jelajah rasa di bumi anoa kuliner autentik sulawesi tenggara - News | Good News From Indonesia 2025

Jelajah Rasa di Bumi Anoa: Kuliner Autentik Sulawesi Tenggara

Jelajah Rasa di Bumi Anoa: Kuliner Autentik Sulawesi Tenggara
images info

Kuliner khas Sulawesi Tenggara sangat kaya rasa dan unik, karena dipengaruhi oleh budaya maritim dan adat lokal dari suku-suku seperti Tolaki, Buton, Muna, dan Bajo.

Berikut adalah beberapa kuliner khas yang terkenal mulai dari makanan pokok sampai camilan yang hanya ada di Sulawesi Tenggara. 

Makanan Pokok & Tradisional

1. Sinonggi

Makanan khas suku Tolaki, terbuat dari sagu yang dimasak hingga menyerupai lem kental. Dimakan dengan lauk seperti ikan bakar, sayur bening, atau ayam kampung. Cara makannya unik yaitu dengan menggunakan sumpit khusus, sejenis pengaduk kayu.

Bagi masyarakat Tolaki, sinonggi tidak hanya bermakna makanan tetapi juga sebagai identitas dan kebersamaan, dengan tradisi makan komunal yang disebut mosonggi. 

2. Kabuto 

Kabuto adalah bubur dengan bahan dasar singkong fermentasi yang dicampur dengan kelapa parut dan ikan kering.

Kabuto memiliki tekstur yang kenyal dan sering disajikan sebagai pengganti nasi. Biasanya dijadikan makanan pokok alternatif di daerah Muna dan Buton. 

3. Kasuami

Makanan dari parutan singkong yang dikukus, khas masyarakat Wakatobi dan Buton. Kasuami memiliki bentuk khas kerucut, teksturnya padat dan sedikit rapuh, rasanya asam ringan Kasuami biasanya disantap sebagai pengganti nasi dan cocok disandingkan dengan lauk pauk yang berkuah dan pedas seperti ikan parende, ikan bakar, atau lauk lain yang gurih.

Dhika (2017) menjelaskan bahwa kasuami awet dan tahan lama hingga satu bulan karena diberi minyak. Karena itu zaman dulu kasuami sering menjadi bekal nelayan untuk berlayar di laut.

10 Wisata Bahari di Sulawesi Tenggara yang Menyimpan Surga Tersembunyi

Olahan Laut & Ikan

1. Ikan Bakar Parende

Ikan bakar parende adalah sajian ikan bakar yang disiram kuah kuning. Parende berasal dari Wakatobi dan Buton, Sulawesi Tenggara. Secara harfiah berarti “mendidih”, merujuk ke cara masak ikan dengan kuah panas berasa asam segar dan sedikit pedas.

Biasanya menggunakan ikan kakap merah dan disajikan bersama kasuami. Dahulu hidangan ini hanya dinikmati oleh kalangan atas di Buton karena bahan ikan kakap merah tergolong langka dan mahal, kini ikan bakar parende populer di berbagai kalangan masyarakat Wakatobi dan Buton.

2. Ikan Kasuami Bakar

Ikan kasuami bakar merupakan menu khas lengkap Sulawesi Tenggara, khususnya Wakatobi, Buton dan Muna yang menggabungkan ikan bakar dengan kasuami dan sambal colo-colo sebagai pelengkapnya.

Kombinasi kasuami dengan ikan bakar dan sambal sudah menjadi pola mkanan masyarakat sehari-hari selama ratusan tahun. Dalam acara adat atau penyambutan tamu, menu ini menjadi simbol keramahan, ketersediaan pangan, dan rasa syukur.

3. Luluta

Nasi yang dimasak dalam bambu bersama santan dan daun muda. Luluta memiliki tekstur yang kenyal dan gurih mirip seperti lemang serta memiliki aroma alami bambu dan daun pisang. Nikmat apabila disantap hangat dan biasanya dipadukan dengan kopi atau teh.

Awalnya luluta adalah makanan pelaut tradisional masyarakat Tolaki/Binongko sebagai bekal antarpulau, tahan lama dan praktis. Luluta biasanya disajikan di acara keluarga, pasar lokal dan menjadi oleh-oleh khas Wangi-Wangi, Wakatobi.

Sate Gogos Pokea: Perpaduan Unik Rasa Laut dan Tradisi Sulawesi Tenggara

Sambal & Pelengkap

1. Sambal Colo-colo

Sambal mentah khas, terbuat dari cabe, bawang, tomat, dan jeruk nipis. Cocok untuk segala jenis ikan. Biasanya menjadi pelengkap untuk ikan bakar, termasuk ikan parende bakar atau ikan kasuami bakar.

Kue & Camilan Khas

1. Karasi

Kue kering dari adonan tepung beras yang dibentuk seperti jala atau bunga, lalu digoreng khas Wakatobi dan Buton. Karasi sering disajikan dalam berbagai acara adat dan juga sebagai oleh-oleh.

2. Kue Bagea

Kue bagea berbahan dasar sagu yang dibumbui rempah-rempah lalu dipanggang hingga keras. Biasanya berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat pucat. Kue bagea bertekstur keras di luar tapi lumer di mulut, serta cita rasanya yang gurih dan manis rempah.

Karena tahan lama dan mengenyangkan, bagea sering dibawa sebagai bekal pelaut atau disuguhkan pada acara adat dan tamu kehormatan.

3. Kambuse

Kambuse adalah jagung tua yang direbus setelah terlebih dahulu direndam dan direbus dengan air kapur (biasanya dari kapur sirih atau kapur karang) untuk menghilangkan kulit ari biji jagung. Proses ini menghasilkan biji jagung yang bersih dan empuk, tidak mudah basi dan siap disantap sebagai sumber karbohidrat.

4. Ineawi/Sagueru

Minuman tradisional khas suku Tolaki di Sulawesi Tenggara, khususnya di daerah Kendari dan sekitarnya. Ineawi berbahan cairan nira dari pohon enau. Rasanya manis dan sedikit pahit, karena dicampur dengan kulit kayu pohon untuk menyeimbangkan rasa.

Bisa menjadi minuman menyegarkan jika dinikmati dingin atau dengan es, tapi juga bersifat memabukkan jika dikonsumsi banyak untuk waktu tertentu.

Dibalik setiap rasa khas kuliner Sulawesi Tenggara, tersimpan nilai-nilai tradisi, kebersamaan, dan kekayaan alam yang menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Jadi, jika Kawan GNFI berkunjung ke Sulawesi Tenggara, jangan lupa mencicipi ragam kuliner tradisionalnya yang lezat dan penuh cerita, ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.