hanya ada di indonesia satwa purba badak jawa ternyata pemalu - News | Good News From Indonesia 2025

Hanya Ada di Indonesia, Satwa Purba Badak Jawa Ternyata Pemalu

Hanya Ada di Indonesia, Satwa Purba Badak Jawa Ternyata Pemalu
images info

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah salah satu mamalia besar paling langka di dunia. Spesies ini termasuk dalam famili Rhinocerotidae dan merupakan satu dari lima spesies badak yang masih bertahan hingga saat ini.

Badak Jawa memiliki ciri khas berupa cula tunggal berukuran kecil, biasanya tidak lebih dari 25 cm, yang membedakannya dari badak India yang juga bercula satu.

Sebagai hewan purba, badak Jawa telah hidup sejak jutaan tahun yang lalu dan pernah tersebar luas di Asia Tenggara. Namun, akibat perburuan liar, hilangnya habitat, dan fragmentasi hutan, populasinya kini hanya tersisa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, Indonesia.

Unik dan Pemalu

Badak Jawa memiliki beberapa ciri fisik dan perilaku yang unik. Dari segi ukuran tubuh, badak ini termasuk dalam kategori sedang dengan berat berkisar antara 900-2.300 kg dan panjang tubuh sekitar 3-3,2 meter.

Kulitnya yang tebal berlipat memiliki warna abu-abu kecokelatan dengan tekstur yang menyerupai baju zirah, memberikan kesan seperti hewan prasejarah.

Salah satu ciri khas paling mencolok adalah cula tunggalnya, dimana hanya badak jantan yang memiliki cula yang jelas sementara betina biasanya tidak memiliki cula atau hanya memiliki cula yang sangat kecil.

Ciri unik lainnya adalah bibir atasnya yang fleksibel dan dapat memanjang, membantu mereka dalam mengambil daun dan ranting muda dari semak-semak.

Secara perilaku, badak Jawa dikenal sebagai hewan yang pemalu dan soliter, lebih suka menyendiri dan aktif di malam hari (nokturnal) sehingga jarang terlihat oleh manusia.

Baca juga Peneliti IPB University Selamatkan Badak Sumatera dari Kepunahan lewat Teknologi Bayi Tabung

Habitat Badak Jawa

Badak Jawa saat ini hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), sebuah kawasan konservasi di ujung barat Pulau Jawa. TNUK dipilih sebagai habitat terakhir karena memiliki hutan hujan tropis dataran rendah, rawa, dan daerah pesisir yang cocok untuk kehidupan badak.

Kawasan ini juga relatif terlindung dari gangguan manusia, meskipun ancaman seperti invasi tumbuhan langkap (Arenga obtusifolia) dan potensi bencana alam (tsunami dan letusan Gunung Krakatau) tetap menjadi risiko serius.

Status Konservasi dan Upaya Pelestarian 

Menurut Prof. Harini Muntasib, Pakar Konservasi dari IPB University, badak Jawa merupakan salah satu hewan purba terakhir di dunia yang masih bertahan.

“Dahulu badak Jawa tersebar di sebagian besar wilayah Asia Tenggara, mulai dari Assam-India, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan sebelumnya ada di Vietnam. Namun, pada tahun 2010, subspesies badak Jawa di Vietnam dinyatakan punah. Jadi, badak Jawa yang ada di Indonesia, khususnya di TNUK, adalah satu-satunya di dunia. Ini merupakan suatu kebanggaan bahwa kita memiliki salah satu jenis badak yang kita konservasikan,” jelas Prof. Harini, dikutip dari IPB Today.

Badak Jawa masuk dalam kategori Critically Endangered (Kritis) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dan termasuk dalam Apéndiks I CITES, yang berarti perdagangannya dilarang keras.

Populasi dan Tantangan Konservasi

Data terbaru dari Balai TNUK menunjukkan bahwa populasi badak Jawa diperkirakan hanya 87–100 individu. Jumlah ini diperoleh melalui metode Spatial Count berdasarkan deteksi kamera jebak dan jejak kaki.

Untuk meningkatkan peluang kelestariannya, sejak 2009 telah dikembangkan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) seluas 5.100 hektare di bagian selatan Gunung Honje.

“Fasilitas JRSCA sudah siap, termasuk kandang pengembangbiakan, serta bangunan untuk peneliti dan petugas. Saat ini tengah dipersiapkan translokasi badak dari habitat utama menuju kawasan JRSCA,” ungkap Prof. Harini.

Ancaman Terhadap Badak Jawa

Kelangsungan hidup badak Jawa menghadapi berbagai ancaman serius yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Dari sisi internal, populasi yang kecil membuat badak Jawa rentan terhadap inbreeding atau perkawinan sedarah, yang dapat meningkatkan risiko penyakit genetik dan menurunkan keragaman genetik.

Selain itu, terjadi persaingan antarsatwa dengan banteng dan babi hutan dalam memperebutkan sumber makanan yang terbatas. Ancaman lain datang dari degradasi habitat akibat invasi tumbuhan langkap yang mengurangi ketersediaan pakan alami badak Jawa.

Di sisi eksternal, meskipun sudah berkurang, perburuan liar tetap menjadi ancaman potensial. Badak Jawa juga rentan terhadap penyakit dari ternak seperti antraks yang dapat menular ke populasi mereka.

Ancaman paling besar datang dari potensi bencana alam seperti letusan Gunung Krakatau dan tsunami yang dapat memusnahkan seluruh populasi badak Jawa sekaligus, mengingat habitat mereka yang terkonsentrasi di satu lokasi.

Mengapa Badak Jawa Penting?

Badak Jawa memainkan peran penting dalam ekosistem sebagai hewan herbivora besar yang membantu mengontrol vegetasi dan menyebarkan biji tanaman.

“Badak Jawa bukan hanya kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga warisan dunia yang harus dijaga bersama,” tegas Prof. Harini.

Baca juga Badak Jawa Kembali Lahir di Taman Nasional Ujung Kulon, Namanya Iris!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.