuk menghukum sang putri.

Sebelum hukuman berlangsung, Raden Ayu Tunjungsekar berkata kepada sang patih. Dirinya mempersilahkan sang patih untuk menghukumnya.

Namun jika dia memang tidak bersalah, maka apapun senjata yang digunakan Patih Pranggulang tidak akan bisa membunuhnya. Benar saja, Patih Pranggulang tidak bisa menjalankan eksekusi dan melukai sang putri.

Sang patih akhirnya percaya dengan perkataan Raden Ayu Tunjungsekar. Namun dia tidak bisa membawa sang putri kembali ke istana.

Akhirnya Patih Pranggulang membuat sebuah rakit. Rakit ini nantinya akan digunakan Raden Ayu Tunjungsekar untuk mengarungi lautan.

Raden Ayu Tunjungsekar yang tengah mengandung akhirnya mengikuti saran sang patih. Ketika rakit tersebut selesai di buat, berangkatlah Raden Ayu Tunjungsekar mengarungi lautan.

Pada awalnya perjalanan sang putri berjalan lancar. Namun pada saat malam bulan purnama, Raden Ayu Tunjungsekar mesti melahirkan di tengah lautan lepas.

Sang putri melahirkan seorang putra berwajah tampan. Putra Raden Ayu Tunjungsekar ini kemudian dia beri nama Segara yang berarti laut.

Beberapa waktu berlalu, Raden Ayu Tunjungsekar kemudian melihat sebuah pulau kecil di ujung lautan. Dirinya kemudian mengarahkan rakit untuk merapat ke pulau tersebut.

Ketika mendarat di pulau itu, sebuah keajaiban terjadi. Raden Segara yang belum lama dilahirkan tiba-tiba tumbuh selayaknya anak balita.

Dia kemudian berlarian di pantai tidak berpenghuni tersebut. Akhirnya Raden Ayu Tunjungsekar bersama Raden Segara menjelajahi pulau yang baru mereka datangi.

Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah pohon yang berbatang rendah. Di pohon tersebut ada sebuah sarang lebah yang besar.

Raden Segara tiba-tiba mendekati sarang lebah tersebut dan mencicipi madunya. Ajaibnya lebah-lebah langsung menjauh dan membiarkan Raden Segara memakan madu tersebut.

Akhirnya pulau yang mereka temukan ini kemudian diberi nama Madura. Hal ini berasal dari kata "maddu e ra-ara" yang berarti madu di tanah daratan.

Raden Ayu Tunjungsekar dan Raden Segara kemudian menetap di pulau tersebut. Kelak ketika dewasa Raden Segara juga menjadi raja dan memimpin masyarakat yang ada di Pulau Madura.

Begitulah kisah dalam legenda Raden Segara yang menjadi salah satu cerita rakyat dari Madura, Jawa Timur.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.