pew research center indonesia negara paling rajin berdoa di dunia - News | Good News From Indonesia 2025

Pew Research Center: Indonesia Negara Paling Rajin Berdoa di Dunia

Pew Research Center: Indonesia Negara Paling Rajin Berdoa di Dunia
images info

Di tengah derasnya arus global sekularisasi, Indonesia justru menunjukkan arah yang berbeda dengan mempertahankan tingkat religiositas yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan Pew Research Center (2024), sekitar 95% warga dewasa di Indonesia menyatakan rutin berdoa setiap hari dan merupakan persentase tertinggi di dunia.

Sosiolog Peter L. Berger menyebut fenomena ini sebagai bentuk “de-sekularisasi dunia,” di mana masyarakat justru semakin religius sebagai respons terhadap ketidakpastian modernitas. Dalam konteks Indonesia, doa tidak hanya dimaknai sebagai ritual spiritual, tetapi juga menjadi bagian dari identitas sosial yang diturunkan lintas generasi.

Clifford Geertz dalam kajian antropologisnya menegaskan bahwa agama di Indonesia terintegrasi erat dalam kehidupan sehari-hari dan membentuk pola perilaku kolektif masyarakat. Di era digital, fenomena ini diperkuat melalui masifnya penyebaran konten keagamaan di media sosial, menjadikan ruang daring sebagai arena baru pertumbuhan spiritual.

Pendidikan agama di sekolah-sekolah serta peran aktif lembaga keagamaan turut menjadi pilar penting dalam menjaga kesinambungan nilai religius tersebut. Di tengah dunia yang makin pragmatis dan individualistis, Indonesia menunjukkan bahwa modernitas tidak selalu identik dengan kemunduran nilai-nilai ketuhanan.

Posisi Indonesia 

Dalam beberapa dekade terakhir, dunia menyaksikan kecenderungan menurunnya praktik keagamaan, khususnya di negara-negara maju. Data World Values Survey dan laporan Bank Dunia terbaru menunjukkan penurunan signifikan partisipasi agama di negara seperti Swedia, Jepang, dan Prancis, termasuk dalam hal berdoa, menghadiri tempat ibadah, dan membaca kitab suci.

Fenomena ini disebut sebagai religious decline, yakni melemahnya peran agama dalam kehidupan publik dan privat masyarakat modern. Namun, Indonesia justru menampilkan pola yang berlawanan dengan tren global tersebut.

Hasil survei Pew Research Center terhadap 35 negara menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih membiasakan diri untuk berdoa setiap hari, mencerminkan peran sentral agama dalam keseharian.

Fenomena ini sejalan dengan kecenderungan serupa di negara-negara seperti Nigeria dan Kenya, di mana tingkat kebiasaan berdoa harian juga mencapai angka tinggi. Sebaliknya, masyarakat di sejumlah negara Eropa seperti Swedia, Hungaria, dan Belanda menunjukkan kecenderungan yang jauh lebih rendah, bahkan di bawah 20 persen.

Kontras ini memperlihatkan bahwa religiositas masih menjadi elemen penting dalam kehidupan sosial di banyak negara Asia dan Afrika, meskipun mengalami penurunan di berbagai negara Barat.

Faktor Sosial Budaya Pendukung

Tingginya tingkat religiusitas di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari warisan sosial budaya yang telah lama mengakar dalam kehidupan masyarakat. Dalam banyak komunitas, praktik keagamaan tidak semata-mata menjadi urusan individu, melainkan wujud dari ekspresi kolektif yang memperkuat rasa kebersamaan.

Kegiatan seperti kenduri, tahlilan, perayaan hari besar keagamaan, hingga gotong royong, memperlihatkan bahwa agama berfungsi sebagai perekat sosial yang menjaga harmoni antarwarga. Tradisi ini tidak hanya diwariskan secara turun-temurun, tetapi juga diperkuat melalui pendidikan agama sejak usia dini. 

Émile Durkheim sosiolog Prancis menyebutkan bahwa agama memainkan peran sentral dalam menciptakan keteraturan sosial melalui ritual bersama. Sejak usia dini, anak-anak Indonesia telah diperkenalkan pada nilai-nilai agama, baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun melalui pengasuhan dalam lingkungan keluarga yang religius.

Peran ulama, pendeta, dan pemuka agama lainnya turut menjadi penjaga moralitas sosial, terlebih di tengah dinamika globalisasi yang kerap menggeser nilai-nilai tradisional. Bahkan, dalam era digital sekalipun, ekspresi keberagamaan tetap berkembang melalui kanal-kanal baru yang menjangkau generasi muda dimana hal tersebut menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus bertentangan dengan spiritualitas.

Spiritualitas di Era Digital

Di tengah arus kehidupan modern yang sarat individualisme, media sosial di Indonesia justru berkembang menjadi ruang ekspresi spiritual yang hidup. Platform digital seperti Instagram dan TikTok dipenuhi konten doa, nasihat keagamaan, serta refleksi moral yang memperkaya identitas daring penggunanya.

Aplikasi pengingat salat, tadarus online, hingga komunitas virtual seperti One Day One Juz menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dimanfaatkan untuk memperkuat relasi manusia dengan Yang Ilahi.

Fenomena ini mencerminkan bahwa digitalisasi bukanlah ancaman terhadap religiusitas, melainkan peluang untuk membentuk spiritualitas baru yang lebih terbuka dan partisipatif.

Religiusitas masyarakat Indonesia tidak berhenti pada ritual, tetapi meresap dalam cara hidup dan interaksi sosial sehari-hari. Ketika banyak negara mengalami gejala sekularisasi, Indonesia hadir sebagai contoh bahwa kemajuan ekonomi dan teknologi dapat tetap sejalan dengan nilai-nilai spiritual.

Tantangannya kini adalah merawat semangat keberagamaan yang ramah dan inklusif dalam ekosistem digital yang terus berubah. Dalam ketidakpastian global, praktik sederhana seperti doa masih menjadi jangkar harapan yang menguatkan kehidupan manusia modern.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PP
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.