sosok sengkuni mahapati dalang perang saudara dan tewasnya tokoh tokoh pendiri majapahit - News | Good News From Indonesia 2025

Sosok Sengkuni Mahapati: Dalang Perang Saudara dan Tewasnya Tokoh-tokoh Pendiri Majapahit

Sosok Sengkuni Mahapati: Dalang Perang Saudara dan Tewasnya Tokoh-tokoh Pendiri Majapahit
images info

Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara, dengan wilayah kekuasaan yang meluas hampir ke seluruh Asia Tenggara. Namun, di balik kejayaannya, Majapahit menyimpan kisah kelam tentang pengkhianatan dan intrik kekuasaan. Salah satu tokoh kontroversial dalam sejarahnya adalah Mahapati, seorang patih ambisius yang dikenal karena kepandaiannya menghasut dan memfitnah para pahlawan pendiri kerajaan.

Mahapati dan Awal Fitnah yang Mengguncang

Mahapati, yang diyakini bernama asli Dyah Halayudha, mulai menunjukkan ambisinya sejak awal pemerintahan Raden Wijaya, pendiri Majapahit. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas namun licik, dengan kepandaian berbicara yang memikat namun berbahaya. Gelar Mahapati, dalam beberapa versi, diterjemahkan sebagai "orang besar yang berhasrat menjadi penguasa", mencerminkan ambisinya yang melampaui batas.

Konflik pertama terjadi pada tahun 1295 M, ketika Mahapati memprovokasi Ranggalawe agar menolak keputusan Raden Wijaya yang mengangkat Nambi sebagai patih Majapahit. Fitnah itu memicu perang saudara pertama, yang berakhir tragis dengan gugurnya Ranggalawe di tangan Kebo Anabrang. Tak berhenti di situ, Mahapati mengadu domba kembali dengan membuat Lembu Sora membalas kematian keponakannya. Sayangnya, aksi balas dendam itu malah memperkeruh situasi politik istana.

Fitnah Berantai: Nambi, Lembu Sora, dan Kekacauan Istana

Pada tahun 1300 M, Mahapati menyulut konflik baru dengan mempengaruhi Mahisa Taruna, putra Kebo Anabrang, agar menuntut keadilan terhadap Lembu Sora. Meski Raden Wijaya hanya menghukum buang Lembu Sora, Mahapati kembali memprovokasi sang tokoh untuk meminta hukuman mati. Ketika Lembu Sora akhirnya datang ke ibu kota untuk menyerahkan diri, ia justru dibunuh oleh prajurit istana akibat hasutan Mahapati yang telah menyebarkan isu bahwa Lembu Sora hendak memberontak.

Ambisi Mahapati belum juga padam. Pada masa pemerintahan Raja Jayanagara, ia menghasut kembali dengan mengabarkan bahwa Nambi tengah menyiapkan pemberontakan di Lamajang. Padahal saat itu, Nambi sedang cuti karena ayahnya wafat. Karena percaya pada laporan Mahapati, Jayanagara memerintahkan serangan ke Lamajang yang berujung pada kematian Nambi dan keluarganya. Kejadian ini membuka jalan bagi Mahapati untuk akhirnya diangkat sebagai patih utama.

Dari Pararaton hingga Prasasti: Mahapati Tokoh Sejarah atau Fiksi?

Nama Mahapati memang tak muncul dalam prasasti resmi Majapahit seperti Negarakertagama. Namun dalam kitab Pararaton dan Kidung Sorandaka, sosok ini digambarkan sangat jelas sebagai antagonis yang mengobarkan api konflik. Sejarawan Slamet Mulyana mengidentifikasi Mahapati dengan Dyah Halayudha, seorang bangsawan bergelar dyah yang disebut dalam Prasasti Sidateka (1323 M).

Jika benar Mahapati adalah Halayudha, maka ia berasal dari kalangan elit kerajaan. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ia merasa tersingkir ketika orang-orang biasa seperti Nambi dan Lembu Sora diberi jabatan tinggi. Rasa iri dan dendam sosial inilah yang diduga mendorongnya melancarkan serangkaian fitnah dan penghasutan.

Akhir Tragis Mahapati

Meski sempat menduduki jabatan tinggi sebagai Rakryan Patih, kelicikan Mahapati akhirnya terbongkar saat terjadi pemberontakan Kuti tahun 1319. Ketika Gajah Mada berhasil menggagalkan kudeta tersebut, Mahapati ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan cara kejam, yaitu cineleng celeng—dicincang seperti babi hutan.

Kisah Mahapati menjadi pengingat bahwa ambisi yang tak terkendali dapat meruntuhkan bukan hanya moral seorang tokoh, tetapi juga kestabilan kerajaan sebesar Majapahit. Dalam catatan sejarah maupun naskah sastra Jawa kuno, Mahapati dikenal sebagai cermin dari sisi gelap kekuasaan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.