Di balik asap pembakaran, ada harapan baru untuk lingkungan yang lebih lestari. Itulah semangat yang dibawa oleh “Biokara”, program inovasi biochar dari mahasiswa KKN Institut Pertanian Bogor (IPB) kelompok BOGORKAB41 yang bertugas di Desa Kalong I, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Program ini lahir dari kepedulian terhadap limbah organik dan krisis kualitas tanah pertanian, yang jika tidak ditangani, bisa berdampak panjang bagi keberlanjutan lingkungan desa.
Biokara bukan sekadar program. Ia adalah wujud aksi nyata dari 8 mahasiswa IPB yang tergabung dalam satu tim, yaitu Wisnu Al Hussaeni (ketua), Anida Khoirunnisa Sabila, Dean Steven Santoso, Feri Kurniawan, Nur’aini Dwi Rahma, Qonitatun Ma’rifah, Raissa Riani Johan, dan Relita Anugerah Mawati.
Bersama warga, mereka mengolah limbah daun, ranting, dan bambu menjadi biochar—arang hayati yang bermanfaat untuk memperbaiki kualitas tanah sekaligus sebagai penyerap polutan.
Apa Itu Biochar?
Biochar merupakan hasil pembakaran bahan organik dalam kondisi terbatas oksigen (pirolisis). Produk ini memiliki struktur berpori dan mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, menahan air, serta menyerap logam berat.
Di dunia pertanian, biochar dikenal sebagai amandemen tanah yang ramah lingkungan dan biochar mampu menyimpan karbon dalam jangka panjang dan berperan dalam mitigasi perubahan iklim. Keunggulan inilah yang menjadi dasar pemikiran program Biokara.
Dari Sampah Daun Menjadi Penjaga Kesuburan
Desa Kalong I memiliki banyak potensi biomassa, khususnya limbah dedaunan dan ranting dari kebun dan pekarangan rumah warga. Sayangnya, sebagian besar limbah ini dibakar terbuka, menghasilkan emisi tanpa nilai tambah.
Tim Biokara mengubah pendekatan ini: alih-alih dibakar sia-sia, limbah organik tersebut dikumpulkan dan dibakar dalam drum tertutup yang dimodifikasi menjadi alat pirolisis sederhana.
Proses pembuatan biochar dilakukan bersama warga, dimulai dari pelatihan teknis hingga praktik langsung. Bahan baku seperti daun bambu, ranting, dan serbuk kayu dikeringkan terlebih dahulu, lalu dibakar dalam wadah yang memiliki celah udara terbatas.
Hasil pembakaran ini menghasilkan arang berpori dengan warna hitam legam, siap digunakan sebagai campuran media tanam atau disebar di lahan.
Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Tak hanya berhenti pada pembuatan, program Biokara juga menekankan edukasi kepada warga mengenai manfaat biochar. Dalam beberapa kesempatan, tim KKN menggelar pelatihan dan diskusi dengan kelompok tani dan ibu rumah tangga di dua dusun: Kebon Kopi dan Cikamarang.
“Awalnya kami tidak tahu apa itu biochar, tapi setelah ikut pelatihan, kami jadi paham manfaatnya untuk tanah dan tanaman,” kata salah satu warga peserta pelatihan.
Antusiasme warga menjadi penyemangat tersendiri bagi tim Biokara untuk terus mengembangkan program ini.
Relita Anugerah Mawati, selaku Penangung jawab program biochar, menuturkan bahwa edukasi menjadi kunci dalam keberhasilan program ini.
“Kami ingin membangun kesadaran bahwa limbah organik itu bukan sampah, tapi sumber daya. Dengan teknologi sederhana, kita bisa olah jadi sesuatu yang berguna dan ramah lingkungan,” sebutnya.
Tidak hanya memberi dampak baik bagi lingkungan, kegiatan ini juga memberi nilai tambah sosial. Warga didorong untuk memanfaatkan limbah rumah tangga dan kebun, serta didukung untuk melakukan pengolahan secara mandiri.
Beberapa peserta bahkan mulai mencoba mengombinasikan biochar dengan pupuk kandang sebagai alternatif pupuk organik.
Tantangan dan Harapan
Dalam pelaksanaannya, tim Biokara menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan alat pembakaran, fluktuasi cuaca saat pengeringan bahan baku, dan waktu yang terbatas untuk pendampingan masyarakat. Namun, semua itu dihadapi dengan semangat kolaboratif.
Wisnu, koordinator desa kelompok BOGORKAB41, menyampaikan bahwa ke depan ia berharap program ini bisa terus dilanjutkan secara mandiri oleh warga. “Kami yakin, dengan semangat gotong royong dan kesadaran lingkungan yang terus tumbuh, Biokara bisa menjadi gerakan lokal yang berdampak besar,” ujarnya.
Langkah Kecil untuk Bumi yang Lebih Baik
Program Biokara membuktikan bahwa inovasi tidak selalu datang dari teknologi canggih. Justru dari arang yang sederhana, lahir potensi perubahan besar: mulai dari peningkatan kesuburan tanah, pengurangan emisi karbon, hingga pemberdayaan masyarakat desa.
Langkah kecil ini adalah bagian dari gerakan besar untuk mencintai bumi. Karena menjaga lingkungan tak harus menunggu teknologi mahal atau kebijakan besar, tetapi bisa dimulai dari desa, dari daun yang gugur, dan dari tangan-tangan warga yang peduli.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News