Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University berkolaborasi dengan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Desa Karangtengah menggelar pelatihan pengolahan ikan menjadi produk olahan khas Korea, yakni odeng, dengan bahan dasar ikan lele.
Bertempat di Sasana Praja Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, kegiatan ini berlangsung pada pukul 09.00 hingga 12.00 WIB dan diikuti oleh puluhan ibu anggota PKK, Banyumas, Selasa (15/7/2025).
Kegiatan ini digagas sebagai salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan potensi lokal yang bernilai ekonomi. Desa Karangtengah sendiri memiliki potensi perikanan air tawar, terutama budidaya ikan lele, yang hingga kini pemanfaatannya masih terbatas pada konsumsi rumah tangga atau penjualan dalam bentuk segar.
Melalui pelatihan tersebut, mahasiswa KKN-T IPB mencoba mengenalkan inovasi kuliner yang mampu memberikan nilai tambah dan peluang pasar yang lebih luas. Odeng dipilih sebagai produk olahan karena sedang populer di kalangan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Dianggap memiliki potensi pasar menjanjikan, baik secara offline maupun melalui platform digital.
Kepala Desa Karangtengah, Karyoto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa potensi sumber daya alam desa perlu dikembangkan menjadi produk-produk bernilai jual agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, pelatihan semacam ini sangat penting karena tidak hanya memberi ilmu baru, tetapi juga mendorong masyarakat untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan bahan pangan lokal yang ada. Ia juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi digital sebagai sarana promosi dan pemasaran produk hasil olahan agar bisa menjangkau pasar yang lebih luas.
Semarak Literasi Desa Purasari: KKNT IPB BOGORKAB51 dan TBM Kokema Gelar Perpustakaan Keliling
Pelatihan ini dipandu oleh Nathanael Jordan Rijadi, mahasiswa prodi Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University, yang secara teknis menjelaskan proses pengolahan ikan lele menjadi odeng. Dalam sesi praktik, Nathanael membagi proses pembuatan odeng menjadi tiga tahap utama, yakni pemisahan daging ikan melalui teknik fillet, penghalusan daging ikan bersama tepung tapioka dan bumbu dapur, serta pembentukan dan pengukusan adonan.
Salah satu hal yang membuat odeng versi ini menjadi unik adalah penggunaan kulit tahu sebagai pembungkus adonan sebelum dikukus. Tidak hanya menambah cita rasa, tetapi juga memberikan tekstur khas pada produk akhir.
Setelah proses pengukusan selesai, odeng disajikan bersama kuah tom yum yang kaya akan rempah dan rasa gurih pedas. Sentuhan kuah tom yum ini memberikan pengalaman rasa baru yang menggabungkan kekayaan bahan lokal dengan cita rasa internasional.
Tidak hanya memberikan pelatihan teknis, mahasiswa juga menjelaskan tips untuk mengurangi aroma amis dari ikan lele dan menjaga kualitas produk agar tetap layak jual.
Antusiasme peserta terlihat dari keterlibatan aktif mereka selama pelatihan berlangsung. Banyak yang mencatat, bertanya, bahkan langsung mencoba membuat adonan odeng sendiri.
Saat sesi mencicipi, para peserta menunjukkan reaksi positif terhadap rasa dan tampilan produk. Beberapa ibu bahkan menyatakan ketertarikannya untuk mencoba membuat odeng di rumah dan menjadikannya sebagai produk jualan.
“Saya sangat bersyukur mendapatkan ilmu mengenai pengolahan ikan lele menjadi makanan Korea. Pelatihan ini membuka wawasan baru, dan saya jadi tahu cara menghilangkan bau amis dari lele. Rasanya juga enak dan unik,” ungkap Een, salah satu peserta pelatihan. Ia mengaku ingin mencoba memproduksi odeng sebagai usaha rumahan.
Selain sebagai ajang pembelajaran, kegiatan ini juga diharapkan mampu memantik semangat masyarakat desa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah hasil alamnya. Dengan modal keterampilan yang telah diberikan, masyarakat memiliki peluang untuk membentuk UMKM baru berbasis produk olahan ikan.
Terlebih, pasar makanan beku dan siap saji saat ini terus mengalami pertumbuhan. Produk seperti odeng yang praktis dan bercita rasa khas memiliki potensi besar untuk masuk ke dalam pasar tersebut.
Mahasiswa KKN-T IPB University berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi titik awal bagi pengembangan ekonomi lokal berbasis potensi desa. Mereka tidak hanya menjalankan program yang bersifat seremonial. Namun, juga menyusun rangkaian pelatihan yang terintegrasi dengan kebutuhan dan potensi masyarakat setempat.
Pelatihan pengolahan odeng ini merupakan salah satu dari berbagai kegiatan pemberdayaan yang dilakukan. Selain pelatihan pembuatan pupuk organik cair, pengolahan limbah ternak, dan optimalisasi lahan pekarangan.
Dengan pendekatan partisipatif, kegiatan ini menjadi ruang bertemu antara pengetahuan akademik dan kearifan lokal, di mana mahasiswa dan warga saling belajar serta bekerja sama.
Masyarakat desa tidak lagi sekadar menjadi objek program, melainkan menjadi pelaku utama perubahan. Dalam jangka panjang, hasil dari pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan, pendapatan, dan kemandirian masyarakat desa Karangtengah.
Semangat inovasi yang diusung dalam program KKNT IPB ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 1 tentang pengentasan kemiskinan, poin 2 tentang tanpa kelaparan, poin 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, serta poin 12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Petarcuan, Program Mahasiswa KKNT-I IPB University 2025 di Desa Polokarto
Melalui pelatihan yang sederhana tetapi berdampak besar ini, desa Karangtengah mulai menapaki jalan menuju kemandirian pangan dan ekonomi yang berkelanjutan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News