sosok inisiator pengelola sampah desa wonosari - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Wulandari, Sosok Inisiator Pengelola Sampah di Desa Wonosari

Mengenal Wulandari, Sosok Inisiator Pengelola Sampah di Desa Wonosari
images info

Sampah kini menjadi tantangan serius dalam pengelolaan lingkungan. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup (SIPSN KLH), timbulan sampah di Indonesia mencapai 34 juta ton per tahun, tetapi penanganannya baru sekitar 46%.

Data ini mencerminkan masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

Jika tidak ditangani dengan tepat, sampah bukan hanya mencemari lingkungan, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Masalah ini juga dirasakan di berbagai daerah, termasuk di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Upaya pengelolaan sampah sejatinya pernah dilakukan pada tahun 2019 melalui pembentukan kelompok bank sampah di tingkat kecamatan.

Sayangnya, program tersebut sempat terhenti karena kurangnya dukungan berkelanjutan serta regenerasi kepengurusan.

Saat itu, hanya terdapat satu kelompok bank sampah dengan sistem konvensional, yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Bersama KKN IPB, Anak-Anak Desa Girimulya Belajar dengan Ceria

Ketiadaan keberlanjutan ini menjadi cerminan perlunya gerakan akar rumput yang lebih kuat dan partisipatif, khususnya di tingkat desa sebagai garda terdepan pengelolaan lingkungan.

Berawal dari hal tersebut, Wulandari, salah seorang ibu rumah tangga di Kampungbaru, Desa Wonosari, mencoba mengembangkan pengolahan sampah khususnya di Desa Wonosari.

“Kami selalu beranggapan bahwa manusia dan alam memiliki hubungan yang erat, sehingga menjadi tugas kita tentunya dalam menjaga alam dan lingkungan kita sendiri,” ujarnya.

Program yang awalnya hanya bertujuan untuk perlombaan kini dikembangkan olehnya sebagai aksi inisiatif menjaga lingkungan. Dengan modal swadaya dan ketekunan hati, masyarakat hingga tokoh-tokoh masyarakat di wilayah Wonosari mendukung penuh kegiatan ini. Hingga kini, kelompok bank sampah Wonosari beranggotakan 150 orang. 

Melalui pendekatan yang sederhana, pengolahan sampah ini dimulai dari pemilahan hingga aksi daur ulang. Tak hanya itu, pengelolaan lingkungan seperti daur ulang ban bekas, penataan lingkungan hingga penanaman menjadi gagasan penting dalam menumbuhkan karakter peduli terhadap lingkungan di wilayah Desa Wonosari.

Karakter inisiatif Wulandari mendorong aktifnya masyarakat dalam menjaga lingkungan. Tak sampai disitu, pendampingan dalam pengelolaan lingkungan tersebut kini sampai berkembang hingga wilayah-wilayah desa tetangga.

Dalam mendorong terciptanya lingkungan yang asri, tantangan dan rintangan menjadi bagian dalam perjalanan program Wulandari dan teman-teman bank sampah baik secara internal hingga eksternal.

“Kepedulian masyarakat akan sampah kan berbeda-beda, hal tersebutlah yang kadang menjadi tantangan kita dalam menjalankan program. Selain itu, masyarakat kadang berfikir bahwa hal-hal yang berkaitan dengan sampah itu selalu bermakna jelek,” imbuhnya.

Wulandari berharap, program peduli terhadap lingkungan ini tidak hanya dilakukan oleh segelintir orang namun secara aktif masyarakat terlibat.

“Meski pada awalnya memang berat karena terpaksa, harapannya kepedulian terhadap lingkungan terutama dalam mengelola sampah itu muncul pada setiap diri masyarakat. Pada akhirnya kemudian kita menjaga lingkungan dan lingkungan pun menjaga kita,” kata wanita yang akrab disapa Ndari ini.

Pelatihan Pembuatan Biopestisida Daun Pepaya oleh KKN-T IPB di Kelompok Tani Sri Rahayu 1 Ngadireso

Dengan kolaborasi dari berbagai pihak, harapannya bank sampah ini menjadi pelopor peduli lingkungan. Pengembangan kapasitas masyarakat yang ramah lingkungan menjadi tujuan utama terbentuknya kelompok swadaya ini.

Kolaborasi Bank Sampah dengan Mahasiswa KKN-T IPB 2025 Desa Wonosari
info gambar

Seiring berjalannya waktu, kelompok bank sampah ini tidak hanya menjadi tempat pengumpulan dan pemilahan sampah semata, melainkan juga menjadi ruang edukasi lingkungan yang aktif.

Wulandari bersama timnya secara berkala menyelenggarakan pelatihan dan penyuluhan mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang bijak. Anak-anak sekolah, ibu rumah tangga, hingga tokoh masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan kreatif seperti pelatihan ecobrick, pembuatan kompos dari sampah organik, hingga lomba daur ulang.

Melalui pendekatan inklusif ini, masyarakat mulai memahami bahwa sampah bukan hanya masalah, melainkan juga bisa menjadi potensi ekonomi dan edukasi.

Dampak dari program mulai terlihat secara nyata. Lingkungan permukiman di Kampungbaru yang sebelumnya masyarakat lebih memilih untuk membuang sampahnya ke sungai atau langsung membakarnya, kini berubah menjadi hal hal yang lebih bermanfaat bagi lingkungan.

Bahkan beberapa warga mulai memanfaatkan hasil daur ulang sebagai produk kerajinan yang bernilai jual, seperti pot tanaman dari botol plastik atau kursi dari ban bekas. Perubahan perilaku tersebut menunjukkan bahwa dengan konsistensi, kesadaran masyarakat bisa tumbuh dan berkelanjutan.

Ke depan, Wulandari dan kelompok bank sampah Wonosari bercita-cita membentuk rumah edukasi lingkungan sebagai pusat pembelajaran, agar semangat menjaga bumi dapat diwariskan lintas generasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.