Di era serba digital seperti saat ini, informasi seharusnya dapat diakses dengan mudah, cepat, dan tepat oleh siapa pun. Namun, hal ini belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat Desa Tanjungsari, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang. Desa ini masih menghadapi keterbatasan dalam akses informasi, baik melalui internet, media sosial, maupun media massa.
Kondisi ini pertama kali disadari oleh tim KKN-T Inovasi KARAWANGKAB10 IPB University, tak lama setelah mereka mendapatkan penempatan di desa tersebut. Ketika mencoba mencari informasi dasar seputar desa—seperti potensi wilayah, fasilitas umum, hingga data kependudukan—hasil pencarian di internet tidak banyak membantu.
“Ini kenapa informasi desanya susah banget didapet dah? Udah nyari di internet, jurnal, IG, Facebook… gak ketemu,” ujar salah satu anggota tim KKN-T Inovasi KARAWANGKAB10 IPB University sambil membuka banyak tab pencarian.
Keresahan tersebut menjadi titik awal lahirnya ide program kerja yang berbeda. Tim menyadari bahwa berbagai kelompok KKN sebelumnya telah membawa program serupa, seperti pemetaan dan profiling desa. Namun, mereka ingin menghadirkan sesuatu yang lebih berdampak, berkesan, dan mampu menjadi pembeda.
“Disini mah udah sering didatengin buat KKN, a,” ucap salah satu perangkat desa saat kami berbincang santai di awal kedatangan.
Pernyataan tersebut menjadi pemantik kesadaran bahwa program yang akan dijalankan perlu menghadirkan nilai tambah yang relevan dan berkesan. Maka, tercetuslah sebuah ide: “Gimana kalau kita bawa profiling dan pemetaan wilayah desa ini ke bentuk digital yang menarik, kayak dashboard misalnya?” usul salah satu anggota KKN.
Gagasan tersebut awalnya menuai pro dan kontra di internal tim. Namun, melalui proses diskusi yang panjang dan pematangan konsep, terlahirlah Tanjungsari On Track: Dari Peta ke Aksi, dari Data ke Solusi, sebuah inovasi dengan tiga tujuan utama: (1) Membuat informasi desa bisa diakses secara digital dan mudah, (2) Menjadi rujukan strategis untuk pembangunan desa, (3) Meningkatkan literasi digital warga.
Hari-hari kami isi dengan menyusun fondasi program: mulai dari pemetaan kebutuhan data, perancangan visualisasi, hingga strategi penyampaian. Tibalah saatnya kami melakukan pitching kepada Sekretaris Desa dan Juru Tulis Desa.
Syukurlah, ide kami disambut hangat dan langsung mendapat dukungan, karena sejalan dengan misi desa menuju kemandirian dan keterbukaan informasi.
Setelah mendapat lampu hijau, kami langsung tancap gas, mulai dari menghimpun data dari berbagai sektor desa, mendesain dashboard interaktif berbasis spasial, hingga membuat banner berisi QR Code sebagai akses mudah menuju dashboard.
Kami juga mengadakan sosialisasi dan demonstrasi penggunaan dashboard dan perawatannya kepada perangkat desa. Para audiens mendengarkan dan menyimak dengan penuh semangat dan antusias.
Melalui program ini, kami menciptakan dashboard interaktif berbasis visual dan spasial yang menampilkan data desa. Dashboard tersebut dapat diakses melalui QR Code yang tersedia pada banner yang kami cetak dan pasang di depan kantor desa.
Harapannya dapat dengan mudah diakses oleh perangkat desa maupun masyarakat luas. Hal ini dapat menjadi pondasi digital, karena ketika data terbuka dan mudah diakses, pembangunan dapat lebih tepat sasaran dan literasi digital masyarakat pun meningkat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
